Minggu, 24 Juli 2011

Cermin Santa Klara

Fransiskus bertemu dengan Tuhan ketika ia memeluk orang kusta dan saat meminta batu dan makanan; dan ia tidak pernah dibelokkan dari jalan itu, karena ia telah menemukan Tuhan di sana. St. Klara menemukan Allah dalam kemiskinan kontemplasi, dan pada gilirannya ia tidak pernah belok dari jalan itu sampai akhir hidupnya. Bagi Klara, kemiskinan dan kontemplasi begitu erat terjalin sehingga kontemplasi mengandaikan kemiskinan, karena Tuhan berjanji dan memberikan Kerajaan Surga hanya kepada orang-orang miskin.

Di dalam salah satu suratnya ia menuliskan, Betapa terpujilah pertukaran ini: meninggalkan hal-hal sementara demi hal-hal yang abadi, memilih perkara-perkara surgawi sebagai ganti barang-barang duniawi, menerima seratus kali lipat sebagai ganti dari satu, dan memiliki kehidupan yang terberkati dan abadi.

Seperti Fransiskus, kemiskinan Klara bukanlah demi kemiskinan itu sendiri tetapi karena kemiskinan itu membuat Kerajaan Allah hadir dan karena kerinduan yang berkobar akan Sang Miskin yang Tersalib.
Karena Tuhan yang agung dan baik, dengan masuk ke dalam rahim Sang Perawan memilih nampak sebagai yang dipandang rendah, melarat dan miskin di dunia ini, supaya orang yang berada dalam kemiskinan dan kehilangan yang mengerikan serta orang yang amat membutuhkan makanan surgawi menjadi kaya di dalam Dia dengan memiliki kerajaan Surga, maka Anda yang telah memilih kemiskinan harus bersukaria dan bergembira!

Kristus yang miskinlah yang senantiasa dipandang, diperhatikan dan dikontemplasikan dengan tekun oleh Klara, karena Dialah gambar Allah, Sang Cermin yang harus kita kontemplasikan.

Gambaran tentang cermin inilah pusat spiritualitas St. Klara. Sebagaimana Fransiskus adalah cermin dari Kristus dan Kristus cermin dari Bapa, maka hidup kontemplatif berarti melihat ke dalam cermin, yakni Kristus, dan di sana orang melihat dirinya sendiri dan karena itu belajar tentang siapa dirinya yang sesungguhnya. Dengan melihat ke dalam cermin, yakni Kristus, dan mengenal diri Anda sendiri, Anda menjadi sebuah cermin dari Dia yang Anda tatap dan pada gilirannya Anda juga menjadi cermin semua ciptaan, melalui Kristus kepada Bapa. Anda melihat diri Anda sendiri baik “di dalam” sebuah cermin maupun “sebagai” sebuah cermin.

Santa Klara menulis kepada saudari-saudarinya: Karena Tuhan sendiri tidak hanya menempatkan kita sebagai teladan dan cermin bagi orang-orang lain, tetapi juga bagi saudari-saudari kita sendiri yang telah dipanggil oleh Tuhan kepada cara hidup kita, sehingga pada gilirannya mereka akan menjadi cermin dan tealadan bagi mereka yang hidup di dunia.
Perumpamaan yang kompleks ini menunjukkan pengetahuan Santa Klara yang mendalam akan Kitab Suci, bacaan-bacaan dari Bapa-bapa Gereja, dan akan syair-syair dari para trobador (pencerita hikayat), yang semuanya penuh dengan perumpamaan tentang cermin.

Sebagai contoh, ada sebuah versi terkenal abad keduapuluh tentang hikayat Narcissus karya Ovidus. Dalam versi ini, Narcisus dikisahkan oleh sang trobador sebagai orang yang mengenali bahwa dirinya berbeda dari bayangannya di air, dan karena itu ia menemukan identitas dirinya yang terpisah. Namun demikian, bagi seorang kontemplatif seperti Klara, timbulnya kesadaran diri melalui pengenalan tidaklah cukup. Ia menemukan identitasnya yang sejati dengan memandang Kristus dan di sana melihat dirinya sendiri sebagai sebuah gambar dari Yang Ilahi; dan semakin sempurna ia mencerminkan gambar Kristus, semakin nyatalah gambaran dirinya. Dalam satu surat kepada Agnes dari Praha yang terberkati, ia berkata: Karena penglihatan akan Kristus merupakan kemegahan kemuliaan kekal, sinar cahaya kekal dan cermin tanpa noda, maka pandanglah cermin itu setiap hari, O Ratu dan mempelai Yesus Kristus, dan selidikilah terus menerus paras wajahmu di dalamnya, sehingga engkau dapat menyelimuti dirimu secara bathiniah dan lahiriah dengan mantol-mantol indah dan menutup dirimu dengan bunga-bunga dan pakaian segala keutamaan, karena menjadi saudari dan mempelai termurni dari Raja yang Mahatinggi. Sungguh, kemiskinan yang tersuci, kerendahan hati yang suci, dan kasih yang tak terkatakan terpantul dalam cermin itu, dan dengan rahmat Allah, Anda dapat mengkontemplasikannya melalui keseluruhan cermin itu.

Kemudian ia memperluas perbandingannya untuk memasukkan keseluruhan cermin itu. Pandanglah sisi-sisi cermin ini, dan lihatlah kemiskinan Dia yang diletakkan dalam palungan dan terbungkus dalam kain lampin. Kemudian, sambil memandang permukaan cermin itu, tinggalah dalam kerendahan hati yang suci, kemiskinan tersuci, pekerjaan dan beban tak terhitung banyaknya yang dipikul-Nya demi penyelamatan semua manusia. Kemudian, pada pusat terdalam dari cermin itu, tataplah kasih tak terlukiskan yang menuntun Dia untuk menderita di kayu Salib, mati di atasnya, sebuah kematian yang paling memalukan. Karena itu, Cermin yang bergantung di kayu salib itu mendesak orang-orang yang lewat untuk merenungkannya, sambil berkata: “Hai kamu semua yang melewati jalan itu, pandanglah dan lihatlahlah, adakah penderitaan seperti penderitaan-Ku”.
Kenyataan paling menyentak yang hendak dihadapkan kepada kita oleh perumpamaan ini adalah kemiskinan Allah. Kristus yang Miskin itu adalah citra Allah. Allah itu miskin, Allah itu menghampakan diri; dan di dalam kemiskinan dan keserupaan kita dengan Krisutus yang miskin dan tersalib, kita menjadi cermin-cermin dari Allah sendiri. Maka dari itu, kemiskinan bukanlah tujuan pada dirinya sendiri, tetapi merupakan sebuah jalan untuk ditransformasikan ke dalam citra Allah Tritunggal dengan mengkontemlasikan Sang Cermin dari Allah Tritunggal, yakni Yesus Kristus sendiri. Sebagaimana sebuah cermin itu meskipun bersifat material, tetapi toh menyimpan citra imaterial, demikian pun Kristusyang miskin, ia adalah manusia dan dapat dilihat, namun Ia juga merupakan Citra Allah yang tidak kelihatan, yang miskin dalam Tri Tunggal yang mengosongkan dirinya sekaligus merupakan sebuah pemenuhan.

Maka tidak mengherankan kalau Santa Clara berpegang amat teguh kepada kontemplasi dan kemiskinan sebagai sebuah cara hidup: Keduanya adalah satu: kontemplasi kemiskinan menjadi kemiskinan Kontemplasi.

Sumber:
(Murray Bodo, The way of St.Francis: the challenge of franciscan spiritualitiy for everyone, St.Anthony Messanger Press, Cincinnati, OH, hal. 29 – 31)


http://ofm.or.id/cermin-st-klara/

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam atau mengandung SARA.
Terima Kasih.