Sabtu, 28 April 2012

Menuai Dari Apa Yang Kita Tanam

Suatu pagi sambil minum kopi seorang ibu setengah baya membaca koran. Tiba-tiba ia tertarik dengan iklan, consultasi online. Iklan itu berbunyi demikian, "Apakah anda stress dengan hidup anda, karena perilaku, sikap dan karakter anda? Silahkan hubungi 239-405, tetapi ketika anda terhubung, dengarkan dan laksanakan saja apa yang dikatakan.

Dibarengi ingin tahu, si ibu yang merasa banyak problem mencoba menelepon nomor itu. Setelah terhubung ia mendengarkan kata-kata berikut, "Anda menelepon ke tempat yang benar sekali. Ketahuilah jika anda menemukan diri anda maka anda juga akan menemukan Allah. Allah tetap besertamu. Kamu tidak pernah sendiri entah bagaimana pun kamu atau situasi apapun yang kamu alami. Allah selalu ada dan hadir menolongmu."

Suara dari nomor itu melanjutkan, "Sadarilah HUKUM GEMA ATAU GAUNG" di mana kata-kata atau teriakan yang terlontar segera akan kembali kepada anda.

Jika anda menyanyikan lagi rohani, gemanya akan kembali kepadamu, Jika anda berkata lembut, gaung lembut juga akan datang kepadamu, dan jika anda mengatakan aku mengasihimu, suara itu juga akan segera mengunjungi anda.

Tetapi ingat, jika anda marah, jengkel, emosi dan mengutuk, gemanya juga akan kembali kepadamu. Maka pilihlah yang mana anda mau??? selamat merenung dan Allah hadir dalam renunganmu. Semoga anda menemukan diri anda dan menemukan Allah.

Seorang pemuda tanggung ingin mencobai Budha, apakah ia memang bijak, sabar dan melaksanakan apa yang ia kotbahkan. Maka ia mendatangi sang Budha dan ia pura-pura marah dan melampiaskannya dengan kata-kata yang tidak baik. Ia, mengutuk, menghardik, jengkel, dan marah kepada Budha.

Sang Budha mendengarkan dengan sabar, lembut dan penuh kasih. Setelah si pemuda itu selesai bicara, Budha berkata lembut, "Anakku, jika seseorang menolak pemberian orang lain, kemana akhirnya sesuatu yang diberi itu?

Si pemuda itu menjawab, "Orang bodoh pun tahu menjawab itu, Ia jelaslah kembali kepada si pemberi. Budha mengatakan lagi, "Jika memang demikian aku menolak pemberianmu (kata-kata kotor yang kamu ucapkan) maka semua itu kembali kepadamu.

Si pemuda itu diam dan tertunduk. Budha meneruskan kata-kata bijak, "janganlan meludah ke langit karena itu akan kembali kepadamu dan janganlah membuang abu ketika angin datang maka abu itu akan menyerangmu. Akhirnya si pemuda itu menyadari dan mengakui kebijaksanaan dan kebajikan sang Budha.

Saudara-i terkasih dan teman-teman sekalian,
Yesus berkata, “ Janganlah menghakimi orang lain, supaya kalian sendiri juga jangan dihakimi Allah. Sebab, sebagaimana kalian menghakimi orang lain, begitu juga Allah akan menghakimi kalian. Dan ukuran yang kalian pakai menghakimi orang lain, juga akan dipakai Allah untuk menghakimi kalian (Matius 7:1-2).

Kedua, Ada peribahasa "Apa yang kamu tabur itulah yang kamu tuai". Jika kamu menabur hal buruk, maka kamu akan menuai hal buruk juga. Apabila kamu menabur kebaikan, maka kamu akan menuai kebaikan juga.

Pesan sederhana dari kedua kutipan ini ialah, mari kita memupuk sikap yang lemah lembut, sabar, dan rendah hati. Jangan mengumbar kemarahan, jangan menanam kebencian, dan jangan menyiram balas dendam.

Tetapi marilah kita menanam cinta kasih, menyiramnya dengan kelemah lembutan, dan memupuknya dengan kerendahatan jati, maka kita akan menemukan diri kita dan menemukan Allah dan akhirnya kita akan menuai kebahagiaan dan kegembiraan sejati.


sumber : facebook.com - Sapaan Malam
oleh : Yosafat Ivo Ofm Cap

Bersihkanlah Jendela Rumahmu

Suatu kali, di pagi yang cerah di saat matahari mulai meninggi, seorang ibu sedang mengamati lewat jendela kaca dapurnya, seorang tetangga yang sedang menjemur pakaian di samping rumahnya. Ia mengamati dengan seksama pakaian yang sedang dijemur itu.

Tiba-tiba ia berkata, “Ibu ini baru saja mencuci tapi pakayan yang dicuci itu semuanya masih kelihatan kotor dan bahkan kuning-kuning. Ia memanggil suaminya dan mengatakan, “Lihat tetangga kita itu, ia mencuci tapi tidak bersih. Lebih baik tak usah mencuci kalau begitu hasilnya. Suaminya diam saja.

Dua hari berikutnya hal yang sama terjadi. Ia melihat tetangga itu sedang menjemur dan kain itu masih kelihatan kotor dan kekuning-kuningan. Ia mengritik habis-habisan tetangganya itu, “Barangkali ia sudah buta rasa, buta penglihatan dan buta semuanya. Suaminya tetap diam dan tidak bereaksi.

Beberapa hari kemudian, si ibu sedang sarapan di dapurnya. Sekali lagi ia melihat lewat kaca dapurnya, tetangga yang sama menjemur pakaian. Kali ini sempurnanya. Semua pakaian itu bersih dan tidak nampak lagi kekuning-kuningan.

Dengan suara keras ia memanggil suaminya dan memberi tahu, “Hal yang baru ini. Ini ajaib namun nyata.” lanjutnya, “Baru kali ini saya melihat ibu itu mencuci dengan baik dan bersih.

Suaminya dengan suara pasti mengatakan, “Bukan, bukan karena itu. Ia selalu mencuci dengan bersih. Masalahnya ialah jendela kaca dapur kita sudah sangat kotor dan berdebu dan kemarin saya sudah bersihkan dengan sangat baik. Isterinya itu pun malu dan sangat merasa bersalah.

Saudara-i terakasih dan teman-teman sekalian. Anda pasti ingat atau bahkan menghafal lagu Ariel, Ada apa denganmu. Banyak di antara kita barangkali pernah menonton filem yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo, “Ada apa dengan cinta,” Ungkapan sentimental dari kedua hal ini lebih condong barangkali mempertanyakan hal-hal sesuatu tentang orang lain, atau hal di luar diri kita.

Memang nyata dalam kehidupan ini, kita kadang asyik melihat, menilai, mengamati, mengkritik dan bahkan menghakimi orang lain dengan ukuran dan kriteria yang kita miliki. Kisah di atas menggambarkan kenyataan ini.

Maka saya memberi suatu ungkapan lain yang sedikit beda, “Apa apa dengan saya? Kog saya gampang marah, tersinggung. Ada apa dengan diriku? Kog aku lebih suka melihat, menilai, mengritik dan menghakimi orang lain. Ungkapan ini mengajak kita untuk merenung dan merefleksi diri.

Mengenal diri adalah langkah yang sangat penting sebelum kita mengenal orang lain. Menilai diri sendiri adalah lebih mulia daripada kita menilai orang lain. Karena itu orang bijak mengatakan, “Jangan pakai dirimu sebagai “cermin” untuk menilai orang lain tetapi pakailah orang lain menjadi cermin untuk diri mereka sendiri (objektif).” Kalau kita tidak mampu mengenal diri dengan baik, maka kita juga tidak akan mampu mengenal orang lain sebagaimana mereka adanya.

Mari kita, anda dengan saya membersihkanlah lebih dahulu jendela rumah kita maka kita akan melihat dengan jernih, bersih, murni dan objektif orang lain. Mari kita lebih dahulu menata hati, sehingga kita mampu “mencerahi” orang lain. Semoga.

sumber : facebook.com - Sapaan Malam
oleh : Yosafat Ivo Ofm Cap

Jangan hadapkan cermin itu ke orang lain tetapi hadapkanlah ke dirimu sendiri.

Para sahabatku terkasih kita sering merasa bahwa kursi itu tidak empuk untuk kita duduki dan ruangan itu gerah untuk dimasuki. Kita juga kerap merasa rumah itu tidak nyaman untuk didiami dan kita seperti merasa orang asing di lingkungan kita sendiri.

Sering juga kita merasa bahwa setiap orang tidak bersahabat terhadap kita. Tatapan mereka seperti mau menelan kita hidup-hidup. Berhadapan dengan situasi yang demikian kita kadang perlu memeriksa diri dan meneropong ke kedalaman hati kita.

Masalah sering terletak bukan apa yang ada diluar diri kita tetapi sebaliknya apa yang nyata dalam hati kita. Intinya kalau hati kita tidak tenang, tidak nyaman, tidak teduh di mana pun kita berada, kita akan merasa gersang. Kalau hati kita diselimuti kegelisahan, kecemasan dan ketakutan di mana pun kita tinggal hal itu bagaikan berdiam di dekat api yang membara.

Jangan hadapkan cermin itu ke orang lain tetap hadapkan ke dirimu sendiri. Di dalam hatimu tersimpan semua jawaban atas pertanyaan kehidupan. Kalau selama ini kita sering mempertanyakan orang lain baiklah kali ini kita mempertanyakan diri kita sendiri.

Kalau kita sudah berdamai dengan diri sendiri kita akan mampu menciptakan ketenangan, keteduhan, dan kedamaian dalam hati kita. Karena itu janganlah biarkan riak hidup menguasai dirimu. Jangan juga biarkan masalah menggerogoti pikiran, hati dan perasaanmu. Biarlah kesusahan sehari untuk sehari dan besok punya kesusahan sendiri.

Ketika kamu menyerah dengan segala situasi dan kondisi saat itulah kamu merasa gersang di mana pun kamu berada. Sebaliknya ketika kamu mampu menciptakan hati yang “berbunga” segala kondisi di sekitarmu tidak akan mampu mengusik jiwamu dan merasuki pikiran dan mencederai perasaanmu.

Sebaliknya kamu akan mampu menciptakan ruang yang nyaman dan teduh untuk semua orang. Logikanya kalau dirimu sudah “harum” bagaimanapun kondisi dan situasi di sekitarmu, kamu akan tetap harum dan bahkan kamu bisa mengharumi sekitarmu.

Sekali lagi hadapkanlah cermin itu ke dirimu sendiri. Lihatlah dirimu, teroponglah perasaan dan tatalah hatimu. Selamat malam, Allah memberkatimu, keluarga dan anak-anakmu.


sumber : facebook.com - Sapaan Malam
oleh : Yosafat Ivo Ofm Cap