Senin, 24 Oktober 2011

Dua Perintah Utama : Mengasihi Tuhan dan Mengasihi Sesama

Pembahasan


I.  Dua Perintah Utama yang sering kita dengar namun sulit untuk dilaksakan secara sempurna

Bacaan di minggu ke-30 tahun A ini, Gereja memberikan bacaan dari Kel 22:20-26; Mzm 18:2-4,47,51; 1Tes 1:5-10; Mat 22:34-40. Perikop dari Mat 22:34-40, yang juga dituliskan di Mrk 12:28-34; Luk 10:25-28, terasa sangat akrab di telinga kita, karena sering kita dengar dan sering didengungkan dari mimbar, dan lebih tepatnya, karena di dalam dua perintah itu – mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama – terletak seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Namun, meskipun dua perintah ini sangat sering kita dengar, namun mungkin sangat sulit untuk dilaksanakan. Padahal, kalau kita teliti, manusia secara kodrati dapat mengasihi Tuhan dan sesama. Kodrat ini diangkat derajatnya oleh rahmat Allah dalam Sakramen Baptis, sehingga manusia dapat mengasihi Allah secara lebih sempurna (adi-kodrati), yang berakibat kemampuan yang lebih untuk dapat mengasihi sesama. Mengasihi Tuhan dan sesama, itulah perintah dari Tuhan sendiri, yang menuntun manusia untuk dapat memperoleh kebahagiaan di dunia ini dan dapat mengantar manusia ke dalam Kerajaan Sorga.

II. Bacaan Matius 22:34-40

34.  Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka
35.  dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia:
36.  “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”
37.  Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
38.  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
39.  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
40.  Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

III. Telaah Matius 22:34-40

Dari perikop Mat 22:34-40, kita dapat melihat secara gamblang bahwa inti bacaan tersebut adalah jawaban Yesus bahwa hukum yang terutama dalam hukum Taurat adalah mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Di perikop sebelumnya – Mat 22:23-33 – kita melihat bahwa Yesus telah memberikan jawaban yang tepat, sehingga orang-orang Saduki yang bertanya tentang kebangkitan badan tidak dapat berkutik lagi. Walaupun orang-orang Farisi senang (lih. Mrk 12:38; Luk 20:39)  bahwa orang-orang Saduki, yang berseberangan dengan mereka akhirnya bungkam karena jawaban Yesus, namun mungkin mereka juga kecewa karena keinginan mereka untuk menjebak Yesus ternyata tidak berhasil.

Dan kemudian di ayat 24-25, kita tahu bahwa mereka berkumpul merancang pertanyaan untuk menjebak Yesus. Mungkin, jebakan kaum Farisi telah dirancang dengan sangat hati-hati, karena jebakan pertanyaan mereka tentang membayar pajak kepada kaisar (lih. Mat 22:15-22) telah gagal.

Kali ini, mereka bertanya tentang sesuatu yang dipandang sungguh sulit, yaitu “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” (ay. 36) Yesus kemudian menjawab bahwa hukum yang terutama dan pertama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi (ay.37-38) dan hukum yang kedua adalah mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (ay.39). Dengan jawaban ini, maka Yesus telah merangkum semua hukum Taurat, yang disebutkan dalam Ul 6:5 dan Im 19:18.

1. Perintah ganda untuk mengasihi adalah merupakan hukum kodrat.

Kalau kita meneliti sepuluh perintah Allah (Kel 20:1-17), maka kita dapat melihat bahwa hukum-hukum di dalam 10 perintah Allah adalah merupakan penjabaran dari hukum kodrat yang sempurna.

Hukum kodrat ini adalah hukum atau peraturan yang terpatri di dalam setiap hati manusia. Dalam sepuluh perintah Allah, kita dapat melihat adanya perintah kasih dalam dua kelompok, yaitu hukum 1-3 adalah perintah untuk mengasihi Tuhan dan hukum 4-10 adalah perintah untuk mengasihi sesama.

Urutan ke-10 perintah Allah tidak diberikan atas dasar kebetulan, tetapi menurut St. Thomas Aquinas, memang ada alasannya tergantung dari tingkatan prioritasnya. Untuk mengasihi Allah, kita harus melakukan tiga hal, yaitu:
(1) Tidak boleh mempunyai Allah lain, yang dituliskan: Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepadaKu saja, dan cintailah Aku lebih dari segala Sesuatu;
(2) Harus memberikan kepada Allah penghormatan, yang dituliskan: Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat;
(3) Kita harus beristirahat di dalam Tuhan, yang dituliskan:Kuduskanlah hari Tuhan. Dan untuk membuktikan kasih kita kepada Allah, maka kita harus mengasihi sesama seperti yang dijabarkan dalam perintah 4-10, yaitu:
(1) Kita harus mengasihi orang tua kita, yang dituliskan: Hormatilah ibu-bapamu;
(2) Kita tidak boleh melukai sesama kita dengan perbuatan – baik dengan melukai seseorang, yang dituliskan:jangan membunuh; atau merusak perkawinan seseorang, yang dituliskan: Jangan berzinah; atau mengambil barang atau harta milik sesama, yang dituliskan: Jangan mencuri;
(3) Kita tidak boleh melukai sesama kita dengan perkataan dan pikiran – melukai dengan perkataan, yang dituliskan: Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu; melukai sesama dengan pikiran, yang dituliskan:  Jangan mengingini istri sesamamu dan Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil.

Penjelasan yang lain dari 10 perintah Allah adalah, dalam mengasihi Allah, maka kita harus mempunyai (1) kesetiaan, (2) penghormatan, dan (3) pelayanan; dalam mengasihi sesama, kita harus (4) menjalankan tugas untuk wakil Tuhan di dunia ini dan menjalankan tugas untuk diri sendiri dan sesama dalam (5) melindungi kehidupan, (6) kemurnian, (7) harta milik, (8) kehormatan, (9 dan 10) melindungi kehidupan keluarga.

Sepuluh perintah Allah diberikan secara khusus dan ditulis di atas dua loh batu kepada bangsa Israel.
Namun, perintah ini sesungguhnya bukan hanya dituliskan di atas dua loh batu, namun juga dituliskan oleh Tuhan di dalam setiap hati manusia, baik bangsa Israel maupun bangsa lain.

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, rasul Paulus menegaskannya demikian “Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.” (Rom 2:14-15) Ayat ini menunjukkan bahwa semua orang, baik orang Yahudi maupun non-Yahudi sebenarnya terikat oleh hukum taurat, yang intinya adalah mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Dan memang itulah kodrat manusia.

2. Mengapa harus mengasihi?

Kalau manusia diciptakan dengan kodrat untuk dapat mengasihi Allah dan mengasihi sesama, maka pertanyaannya adalah mengapa Allah menciptakan manusia dengan kodrat seperti ini? Jawabnya adalah karena kita menemukan kebahagiaan kita di dalam kasih kepada Tuhan, dan tidak di dalam hal-hal lain, seperti: uang, kehormatan, kekuasaan, kesenangan, bahkan juga kebajikan. Maka kalau kita ingin mendapat penghiburan dan kekuatan di dalam hidup ini kita harus kembali kepada Tuhan, kita harus mengasihi Tuhan.

Cobalah kita cari orang yang terlihat sebagai orang yang paling berbahagia di dunia: tiliklah, apakah dia mengasihi Tuhan? Sebab jika ia tidak mengasihi Tuhan, ia sebenarnya tidak sungguh-sungguh berbahagia. Itulah sebabnya banyak di antara orang-orang yang demikian kemudian dapat melakukan hal-hal yang tragis dalam hidup mereka. Sedangkan sebaliknya, jika kita menemukan orang kelihatannya paling tidak bahagia di mata dunia, namun kalau ia mengasihi Tuhan, maka ternyata ia adalah orang yang paling bahagia, dalam arti yang sesungguhnya, dalam segala sesuatu. Maka sudah selayaknya kita berdoa memohon agar Tuhan membuka mata hati kita agar dapat mencari kebahagiaan di mana kita dapat sungguh menemukannya, yaitu di dalam Tuhan sendiri.

Alasan lain, mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan kodrat untuk mengasihi adalah karena tanpa kasih, manusia tidak dapat mencapai Sorga. Begitu pentingnya kasih, sehingga rasul Yohanes mengatakan “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.” (1Yoh 3:14b) Dari ayat ini, kita dapat melihat bahwa untuk mendapatkan keselamatan, maka tidak ada cara lain, kecuali mengasihi. St. Agustinus menegaskan bahwa sama seperti manusia mempunyai dua kaki untuk berjalan, maka kita harus mengasihi Tuhan dan sesama untuk dapat mencapai Sorga. Sama seperti burung mempunyai dua sayap untuk terbang, maka kita harus mengasihi Tuhan dan sesama untuk dapat terbang ke Sorga. Lebih lanjut dia menegaskan bahwa sama seperti orang-orang kudus di Sorga mengasihi Allah dan mengasihi sesamanya, maka kita juga harus melakukan hal yang sama di dunia ini untuk mendapatkan kebahagiaan. Dari sini, kita dapat melihat bahwa mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama sesungguhnya tidak terpisahkan. Rasul Yohanes menegaskan hal ini secara gamblang “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” (1Yoh 4:20)

3. Tuhan memampukan kita untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi.

Perintah untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi adalah mengasihi Tuhan dengan keseluruhan diri kita, menempatkan Tuhan lebih utama dalam segala sesuatu, di mana saja, setiap saat dan dalam segala kondisi. Dan kalau bukti kasih kita kepada Tuhan dan tanda kita berdiam di dalam Allah adalah dengan menuruti segala perintah Tuhan (lih. 1John 2:3; 1Yoh 3:24), maka kita akan melihat bahwa sesungguhnya perintah ini sangat berat bagi manusia. Namun, Tuhan tidak akan memberikan perintah yang mustahil, karena Dia menegaskan bahwa kuk yang dipasang-Nya adalah enak dan ringan. (lih. Mat 11:29)

Kunci dari kemampuan kita untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi serta mengasihi sesama adalah karena Allah telah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Kita yang telah dibaptis telah menerima rahmat Allah yang begitu besar, seperti: menjadi putera/i Allah di dalam Kristus, disatukan dalam Tubuh Mistik Kristus, dibebaskan dari dosa asal, menerima rahmat pengudusan, tiga kebajikan ilahi dan tujuh karunia Roh Kudus. Rahmat dari Allah kemudian diperkuat dengan rahmat yang mengalir dari sakramen-sakramen yang lain, terutama Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi. Dengan bekal rahmat Allah yang begitu luar biasa ini, maka sesungguhnya umat Allah telah dimampukan untuk dapat mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, sehingga pada akhirnya dapat mengasihi sesama dengan lebih baik lagi.

4. Tiga tingkatan kasih

Apakah setiap orang dapat mengasihi Tuhan dengan derajat yang sama? Sama seperti adanya tingkatan dalam segala hal, maka setiap orang dapat mengasihi Allah dengan derajat yang berbeda-beda. Namun, menjadi tujuan dari umat Allah, agar kita semua dapat mengasihi Tuhan dalam derajat yang sempurna.

Dari buku Christian Perfection and Comtemplation: According to St. Thomas Aquinas dan St. John of the Cross karangan Reginald Garrigou Lagrance dan dari tulisan St. Thomas Aquinas pada Summa Theology, II-II, q.34, a.9., maka kita dapat melihat tingkatan kasih:
a. Tingkatan pemula (beginners atau purgative). Pada tingkatan ini, seseorang berusaha agar dia tidak jatuh ke dalam dosa berat, dan juga berusaha untuk melawan kelemahan dan kecenderungan berbuat dosa (concupiscences). Dalam tahap ini, seseorang masih berfokus pada bagaimana caranya untuk menghindari dosa-dosa yang dulunya sering dia lakukan. Sebagai contoh kalau seseorang mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa melawan kemurnian, maka dia berjuang setengah mati agar dia tidak terjerumus ke dalam dosa yang sama. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: menghindari teman-teman yang dapat menjerumuskannya ke dalam dosa yang sama, menghindari tempat-tempat yang dapat membangkitkan keinginan untuk berbuat cabul, menghindari kesempatan-kesempatan untuk dapat melakukan dosa tersebut. Orang ini menyadari bahwa kalau dia jatuh ke dalam dosa berat yang sama, maka dosa berat tersebut akan menghancurkan kasih. Dengan kata lain, orang-orang dalam tingkatan ini senantiasa berusaha menghindari dosa berat.

b. Tahap kedua (Illuminative Way). Pada tahap ini, seseorang bukan lagi berfokus pada menghindari dosa, melainkan pada bagaimana bertumbuh dalam kebaikan. Mereka membuat kemajuan spiritualitas dalam terang iman dan kontemplasi. Seseorang pada tahap ini mulai berfikir apa yang dapat dilakukannya untuk dapat semakin memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan. Dia tidak lagi memikirkan untuk menghindari dosa pornografi sebab pornografi tidak menjadi godaan yang dapat menarik hatinya. Namun dia mulai berfikir, bagaimana dia dapat memberikan kebaikan kepada sesama, sehingga dia dapat membantu orang-orang yang mempunyai ketergantungan terhadap pornografi (dan dosa- dosa berat lainnya). Orang yang dalam tahap ini, bukan hanya berfikir untuk menghindari dosa berat, namun juga dia mencoba mengarahkan hidupnya dan hidup sesamanya kepada Tuhan. Dia mencoba untuk menghilangkan kecenderungan-kecenderungan di dalam dirinya yang menghalanginya untuk bersatu dengan Tuhan. Dia bertumbuh dalam kasih dengan cara berbuat kasih.

c. Tahap sempurna (Univitive Way / Heroic Love). Dalam tahap ini, seseorang secara sadar tidak mau dan dengan segala kekuatannya berusaha untuk menghindari dosa-dosa yang kecil (venial sins) sekalipun. Walaupun kadang dia masih melakukan dosa kecil, namun dosa-dosa kecil ini terjadi dengan tidak disengaja. Secara aktif dia mencoba menghilangkan apa yang tidak sempurna dalam dirinya, sehingga seluruh akal budi, perbuatan dan perkataannya ditujukan untuk menyenangkan hati Tuhan. Dia setia terhadap inspirasi dari Roh Kudus, dan menjalankan semua hal, termasuk hal-hal kecil dengan kasih yang besar. Dia sekaligus lemah lembut namun juga kokoh dalam imannya. Dia memandang rendah hal-hal dunia ini, dan secara aktif dan terus-menerus mempunyai kontemplasi terhadap hal-hal ilahi. Dia mempunyai hati yang besar (magnanimity), sehingga membuatnya dapat menyingkirkan hal-hal dunia agar dia dapat semakin bersatu dengan Tuhan. Bahkan, dia menginginkan persatuan abadi dengan Kristus melebihi apapun di dunia ini. Dalam tahap ini, seseorang juga mempunyai derajat kerendahan hati yang sempurna. Walaupun kehidupan spiritualitasnya berkembang dengan sempurna, namun dia justru melihat dirinya yang paling rendah dari manusia lain. Karena hidupnya senantiasa dipenuhi dengan sinar ilahi, maka dia dapat melihat apa-apa yang tidak sempurna dalam dirinya secara jelas dan pada saat yang bersamaan dia melihat Allah yang adalah segalanya. Dalam kondisi seperti inilah, maka orang dalam derajat kasih yang tertinggi juga akan mempunyai derajat kerendahan hati yang tertinggi.

Yang mungkin tidak kalah pentingnya adalah tiga tingkat kesempurnaan kasih di atas juga berhubungan dengan kasih terhadap sesama. Dalam tingkat awal, seseorang akan mengasihi orang -orang yang ia kenal tanpa mengabaikan orang-orang lain. Di tingkat kedua, seseorang dapat mengasihi orang-orang asing yang tidak dikenalnya. Dan di tingkat kesempurnaan, ia dapat mengasihi musuh-musuhnya. Yang perlu juga menjadi catatan adalah seseorang dapat bertumbuh dari tingkat awal ke tingkat yang lebih tinggi, namun orang juga dapat jatuh dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang paling awal. Hanya rahmat Allah dan kesediaan untuk terus bekerjasama dengan rahmat Allah, dan juga tujuh karunia Roh Kudus, yang memungkinkan seseorang untuk mencapai kesempurnaan kasih.

IV. Ajakan untuk mengasihi adalah panggilan untuk hidup kudus.

Mengasihi Allah dan sesama merupakan hukum yang terutama bagi umat beriman, dan merupakan panggilan yang diserukan oleh Gereja kepada semua orang yang berkehendak baik. Ini jelas disebutkan di dalam Konsili Vatikan II, tentang Gereja, di bab V, mengenai Panggilan Umum untuk Kesucian dalam Gereja:

Tuhan Yesuslah Guru dan Teladan ilahi segala kesempurnaan. Dengan kesucian hidup, yang dikerjakan dan dipenuhi-Nya sendiri, Ia mewartakan kepada semua dan masing-masing murid-Nya, bagaimanapun juga corak hidup mereka: “Kamu harus sempurna, seperti Bapamu yang di sorga sempurna adanya” (Mat 5:48). Sebab kepada semua diutus-Nya Roh Kudus, untuk menggerakkan mereka dari dalam, supaya mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap tenaga mereka (lih. Mrk 12:30), dan saling mencintai seperti Kristus telah mencintai mereka (lih. Yoh 13:34; 15:12). Para pengikut Kristus dipanggil oleh Allah bukan berdasarkan perbuatan mereka, melainkan berdasarkan rencana dan rahmat-Nya. Mereka dibenarkan dalam tuhan Yesus, dan dalam baptis iman sungguh-sungguh dijadikan anak-anak Allah dan ikut serta dalam kodrat ilahi, maka sungguh menjadi suci. Maka dengan bantuan Allah mereka wajib mempertahankan dan mengembangkan dalam hidup mereka kesucian yang telah mereka terima. Oleh rasul mereka dinasehati, supaya hidup “sebagaimana layak bagi orang-orang kudus” (Ef 5:3); supaya “sebagai kaum pilihan Allah, sebagai orang-orang Kudus yang tercinta, mengenakan sikap belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran” (Kol 3:12); dan supaya menghasilkan buah-buah Roh yang membawa kepada kesucian (lih. Gal 5:22; Rom 6:22). Akan tetapi karena dalam banyak hal kita semua bersalah (lih. Yak 3:2), kita terus-menerus membutuhkan belaskasihan Allah dan wajib berdoa setiap hari: “Dan ampunilah kesalahan kami” (Mat 6:12).
Jadi bagi semua jelaslah, bahwa semua orang Kristiani, bagaimanapun status atau corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup Kristiani dan kesempurnaan cinta kasih. Dengan kesucian sedemikian ini sebuah kehidupan yang lebih manusiawi dapat dimajukan di dalam kehidupan masyarakat di dunia ini. Untuk memperoleh kesempurnaan itu hendaklah kaum beriman mengerahkan tenaga yang mereka terima menurut ukuran yang dikurniakan oleh Kristus, supaya dengan mengikuti jejak-Nya dan merupai citra-Nya, dengan melaksanakan kehendak Bapa dalam segalanya,mereka dengan segenap jiwa membaktikan diri kepada kemuliaan Allah dan pengabdian terhadap sesama. Begitulah kesucian Umat Allah akan bertumbuh dan menghasilkan buah berlimpah, seperti dalam sejarah Gereja telah terbukti dengan cemerlang melalui hidup sekian banyak orang kudus.” (Konsili Vatikan II, Lumen Gentium40)

V. Mari mengasihi

Dari pembahasan di atas, maka sudah seharusnya kita berjuang untuk melaksanakan perintah Kristus yang utama, yaitu untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi serta mengasihi sesama seperti diri sendiri. Ini adalah kekudusan yang kepadanya kita semua dipanggil, seturut dengan kehendak Allah (lih. 1Tes 4:3). Hanya dengan mengasihi, manusia dapat memperoleh arti hidup, yaitu kebahagiaan di dunia ini dan pada saatnya nanti, akan kebahagiaan abadi di Sorga. Mari, mulailah dan bertumbuhlah dalam kasih, sebab kita semua diciptakan untuk mengasihi.


Sumber : www.katolisitas.org
Ditulis oleh Stefanus Tay pada 18 10 11 Disimpan dalam ArtikelKitab Suci

Bertumbuh dan Berkembang - Yohanes 15:16

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu.


Seandainya Anda mempunyai pohon anggur di pekarangan rumah Anda, tentulah Anda ingin agar pohon itu menghasilkan buah bagi Anda bukan? Bayangkan jika ia tidak berbuah. Mungkin Anda akan memeras otak mencari cara agar ia dapat berbuah. Bisa saja Anda akan memangkas berat pohon itu untuk merangsangnya berbuah. Anda akan memotong sejumlah cabang dan ranting. Dedaunan pun akan dipangkas seluruhnya, sehingga pohon itu tampak botak seperti kepala yang baru dicukur habis.

Dan kalau pun berbuah, Anda tentu ingin agar ukuran buah anggur itu besar-besar dan terasa manis. Iya, kan? Apa lagi jika anggurnya bisa menghasilkan buah tanpa biji. Anda tentu akan merasa puas.

Anyway, orang Kristen memang seperti ranting pohon anggur. Sementara itu, Yesus adalah pohon (pokok) anggurnya. Dan Allah sendiri sebagai pemiliknya.

Sejak semula Anda dan saya sudah ditentukan untuk menghasilkan buah. Tetapi hendaknya ranting anggur itu menghasilkan buah yang besar dan manis.

Buah-buah kehidupan Anda adalah segala perbuatan-perbuatan Anda. Bisa saja ada buah yang manis tapi ada pula buah yang asam. Bisa ada buah yang besar, tapi ada juga buah yang kecil. Tapi tentunya Anda sendiri ingin menghasilkan buah yang besar-besar dan terasa manis seluruhnya, bukan? Saya pun ingin demikian.

Jangankan dalam segi itu. Dalam karir mapun pekerjaan Anda, tentu Anda berharap agar dapat menghasilkan karya yang besar-besar dan bermanfaat. Anda ingin memperoleh hasil kerja yang konsisten dan memuaskan.

Ya, memang dalam berbagai lini kehidupan (seperti sepak bola) juga, kita ingin menghasilkan banyak gol yang spektakuler. Agar gol tersebut menciptakan kemenangan dan karenanya kita memperoleh piala.

Namun, bagaimana agar Anda dapat bertumbuh dan terus berkembang agar menghasilkan buah yang baik secara spiritual? Bagaimana agar Anda mengalami kemajuan rohani?

Mungkin keempat ‘tips’ ini bisa menjadi ‘pupuk’ bagi Anda :

1. Pilih dan Tetapkan Hati Anda untuk Tetap Bertumbuh
Anda dapat bertumbuh menjadi lebih baik, bagaimanapun keadaan Anda sekarang. Namun, untuk pertumbuhan itu, Anda membutuhkan komitmen dan dedikasi untuk selalu bertumbuh, menghasilkan hal-hal baik baik dalam hidup Anda sebagai orang Kristen.

Jadikan hari-hari Anda sebagai hari-hari bertumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntunan Roh Kudus. Pertobatan yang tulus tidak menjamin Anda untuk tidak tersesat. Oleh karena itu, tetapkanlah dan pilihlah untuk bertumbuh sekarang.

2. Teruslah Belajar
Untuk mencapai suatu keahlian dalam bidang tertentu Anda harus banyak belajar dalam bidang tersebut setiap harinya. Seorang ahli komputer harus belajar hal-hal baru untuk mengembangkan pengetahuannya. Seorang dokter harus belajar untuk mengetahui perkembangan terbaru ilmu medis. Anda pun terus belajar untuk mengembangkan keahlian dan talenta Anda.

Pertumbuhan rohani pun demikian. Anda perlu menggunakan hari-hari untuk belajar. Alkitab memuat banyak nasihat yang berguna untuk pertumbuhan spiritual Anda. Ia memang dirancang untuk mendidik sekaligus untuk mengatur kehidupan kita.

Pembacaan Alkitab perlu Anda lakukan setiap hari untuk menjadikannya sebagai penuntun irama hidup harian Anda. Dan jangan ragu untuk berdiskusi dengan pembimbing rohani, penetua maupun pendeta Anda. Orang lain juga bisa membantu Anda belajar agar bertumbuh, bukan?

3. Tetaplah Tulus dan Rendah Hati
Yohanes Calvin dalam “Mutiara Kehidupan Kristen” mengatakan, “Satu syarat untuk kemajuan rohani adalah tetap tulus dan rendah hati.” Kita harus meninggalkan keangkuhan yang membuat kita mengalami kesombongan rohani. Kesombongan tidak akan membawa pertumbuhan. Kesombongan hanya akan memakukan diri kita pada dinding, ibarat piagam penghargaan/prestasi berpigura emas yang digantung pada dinding rumah Anda.

Tetapi dengan kerendahan hati Anda akan mengalami pertumbuhan yang tidak terbatas. Buah-buah perbuatan maupun prestasi Anda akan menjadi semakin banyak dan menyatakan manfaatnya bagi setiap orang. Iya kan?

4. Fokus pada Kemenangan Akhir, bukan Kepuasan Sesaat
Untuk mencapai kemenangan, selalu ada garis finish yang Anda lewati. Maka untuk bertumbuh secara pribadi, kejar dan fokuslah pada tujuan kemenangan akhir Anda. Dan jangan pernah merasa puas dengan pencapaian rohani tertentu yang sudah Anda lakukan. Bukankah untuk mencapai puncak karir yang paling tinggi, Anda tidak boleh berdiam diri melihat puncak itu? Tetaplah mendaki sambil menatapnya lekat-lekat.

Dalam pertumbuhan rohani, jangan puas atas buah yang biasa-biasa saja atau buah yang terasa kecut. Hasilkanlah buah yang besar dan sangat manis. Begitulah ukuran dan rasa buah yang dihasilkan orang Kristen.


Doa : Allah Bapa, aku mau bertumbuh dan berkembang menghasilkan buah. Tuntunlah aku untuk mengasihi setiap saat kepada siapa pun. Dan ajarlah aku untuk bertumbuh dalam kebenaran, kedamaian, dan keadilan. Amin.


Sumber  :  http://pargodungan.org/yohanes-1516-bagaimana-agar-bertumbuh-dan-berkembang/

APAKAH YANG UTAMA?

Bacaan : Filipi 2:1-11 

At.mosphere Restaurant adalah restoran tertinggi di dunia karena berada di lantai 122 Burj Khalifa, Dubai (gedung tertinggi dunia dengan ketinggian 800 meter). Menu yang ditawarkan adalah makanan Eropa.
Dan, para tamu disarankan memesan sebelumnya, agar pihak restoran bisa menghadirkan pengalaman khusus, yang membuat orang datang kembali. Ya, bagi orang-orang kaya baik di negara kaya, berkembang, maupun miskin makan bukan lagi masalah mengisi perut dengan makanan sehat, tetapi mencari kepuasan dengan makanan bergengsi. Harga tidak menjadi soal.

Saat ini, sebagian besar penduduk dunia masih bergumul dengan "makan apa hari ini".
Sedangkan kelas menengah bergumul "makan di mana hari ini".
Namun, orang kaya yang hanya 20%, tetapi menguasai 80% kekayaan dunia kerap bergumul "makan siapa hari ini".

Kenyataan ini menunjukkan, betapa pentingnya setiap manusia mengalami kebesaran kasih Allah di dalam Kristus (Yohanes 3:16). Agar mereka mengalami hidup yang baru. Yakni hidup yang tidak berpusatkan kepada diri sendiri, tetapi berpusat kepada Allah dan memikirkan kepentingan orang lain juga (Filipi 2:4).

Seperti Kristus, yang rela mengesampingkan kepentingan-Nya sendiri, bahkan mengambil rupa manusia dan menjadi hamba. Agar oleh pengurbanan-Nya, Dia dapat memberi hidup baru bagi setiap orang yang mau menerima-Nya dan hidup bagi Allah (Filipi 1:27-29; 2:5-11).

Mari kita periksa nafsu makan dan semua nafsu hidup kita hari ini; apakah itu untuk memuaskan kedagingan kita atau untuk memuliakan Bapa di surga.


APABILA TUHAN DAN SESAMA MENJADI YANG TERUTAMA

TUHAN AKAN MENJADIKAN HIDUP KITA BERGUNA DAN BERMAKNA

Ibadah yang Sejati - Yesaya 29:13

Dan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari padaKu, dan ibadahnya kepadaKu hanyalah perintah manusia yang dilafalkan.


Apakah Anda tidak jengkel jika orang yang menyanjung Anda selama ini tidak pernah menyatakannya dengan tulus? Ya, saya sendiri pun akan merasa jengkel. Tentu kita tidak menyukai kepura-puraan. Sikap munafik dan kepura-puraan itu adalah sampah yang perlu di buang jauh-jauh. Agar bau busuknya tidak tercium kemana-mana.

Yah, demikian pula dengan Allah Bapa kita. Ia ingin agar Anda dan saya mendekatiNya dengan hati yang tulus. Ia ingin kita membuang jauh sikap kepura-puraan yang berbau busuk dari mulut dan bibir kita.

Chrisostomus, salah seorang Bapa Gereja pernah mengatakan bahwa sebenarnya ada dua altar. Altar pertama ada di tempatnya yang biasa Anda lihat. Ya, di dalam Gereja. Sementara itu, altar yang kedua terletak di luar gereja. Altar ini terletak di rumah Anda, di tepi jalan, di kantor Anda, atau di berbagai tempat lainnya yang bisa Anda temui.

Maksudnya, ibadah atau kebaktian yang kita lakukan sebenarnya bukan hanya di dalam gereja. Kita juga harus kebaktian dan/atau berbakti kepada Allah (baca: menghadap altar) di luar gereja. Bakti kita pada Allah di luar Gereja kelihatan melalui cara hidup, sikap, dan perbuatan-perbuatan kita yang sesuai dengan kehidupan spiritual Kristen. Itulah makna ibadah yang sejati.

Orang Israel pada masa Yesaya melakukan ibadah tanpa spiritualitas. Bagi mereka, ibadah hanya sekedar rutinitas. Hatinya tidak diubah. Jiwanya tidak mendekat pada Allah. Tindakannya tidak sesuai kehendak Allah. Akhirnya hanya kemunafikan yang kelihatan dari ibadah mereka.

Marilah menjalankan ibadah yang sejati.

Doa : Allah Bapa, arahkanlah aku terus menerus kepada altarMu entah di Gereja atau di manapun aku berada. Ajar aku untuk berbakti kepadaMu entah di Gereja atau di manapun aku berada. Sebab itulah ibadah yang berkenan bagi Engkau, Allahku. Dalam nama Yesus Kristus aku berdoa. Amin.


Sumber  :  http://pargodungan.org/yesaya-2913-ibadah-yang-sejati/

Menghadapi Masalah dan Penderitaan - Wahyu 2:10

Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita!
Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.


Apakah Anda mempunyai masalah hari ini? Bagaimana Anda menyelesaikan masalah tersebut? Atau, apakah Anda sedang mengalami penderitaan saat ini? Bagaimana Anda menghadapinya?

Penyakit yang menggerogoti tubuh, kegagalan dalam pekerjaan/karir, masalah dalam keluarga, atau diskriminasi dalam kehidupan sosial, barangkali hanya segelintir dari berbagai macam masalah yang kita hadapi. Selain itu masih banyak lagi macam-macam masalah yang membuat kita menderita. Mungkin, saking banyaknya, hanya dengan ratusan bahkan ribuan buku lah semua masalah yang ada di dunia ini dapat disebutkan satu demi satu.

Itulah yang harus kita hadapi di dunia ini. Bukankah Yesus sendiri menanggung hal yang sama? Yesus memiliki banyak musuh. Kaum kerabatNya menganggap Ia gila (Markus 3:21; Yohanes 7:5). Ia bahkan ‘merasa’ diriNya ditinggalkan Allah untuk menanggung seluruh penderitaanNya (Markus 15:34).

Namun, bagaimanakah sikap yang kita perlukan saat menghadapi semua beban yang akan kita pikul di dunia ini?

Nas Wahyu 2:10 ini menolong kita menghadapi kesusahan dan penderitaan.

1. Buanglah jauh-jauh rasa takut Anda.
Rasa takut tidak akan membantu Anda menyelesaikan masalah. Rasa takut tidak juga membantu Anda untuk mengatasi penderitaan. Bukankah Anda sering mendengar “Masalah itu bukan untuk dihindari tapi untuk dihadapi”? Rasa takut hanya akan membuat kesusahan dan penderitaan itu menjadi semakin terasa hebat. Tapi jika Anda dapat membuangnya, masalah dan penderitaan itu menjadi seolah tidak berarti.

Gantikan ketakutan Anda dengan keberanian. Seneca, seorang filsuf Romawi pernah mengatakan “Merasa susah itu biasa, tetapi berani menderita itu jarang”. Perkataan itu ada benarnya. Namun meski, menggantikan rasa takut dengan keberanian tidak mustahil. Keberanian inilah yang menjadi sikap awal Anda untuk bertahan menghadapi masalah dan penderitaan.

2. Jagalah kesetiaan Anda sampai mati.
Untuk menghadapi penderitaan, Anda dan saya memang membutuhkan kesetiaan. Tapi, kesetiaan kepada apa? Kesetiaan kepada Allah. Dalam berbagai hal, kita juga sangat membutuhkan kesetiaan. Bukankah Anda juga menginginkan agar pasangan dan orang di sekeliling Anda tetap setia bersama Anda walau sedang menderita? Ayub, tetap setia pada Allah dalam penderitaannya  (sekalipun istrinya membujuknya untuk mengutuki Allah). Yesus Kristus pun tetap setia pada Allah BapaNya, meskipun para murid meninggalkanNya.

Yang paling penting adalah, penderitaan dan masalah yang Anda hadapi, tidaklah Anda sendiri yang merasakan. Allah turut menderita bersama Anda. Bahkan, Dialah yang sebenarnya ‘menggendong’ Anda saat menghadapi kesusahan dan penderitaan. Namun, jika kita tidak setia, siapakah yang Allah ‘gendong’?

Anda mungkin sedang menghadapi masalah dan mengalami kesusahan. Tapi, di samping itu, Allah tetap bersama Anda saat menghadapinya. Anda bagai prajurit (tentara) yang sedang berada di medan tempur. Masalah dan penderitaan adalah perjuangan kita. Anda hanya memerlukan keberanian menghadapi musuh, jangan merasa gentar atau malah lari tunggang-langgang. Jagalah keberanian Anda dan tetaplah setia. Itulah sikap yang harus Anda miliki sebagai laskar Kristus di tengah dunia penuh masalah dan penderitaan ini.

Doa : Allah Bapa, aku ingin tetap bersamamu di dalam penderitaan yang harus kuhadapi. Berilah aku keberanian untuk menghadapi semua masalah dan penderitaan. Jagalah agar aku tetap setia kepadaMu dalam setiap pertempuran dan perjuangan ini. Amin.


Sumber  :  http://pargodungan.org/wahyu-210-bagaimana-sikap-saat-menghadapi-masalah-dan-penderitaan/

Sabtu, 15 Oktober 2011

Malaikat di dalam ajaran Kristen

Kata "malak" atau malaikat berasal dari bahasa Ibrani מלאך, mal'ak, yang juga berarti "utusan". Kata ini di dalam TB diterjemahkan menjadi: Malaikat, malaikat, utusan, suruhan, orang-orang suruhan, bentara, pesuruh, dan raja.

Istilah "malaikat" dalam Alkitab, מלאך ('malakh’), mendapatkan artinya hanya ketika disebutkan bersama-sama dengan pengutusnya, yaitu Allah sendiri, seperti misalnya dalam "malaikat TUHAN," atau "malaikat Allah" (Zakharia 12:8). Sebutan lainnya yang juga digunakan adalah "anak-anak Allah", (Kejadian 6:4; Ayub 1:6).

Malaikat disebut sebagai "penjaga" (Daniel 4:13). Mereka disebut sebagai "tentara langit" (Kitab Ulangan 17:3) atau bala tentara "TUHAN" (Yosua 5:14). "Bala tentara," צבאות Zebaot dalam gelar Yahweh Zebaot, TUHAN dari bala tentara surgawi, mungkin dihubungkan dengan para malaikat. "Bala tentara" ini dihubungkan pula dengan bintang-bintang, karena bintang-bintang dianggap terkait erat dengan para malaikat. Namun, YHWH membedakan diri-Nya dari para malaikat, dan karena itu orang-orang Ibrani dilarang Musa menyembah "bala tentara surga".

Sebelum munculnya monoteisme di Israel, gagasan tentang malaikat ditemukan dalam Mal'akh Yahweh, malaikat TUHAN, atau Mal'akh Elohim, malaikat Allah. Mal'akh Yahweh adalah penampakan atau perwujudan Yahweh dalam bentuk manusia.

Istilah Mal'akh Yahweh digunakan secara berganti-ganti dengan Yahweh (bandingkan Keluaran 3:2, dengan 3:4; 13:21 dengan 14:19). Mereka yang melihat Mal'akh Yahweh mengatakan bahwa mereka telah melihat Allah (Kejadian 32:30; Hakim-hakim 13:22). Mal'akh Yahweh (atau Elohim) menampakkan diri kepada Abraham, Hagar, Musa, Gideon, &c., dan memimpin bangsa Israel dalam tiang awan (Keluaran 3:2).

Penyamaan Mal'akh Yahweh dengan Logos, atau Pribadi kedua dari Tritunggal, tidak ditunjukkan melalui acuan kepada kitab suci Ibrani, tetapi gagasan tentang pengidentifikasian Yang Ada dengan Allah, namun yang dalam pengertian tertentu berbeda daripada-Nya, menggambarkan kecenderungan pemikiran keagamaan Yahudi untuk membedakan pribadi-pribadi di dalam ke-esaan Allah. Orang Kristen berpendapat bahwa hal ini merupakan gambaran pendahuluan dari doktrin tentang Tritunggal, sementara orang Yahudi Kabalis mengatakan bahwa hal ini kemudian berkembang menjadi pemikiran teologis dan gambaran Kabbalah.

Setelah doktrin monoteisme dinyatakan secara resmi, dalam periode segera sebelum dan pada masa Pembuangan (Ulangan 6:4-5 dan Yesaya 43:10), kita menemukan banyak gambaran tentang malaikat dalam Kitab Yehezkiel. Nabi Yehezkiel, sebagai nabi di Pembuangan, mungkin dipengaruhi oleh hierarkhi makhluk adikodrati di dalam agama Babel, dan mungkin oleh angelologi Zoroastrianisme. (Namun tidak jelas bahwa doktrin Zoroastrianisme ini sudah berkembang demikian awal).

Yehezkiel 9 memberikan gambaran yang terinci mengenai kerub (suatu jenis malaikat). Dalam salah satu penglihatannya Yehezkiel melihat 7 malaikat melaksanakan penghakiman Allah atas Yerusalem. Seperti dalam Kejadian, mereka digambarkan sebagai "manusia"; mal'akh, karena "malaikat", tidak muncul dalam Kitab Yehezkiel. Belakangan, dalam penglihatan Zakharia, malaikat memainkan peranan penting. Mereka disebut kadang-kadang sebagai "manusia", kadang-kadang sebagai mal'akh, dan Mal'akh Yahweh tampaknya menduduki tempat utama di antara mereka (Zakharia 1:11).

Dalam masa pasca-Alkitab, bala tentara surgawi menjadi semakin terorganisasi (barangkali bahkan sejak Zakharia [3:9, 4:10]; dan yang pasti dalam Daniel). Malaikat pun menjadi beragam, sebagian malah juga mempunyai nama.

Malaikat dalam Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru malaikat seringkali muncul sebagai pelayan Allah dan pembawa penyataan (mis.Matius 1:20 (kepada Yusuf), 4:11. (kepada Yesus), Lukas 1:26 (kepada Maria), Kisah para Rasul 12:7 (kepada Petrus)); dan Yesus berbicara tentang malaikat yang melakukan tugas-tugas seperti itu (mis.Markus 8:38, 13:27), menyiratkan di dalam salah satu ucapannya bahwa mereka tidak menikah ataupun dinikahkan (Markus 12:25).

Malaikat juga memainkan peranan penting dalam tulisan Apokaliptik. Perjanjian Baru tidak terlalu berminat terhadap hierarkhi malaikat, namun doktrin itu mempunyai jejaknya.

Pembedaan antara malaikat yang baik dan jahat diakui. Kita mempunyai nama-nama, Gabriel (Lukas 1:19), dan Mikail (Daniel 12:1), dan malaikat jahat Beelzebub, (Markus 3:22) dan Setan (Markus 1:13). Sementara itu kesetiaan sebagian malaikat tidak begitu jelas seperti Abadon atau Apolion (Wahyu 9:11). Peringkat juga disiratkan: penghulu malaikat (Mikail, Yudas 9), malaikat-malaikat dan pemerintah-pemerintah (Roma 8:38; Kolose 2:10), singgasana dan kerajaan (Kolose 1:16). Malaikat muncul berkelompok empat atau tujuh orang (Wahyu 7:1).

Dalam Wahyu 1-3 kita bertemu dengan para "Malaikat" dari Ketujuh Gereja di Asia Kecil. Mereka mungkin adalah para malaikat pelindung, yang mendampingi gereja-gereja sama seperti para "pangeran" di dalam Daniel yang berdiri mendampingi bangsa-bangsa. Para "malaikat" ini praktis merupakan personifikasi dari gereja-gereja.

Gabriel, sang penghulu malaikat, menampakkan diri kepada Maria untuk memberitahukan kepadanya bahwa anak yang akan dilahirkannya kelak adalah Mesias. Malaikat-malaikat lain hadir untuk menyambut kelahirannya. Dalam Matius 28:2, malaikat menampakkan diri pada kubur Yesus, membuat para pengawal Romawi ketakutan, menggulingkan batu dari kubur itu, dan kemudian memberitahukan kepada para perempuan yang datang membawa mur bahwa Yesus telah bangkit. Dalam versi yang lain, Markus 16:5 mengisahkan bahwa malaikat itu tidak kelihatan hingga para perempuan itu masuk ke kubur yang telah terbuka.

Malaikat itu digambarkan semata-mata sebagai "seorang muda". Dalam versi Lukas tentang kisah kebangkitan (Lukas 24:4), dua malaikat tiba-tiba menampakkan diri di dekat para perempuan yang berada di dalam kubur itu. Mereka digambarkan mengenakan pakaian yang "berkilau-kilauan". Gambaran ini paling mirip dengan versi Yohanes 20:12 yang melukiskan Maria sendirian berbicara dengan "dua orang malaikat yang berpakaian putih" di dalam kubur Yesus.

Dua malaikat menyaksikan kenaikan Yesus ke surga dan menubuatkan kedatangannya yang kedua kali. Ketika Petrus dipenjarakan, seorang malaikat membuat para pengawal tertidur, melepaskannya dari belenggunya, dan membawanya keluar dari penjara. Malaikat memainkan berbagai peranan dalam Kitab Wahyu. Di antaranya adalah berdiri di sekitar takhta Allah dan menyanyikan " "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa."

Sebuah penafsiran tentang malaikat di dalam kitab-kitab Injil mengatakan bahwa mereka semata-mata adalah manusia yang membawa pesan ilahi. Memang, istilah "angelos" seringkali digunakan bukan untuk menggambarkan makhluk yang berkuasa, melainkan semata-mata mereka yang memberitakan suatu peristiwa penting.

Tingkatan malaikat

Beberapa orang berpendapat malaikat memiliki sembilan tingkatan atau struktur berdasarkan kedudukan dan tugas masing-masing. Salah satu orang yang pertama kali merumuskan tingkatan malaikat adalah Dionysus pada abad ke-5 di dalam Pseudo-Dionysus Areopagite, dan juga dalam Summa Theologia dalam bukunya berjudul "The Celestial Hierarchy" :

Tingkat pertama (Sumber Perjanjian Lama)

Serafim : Mereka yang berjaga di takhta Allah. Konon[rujukan?] serafim memiliki sayap enam yang memiliki fungsi masing sebagai berikut yaitu: dua sayap untuk menutupi wajah Tuhan karena wajah Tuhan memancarkan kemuliaan, dua sayap untuk menutupi kaki Tuhan, dan dua sayap untuk terbang melayang.

Kerubim : Panglima pemimpin perang, Kerubim memiliki sayap empat yang menandakan diri mereka panglima perang. Mereka adalah golongan pemimpin militer di kerajaan Tuhan. Menurud Kejadian 3:24 kerub adalah malaikat penjaga yang menjaga pohon kehidupan dengan menggunakan pedang api yang menyala-nyala, tetapi ada etimologi lain yang mengatakan bahwa Gilgamesh raja Persia berhasil membuka pintu Taman Eden dan hendak meraih Pohon Kehidupan dan ular mematuknya hingga mati sehingga mayatnya masih ada di Taman Eden sebagai peringatan Barangsiapa yang hendak meraih Buah pada pohon kehidupan.

Ophanim : Para pelindung wilayah. Mereka berfungsi untuk menjaga wilayah tertentu dengan membawahi beberapa Legion tertentu di suatu tempat ((Penyokong Takhta Allah).

Tingkat kedua (Sumber Perjanjian Baru)

Kyriotetai : Mereka yang dikaruniai kekuatan daya penghancur dan penaklukkan.
Dynamai : Mereka yang memvisualkan sesuatu.

Konon tingkat malaikat ini memiliki daya stategi dalam perang dan menjalankan perintah tuhan.

Exusiai : Malaikat yang memberi kekuatan kepada setiap individu dalam hidup mereka.

Tingkat ketiga

Archai : Malaikat yang bertugas menegakkan prinsip Tuhan, sistemnya seperti hakim yang menegakkan hukum Tuhan dan melakukan penghukuman bila ada sesuatu yang salah.
Archangeloi : Malaikat ini menjaga hidup manusia, yang suka disebut Guardian Angels untuk setiap orang yang percaya akan kehadirannya.
Angeloi : Pembawa kabar atau berita dari Tuhan, Gabriel berada pada kelas ini. -->

Malaikat-malaikat

Beberapa nama malaikat yang disebut dalam Alkitab :
Mikael = Panglima Perang Surga
Gabriel = Pembawa Sukacita
Serafim = Peniup Sangkakala
Abadon atau Apolion = Malaikat Jurang Maut. Malaikat inilah yang ditundukkan oleh Mesias dalam misi kematian Yesus Kristus di kayu salib, perjalanan Yesus sebagai manusia biasa yang "menanggung dosa seluruh umat manusia" ke alam maut selama tiga hari untuk merebut kunci jurang maut (Injil). Dengan kemenangan Yesus dari upah dosa yang adalah maut merupakan misi kunci Mesias, untuk menebus umat-umat pilihan Allah, pada saat kebangkitan orang-orang mati di hari Penghakiman Yesus.

Selasa, 11 Oktober 2011

Butir Renungan Transitus : 
Doa Fransiskus Di Hadapan Salib San Damiano

St. Fransiskus dari Assisi, santo pelindung binatang dan lingkungan hidup, adalah pendiri Ordo Fransiskan. Ia menjalankan Injil secara harafiah dengan  mengikuti semua yang Yesus katakan dan lakukan. Pestanya dirayakan setiap tanggal 4 Oktober. Sebelum perayaan 4 Oktober biasanya keluarga besar fransiskan-fransiskanes memperingati ‘transitus’ Fransiskus Assisi.

Transitus adalah istilah fransiskan untuk mengilustrasikan beralihnya jiwa Si Miskin dari Assisi dari dunia yang fana ke surga penuh kemuliaan. Biasanya para keluarga fransiskan-fransiskanes memperingati transitus ini dengan ibadat bersama dalam komunitas dan diadakan renungan dengan butir-butir permenungan yang diambil dari beberapa pokok penting dalam masa hidup Fransiskus.

Pada kesempatan ini butir renungan transitus diambil dari salah satu peristiwa penting awal pertobatan Fransiskus yang mencerminkan motivasi dan hati yang sesungguhnya dari St. Fransiskus Assisi.

Doa Di Hadapan Salib

Allah yang Mahatinggi dan penuh kemuliaan,
terangilah kegelapan hatiku
dan berilah aku
iman yang benar,
pengharapan yang teguh,
dan kasih yang sempurna
berilah aku, ya Tuhan,
perasaan yang peka
dan budi yang cerah,
agar aku mampu melaksanakan perintah-Mu
yang kudus dan yang takkan menyesatkan.

Saya sering berefleksi berdasarkan doa ini, dan sebagai seorang sarjana Fransiskan saya membuktikan bahwa doa ini benar-benar digubah oleh St. Fransiskus sendiri. Tiap kali saya mendoakannya, semakin saya yakin bahwa doa ini mengungkapkan isi hati St. Fransiskus yang sebenarnya.

Terangilah Kegelapan Hatiku

Doa Fransiskus tidak dimulai dengan kalimat yang mengandung arti “Kesengsaraaan diriku” atau betapa sengsaranya jiwa. Namun doa ini diawali dengan fokus kepada kemuliaan serta betapa mulianya keindahan Tuhan.

Hanya dengan mengucapkan kata-kata tersebut dalam semangat pujian, hati kita semakin ringan dan kita merasa diayunkan ke dalam kehadiran Tuhan yang penuh kemuliaan! Doa ini dimulai dengan kata-kata pujian! Pujian berarti mengangkat kita dari keasyikan atas diri sendiri dan kegelisahan kita. Pujian dan ucapan syukur membantu mencerahkan kegelapan hati saya.
Karena suatu alasan, saya merasa senang karena Fransiskus menggunakan kata ‘hati’ daripada ‘pikiran’, saat ia berkata “Terangilah kegelapan hatiku”. Kata ‘pikiran’ seakan membawa kita lebih banyak ke kepala. Dan ini bukanlah sikap St. Fransiskus yang sesungguhnya. Sikap St. Fransiskus yang sesungguhnya berasal dari hati. Hati memberi kesan kompleksitas kasih manusiawi dan misteri hasrat keinginan yang terdalam pada manusia-dengan semua sukacita dan dukacita yang ada padanya.

Hati Fransiskus sangat terarah pada kepenuhan misteri curahan kasih Tuhan. Suatu kali, menurut St. Bonaventura (1221-1274) - penulis riwayat hidupnya - sementara berdoa dalam tempat yang sunyi, Fransiskus mendapatkan penglihatan Kristus yang sedang memandangnya dari salib dengan kasih yang bernyala-nyala sehingga “jiwanya meleleh”. Kita hanya bisa percaya bahwa, setelah peristiwa jiwa-meleleh ini, setiap kali Fransiskus berdoa di hadapan salib, ia mengalami kembali curahan kasih Tuhan yang sama dan luar biasa itu.

Iman yang benar, Pengharapan yang Teguh dan Kasih yang Sempurna

Sewaktu Fransiskus mengatakan “iman yang benar,” ini seakan membangkitkan penglihatan transformasi-hati dari curahan kasih Tuhan yang tak berakhir, kasih yang tidak mengharapkan pamrih sama sekali! Inilah iman yang benar yang dimohon oleh Fransiskus - juga oleh saya dan Anda - dalam doa ini. Dan tidakkah iman yang benar ini - yang merupakan pemberian dan pengungkapan diri total Allah - menerangi kegelapan hati kita?

Kita berdoa bersama Fransiskus memohon “pengharapan yang teguh” yang mengalir dari “iman yang benar.” Dan dalam manakah “iman yang benar” ini mengungkapkan dirinya kepada kita secara lebih penuh selain dalam Kebangkitan Yesus? Para rasul secara nyata menjadi saksi dari pengharapan yang benar, saat Kristus yang bangkit memperlihatkan diri-Nya kepada mereka pada Minggu Paskah pertama. Ingatlah khususnya Rasul Thomas dalam hal ini. Yesus yang bangkit begitu menerangi kegelapan hati Thomas yang penuh keraguan, sehingga sambil menyembah ia menyatakan tanpa ragu lagi: “Ya Tuhanku dan Allahku!”

Sama seperti Fransiskus melihat Yesus pada salib menyerahkan diri-Nya kepada Fransiskus dan seluruh umat manusia dalam kasih yang sempurna dan total, demikian pula Fransiskus memohon agar ia menerima “kasih yang sempurna” yang sama pula. Kasih seperti ini memampukan Fransiskus untuk menjawab totalitas kasih Allah yang sama. Selanjutnya Fransiskus juga memohon “perasaan yang peka dan budi yang cerah, agar aku mampu melaksanakan perintah-Mu”. “Perintah” di sini sebenarnya berarti rencana mulia Tuhan yang dipelihara oleh semua anak Tuhan dalam kasih Kristus dan suatu saat nanti bangkit bersama Kristus ke dalam rangkulan kasih Tuhan.

Merefleksikan Salib San Damiano

Dokumen-dokumen awal fransiskan dari abad ke-13 mengindikasi bahwa salib yang dihadapannya Fransiskus berdoa (seperti doa di atas ini) adalah salib yang dikenal banyak orang yang tergantung di dalam kapel kecil di San Damiano, dekat kota Assisi. Salib yang dicintai ini, sangat dikenal oleh semua pengikut St. Fransiskus di seluruh dunia, dan dipanggil dengan nama Salib San Damiano. Salib ini sarana yang sangat baik untuk meditasi.

Jika memandang cermat pada tubuh Kristus yang tergambar di salib ini, akan terlihat bahwa bukan tubuh sengsara atau tubuh yang menanggung penderitaan berat yang tergambar di sana. Tetapi yang tergambar adalah tubuh yang sungguh bercahaya, seperti tubuh yang sudah bangkit, memancarkan kepenuhan Tuhan. Selain itu, alih-alih mahkota duri, kepala Kristus dikelilingi oleh lingkaran cahaya kemuliaan. Dan tubuhnya dengan tangan yang terentang nampak seperti sedang naik ke surga. Singkatnya, gambar di salib itu dengan jelas menampakkan Yesus yang bangkit mulia.

Tentu saja, jika gambaran Kristus seperti itu yang tertera di salib San Damiano yang direnungkan oleh St. Fransiskus dalam doa yang timbul dari hatinya, maka sangat masuk akal bahwa Fransiskus menyebut Yesus sebagai “Allah yang Mahatinggi dan penuh kemuliaan!” Karena semua tanda kemuliaan ada di salib itu.

O Kasih Tuhan yang Mahamulia, terangilah kegelapan hati kami!

Sumber : St. Francis’ Prayer Before the Crucifix, by Friar Jack Wintz, O.F.M., americancatholic.org

APAKAH YANG UTAMA?

Bacaan : Filipi 2:1-11 

At.mosphere Restaurant adalah restoran tertinggi di dunia karena berada di lantai 122 Burj Khalifa, Dubai (gedung tertinggi dunia dengan ketinggian 800 meter). Menu yang ditawarkan adalah makanan Eropa.

Dan, para tamu disarankan memesan sebelumnya, agar pihak restoran bisa menghadirkan pengalaman khusus, yang membuat orang datang kembali. Ya, bagi orang-orang kaya baik di negara kaya, berkembang, maupun miskin makan bukan lagi masalah mengisi perut dengan makanan sehat, tetapi mencari kepuasan dengan makanan bergengsi. Harga tidak menjadi soal.

Saat ini, sebagian besar penduduk dunia masih bergumul dengan "makan apa hari ini".
Sedangkan kelas menengah bergumul "makan di mana hari ini".
Namun, orang kaya yang hanya 20%, tetapi menguasai 80% kekayaan dunia kerap bergumul "makan siapa hari ini".

Kenyataan ini menunjukkan, betapa pentingnya setiap manusia mengalami kebesaran kasih Allah di dalam Kristus (Yohanes 3:16). Agar mereka mengalami hidup yang baru. Yakni hidup yang tidak berpusatkan kepada diri sendiri, tetapi berpusat kepada Allah dan memikirkan kepentingan orang lain juga (Filipi 2:4).

Seperti Kristus, yang rela mengesampingkan kepentingan-Nya sendiri, bahkan mengambil rupa manusia dan menjadi hamba. Agar oleh pengurbanan-Nya, Dia dapat memberi hidup baru bagi setiap orang yang mau menerima-Nya dan hidup bagi Allah (1:27-29; 2:5-11).

Mari kita periksa nafsu makan dan semua nafsu hidup kita hari ini; apakah itu untuk memuaskan kedagingan kita atau untuk memuliakan Bapa di surga.


APABILA TUHAN DAN SESAMA MENJADI YANG TERUTAMA

TUHAN AKAN MENJADIKAN HIDUP KITA BERGUNA DAN BERMAKNA


Sumber  :  http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2011/10/11/#SABDAweb

Jumat, 07 Oktober 2011

Hal - hal yang menghalangi terkabulnya doa kita

Tuhan tidak mengabulkan atau mendengar doa kita apabila didalam hati kita masih:

- Ada Niat Jahat Dalam Hati Kita (Maz 66:16)
- Menutup Telinga Bagi Yg Lemah (Ams 21:13)
- Hidup Di dalam Dosa (Yes 59 :1-2)
- Tdk Ada Keharmonisan RT Kita (1 Ptr 3:7)
- Ragu & Mendua Terhadap Tuhan (Yak 1 :6-7)
- Berdoa Untuk Kepentingan Sendiri (Yak 4:3)

Sedangkan keinginan Allah sendiri adalah :

- Berbicara Dengan-Nya
- Memuliakan nama-Nya
- Memohon Pada-Nya

Tidak boleh beranggapan Bahwa Dia Mendengarkan Kita, Hanya Karena Kita Berdoa. Yang Terutama Adalah Kita Hidup Di Dalam Dia & Melakukan Segala PerintahNya. Jika Kita Melakukan Hal-Hal Itu Maka Tuhan pasti mengabulkan Doa-doa kita

Sumber : http://kloter2000.blogspot.com/2010/11/mengapa-doa-kita-tidak-dijawab-tuhan.html

Selasa, 04 Oktober 2011

Betapa ...

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.10.000 apabila dibawa ke gereja untuk disumbangkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya bertamu ke rumah Tuhan selama 75-90 menit namun betapa singkatnya kalau kita menonton film selama 2 jam.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya, namun kita mengeluh ketika khotbah di gereja lebih lama sedikit daripada biasa.

Betapa malasnya untuk membaca satu perikop Alkitab, tapi betapa semangatnya membaca novel beratus halaman.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di gereja.

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 40 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk doa Rosario; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti perumpamaan dalam Alkitab; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci Injil.

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir, atau mengatakan apa-apa, atau berbuat apa-apa.