Rabu, 31 Agustus 2011

 Penghormatan kepada Leluhur menurut Tradsi Cina


Menurut dokumen Plane Compertum Est on December 8, 1939 yang dikeluarkan oleh the Roman Congregation of Propaganda Fide (sekarang disebut the Congregation for the Evangelization of Peoples), umat Katolik Cina dapat melakukan doa menghormati Confusius dan leluhur dengan ritus Cina, karena muatan religius ritus tersebut sudah disekularitaskan sehingga dapat dianggap sebagai perayaan kenegaraan saja.

Namun demikian, untuk nama Tuhan, digunakan nama “Tian Zhu(天主)”, sebagai Tuhan Yang Maha Tinggi yang diwahyukan oleh Yesus Kristus; dan instruksi tersebut menolak penggunaan nama “Tian(天)” or “Shangdi(上帝)” untuk Tuhan (Lihat Dekrit Paus Benediktus XIV, Ex Quo Singulari, July 5, 1742, esp. No. 10.).

Penghormatan kepada leluhur sendiri tidak bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik, yang memang mengajarkan agar perbuatan belas kasih tidak hanya terbatas pada sesama yang masih hidup di dunia ini, tetapi juga kepada mereka yang sudah mendahului kita beralih dari dunia ini, terutama orang tua dan kerabat kita, yang ditunjukkan dengan menguburkan mereka dan mendoakan bagi keselamatan jiwa mereka, khususnya dalam Misa Kudus.

Namun menarik untuk dilihat di sini adalah bahwa kebiasaan menghormati leluhur ternyata juga sudah berakar dalam budaya Cina, walau dengan pemahaman yang berbeda. Di sinilah muncul ‘tantangan’ bagi Gereja, tentang bagaimana menyikapinya, agar praktek ini tidak menyimpang dari ajaran iman, namun tidak juga meniadakan tradisi setempat yang sesungguhnya mempunyai makna luhur yang juga diajarkan dalam Kitab Suci.

Apa yang disampaikan oleh Plane Compertum Est (tentang diperbolehkannya upacara penghormatan leluhur) senada dengan yang sudah pernah dikeluarkan oleh Congregation of Propaganda Fide di tahun 1659 yang mengeluarkan instruksi kepada para misionaris agar menghormati adat kebiasaan dan tradisi penduduk lokal.
Dokumen yang disampaikan oleh Kongregasi tersebut berbunyi demikian:
“Jangan mempengaruhi orang- orang Cina untuk mengubah ritus mereka, kebiasaan mereka, cara- cara mereka, sepanjang ini tidak secara terbuka berlawanan dengan agama dan moralitas yang baik. Apakah yang lebih bodoh dengan mengimport hal- hal dari Perancis, Spanyol, Italia atau negara- negara lain di Eropa ke Cina? Jangan mengimpor ini semua, tetapi impor-lah iman. Iman tidak menolak atau menghancurkan ritus dan kebiasaan dari sebuah ras, sepanjang semua itu bukan hal yang jahat. Sebaliknya iman mempertahankan mereka. Secara umum, orang- orang menghargai dan menyukai cara mereka sendiri, dan terutama cara bangsa mereka sendiri, lebih daripada cara bangsa lain. Dengan cara itulah mereka tumbuh. Tidak ada sebab yang lebih efektif untuk menimbulkan kebencian dan keterasingan daripada mengubah kebiasaan suatu negara, khususnya kebiasaan yang sudah mendarah daging sejak dulu kala. Ini sungguh benar, khususnya jika di tempat- tempat di mana suatu kebiasaan sudah ditekan, kamu mengganti kebiasaan itu dengan kebiasaan negaramu sendiri. Jangan membenci cara-cara Cina karena berbeda dengan cara- cara Eropa. Sebaliknya, lakukanlah segalanya yang kamu bisa agar menjadi terbiasa dengan cara- cara itu.” (Original Latin text from: Collectanea, I, 1, Rome, 1907, article 135, pp. 42-43. Also in沈保義等,11-12頁(文獻3

Prinsip yang sama juga diajarkan oleh Paus Gregorius Agung (590-604) yang mengirim surat kepada seorang misionaris Inggris, Uskup Agustinus:
“Saudaraku, saya mengetahui bahwa engkau berpegang dengan sungguh dan tulus kepada kebiasaan- kebiasaan baik yang kau pelajari dari Gereja Roma. Tetapi aku berkata kepadamu, lihatlah hanya kepada hal- hal yang menyenangkan Tuhan yang Maha Besar, tak peduli apakah itu datang dari Gereja Roma, Gereja Perancis, atau Gereja lainnya. Hanya buatlah suatu pilihan yang hati- hati dan gunakanlah itu di Gereja Inggris. Gereja Inggris baru saja menerima iman. Engkau dapat mengumpulkan kebiasaan- kebiasaan dan cara- cara yang terbaik dari Gereja- gereja yang berbeda- beda, dan perkenalkanlah itu kepada Gereja Inggris…” (Epist. 64, Lib. XI, PL 77, Col. 1187)

Paus Gregorius Agung juga mengirimkan pesan melalui Abbas Melitus, kepada Uskup Agustinus di Britainia:
“Jadilah bijaksana, dan jangan menghancurkan kuil-kuil di Inggris. Cukuplah hanya untuk meniadakan berhala- berhala dari kuil- kuil itu. Siapkanlah air suci dan percikilah kuil-kuil itu. Bangunlah altar dan tempatkanlah relikwi suci di dalamnya. Alasannya adalah jika kuil- kuil tersebut indah, cukuplah untuk mengubah kuil-kuil itu yang dulunya dipakai untuk menyembah berhala, untuk dijadikan tempat- tempat menyembah Tuhan yang benar. Jika orang- orang ini melihat kuil- kuil ini tidak dirubuhkan tetapi sekarang telah digunakan untuk menyembah Allah yang benar, maka pemikiran- pemikiran yang salah di dalam hati mereka akan musnah, dan mereka akan berubah untuk mengenal dan menyembah Allah yang benar….” (Epist. 76, Lib. XI)

Paus Pius XII dalam surat ensikliknya Summi Pontificatus, juga mengajarkan hal serupa, dan prinsip ini juga dilestarikan dalam Konsili Vatikan II. Berikut ini adalah perbandingan antara apa yang disampaikan oleh Summi Pontificatus dengan Konstitusi tentang Liturgi Suci (Sacrosanctum Concilium, secara khusus paragraf 37)

Dalam hal-hal yang tidak menyangkut iman atau kesejahteraan segenap jemaat, Gereja dalam liturgi pun tidak ingin mengharuskan suatu keseragaman yang kaku. Sebaliknya Gereja memelihara dan memajukan kekayaan yang menghiasi jiwa pelbagai suku dan bangsa. Apa saja dalam adat kebiasaan para bangsa, yang tidak secara mutlak terikat pada takhayul atau ajaran sesat, oleh Gereja dipertimbangkan dengan murah hati, dan bila mungkin dipelihara dengan hakikat semangat liturgi yang sejati dan asli.

Berdasarkan prinsip di atas, kita ketahui bahwa Gereja menerima kebiasaan masyarakat lokal, sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan iman Katolik. Dengan demikian Gereja dapat bertumbuh dan berakar di dalam kehidupan masyarakat setempat, dan membentuk persekutuan iman dan budaya.

Prinsip ini sejalan dengan apa yang diajarkan dalam Konsili Vatikan II, tentang Hubungan Gereja dengan Agama- agama non Kristen:
“Demikian pula agama-agama lain, yang terdapat di seluruh dunia, dengan pelbagai cara berusaha menanggapi kegelisahan hati manusia, dengan menunjukkan berbagai jalan, yakni ajaran-ajaran serta kaidah-kaidah hidup maupun upacara-upacara suci. Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama-agama ini. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.” (Nostra Aetate, 2)

Dengan demikian, hal penghormatan leluhur memang diperbolehkan, namun sepanjang pengetahuan kami, belum ada dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pihak Vatikan, ataupun dari pihak KWI/ Konferensi WaliGereja Indonesia yang menyebutkan secara rinci tentang bagaimana hal penghormatan semacam ini dapat dilakukan [yang sudah ada adalah proposal dari Konferensi Uskup- uskup Taiwan -seperti tertulis dalam link yang anda sertakan- namun sejauh ini kami belum mengetahui apakah proposal ini sudah disetujui oleh Vatikan untuk dapat dilakukan di negara- negara lain].

Namun ada prinsip yang sudah disetujui oleh pihak Vatikan, berdasarkan hasil pembicaraan resmi antara para Uskup Taiwan dengan Mgr Joseph Caprio pada tanggal 18-19 Juli 1964 tentang hal Penghormatan Leluhur, (sumber: dari situs Keuskupan Agung Singapura)
yaitu demikian:
a. Untuk mengenang orang tua/ leluhur, pihak keluarga diperbolehkan untuk menyediakan semacam plakat yang bertuliskan nama orang yang meninggal, tetapi tanpa tambahan tulisan lainnya yang berbau tahayul.
b. Diperbolehkan untuk memberi penghormatan / sikap hormat di hadapan plakat tersebut, atau foto, atau peti jenazah.
c. Diperbolehkan untuk menyediakan buah atau makanan di depan plakat leluhur atau di kubur mereka.
d. Tidak diperbolehkan membakar kertas uang bagi jenazah, sebab ini mempunyai makna tahayul.

Penghormatan arwah orang tua sesungguhnya merupakan salah satu bentuk pelaksanaan perintah Tuhan yang ke-empat dalam kesepuluh perintah Allah, yaitu: “Hormatilah ayahmu dan ibumu” (Kel 20:12). Sedangkan hal penguburan dan penghormatan jenazah dengan memberikan persembahan makanan itu diajarkan dalam Kitab Suci (lih. Bar 6:26; Sir 7:33, 30:18;Tob 4:17).

Orang- orang Yahudi mengikuti kebiasaan ini yang umum dilakukan oleh bangsa- bangsa non- Yahudi, namun untuk maksud yang berbeda. Bangsa- bangsa non Yahudi memandang bahwa jiwa- jiwa orang mati itu yang akan makan persembahan; namun orang- orang Yahudi dan setelah itu orang- orang Kristen, melakukannya untuk memberi makan fakir miskin, sehingga mereka dapat turut mendoakan orang yang meninggal.

Terhadap keempat poin tersebut, Romo Santo Pr. memberi tambahan informasi demikian:
“Menurut Rm. Agung Wijayanto SJ (doktor sastra china klasik universitas Sanata Dharma), ketika memberi penerangan pada umat Katolik di Kebon Dalem Semarang pada perayaan Imlek tahun 2006, penghormatan dengan batang dupa bisa dilakukan oleh imam di depan altar saja. Karena fungsi dupa menyala/berasap memang untuk menghormati pribadi yang lebih agung, namun bukan untuk jenazah. Sedangkan jenazah hanya boleh didupai sebagaimana lazimnya liturgi pemberkatan jenazah. Sedangkan tambahan pada poin c, tentang penempatan buah-buahan dianggap sejajar dengan penempatan bunga di makam (tabur bunga). Bunga dan buah merupakan puncak adanya pertumbuhan suatu pohon. Maka hasil akhir penyelamatan yaitu hidup bahagia abadi disimbolkan dengan penempatan bunga atau buah. Harapan dengan menempatkan bunga dan buah ialah, semoga kita pun bisa memetik buah penebusan Kristus yaitu hidup bahagia abadi, dan semoga almarhum sudah memetik buah penebusan itu karena Kristus. Buah-buahan dan bunga yang ditempatkan adalah buah-buah dan bunga yang secara budaya lazim dipakai dan tidak memberi batu sandungan, contohnya: bukan buah kersen atau durian atau bunga bangkai.”

Rm. Bosco da Cunha O. Carm, sekretaris eksekutif KomLit KWI juga menambahkan demikian:
“Selalu diizinkan mendoakan arwah dengan budaya apapun termasuk budaya China. Dan harus diakui, simbol-simbol yang dipakai oleh budaya China begitu rumit antar sub suku pun berlainan padahal banyak sekali sub sukunya. Maka diminta keluarga berkonsultasi dengan imam yang akan memimpin upacara. Simbolnya harus dimaknai secara Katolik, seperti halnya pada bunga dan buah itu.”

Maka, sebelum dikeluarkannya urutan resmi yang diijinkan oleh KWI, upacara penghormatan kepada leluhur dapat dilakukan dengan membicarakannya dengan imam yang bersangkutan, dan tentu sebelumnya umat harus diberi penjelasan terlebih dahulu alasannya, agar jangan sampai upacara tersebut menjadi batu sandungan; sebab biar bagaimanapun upacara penghormatan leluhur menurut iman Katolik tidak persis sama dengan penghormatan menurut tradisi Cina. Sebab menurut ajaran iman Katolik, penghormatan kepada leluhur tidak terpisah dari penghormatan kepada Allah Trinitas yang menciptakan, menyelamatkan dan menguduskan orang yang sedang kita doakan, dan penghormatan tertinggi tetap hanya diberikan kepada Allah. Sebab sikap hormat dapat diberikan kepada yang meninggal (umumnya dengan menundukkan kepala), namun sikap penghormatan tertinggi yaitu doa dengan memegang batang dupa / hio dilakukan oleh imam saja untuk menghormati Tuhan dan bukan untuk menghormati jenazah. Pemahaman ini juga mendasari mengapa plakat nama orang yang meninggal tersebut juga tidak berdiri sendiri, melainkan selalu disertai salib/ crucifix, untuk menggambarkan bahwa janji kehidupan kekal itu diperoleh atas jasa pengorbanan Kristus di kayu salib.

Berikut ini adalah teks doa-doa yang umum digunakan untuk mendoakan jenazah:

“Tuhan, ingatlah akan hambamu …. (sebutkan namanya/ nama- nama mereka). Mereka mempunyai materai iman. Mereka telah pergi mendahului kami, dan sekarang telah beristirahat. Tuhan, kami mohon untuk memberikan kepada mereka, dan mereka yang telah beristirahat di pangkuan Kristus, sebuah tempat peristirahatan, yang terang dan damai.” (dari terjemahan teks Roman Eucharistic Prayer). Teks ini sesuai dengan pesan Mzm 23, bahwa Kristus sebagai Gembala yang baik akan menghantar jiwa orang- orang beriman untuk beristirahat dalam damai. Gambar- gambar tentang orang- orang mati yang sedang makan di perjamuan Kerajaan Surga telah digambarkan dalam fresco di dinding- dinding gereja bawah tanah (katakomba) abad- abad awal di Roma. Maka tradisi penghormatan leluhur ini juga bermanfaat untuk mengingatkan kita akan tujuan akhir kita untuk mengambil bagian di dalam perjamuan surgawi dalam Kerajaan Surga (lih. Luk 14:15; Why 19:19).

“Saudara/i …. (nama orang yang meninggal), kami memerciki engkau dengan air untuk memberkatimu, dan untuk mengenang Baptisan yang engkau terima. Semoga engkau melupakan segala kekuatiran yang engkau miliki di dunia, dan dengan suka cita mengikuti Kristus untuk masuk dalam kehidupan kekal.” (lihat juga KGK 1472-1473)
“Saudara/i …. (nama orang yang meninggal), engkau adalah seorang yang dikasihi Tuhan. Kami menghormatimu dengan wangi- wangian (incense) yang harum sebab Allah Bapa sudah menciptakanmu, Allah Putera telah menyelamatkanmu, dan Allah Roh Kudus telah tinggal di dalam-mu. Semoga perbuatan- perbuatan baikmu mengikuti engkau seperti dupa yang kudus, dan semoga Tuhan menerimanya. Ketika Kristus datang kembali, semoga engkau bangkit dan masuk ke dalam kehidupan kekal.” (lih. Why 14:12-13; 2Kor 2:15; KGK 1015-1019)

“Tuhan yang Maha Kuasa, di dalam Engkau orang-orang yang meninggal memperoleh hidup, dan para orang kudus memperoleh kebahagiaan yang sempurna. Kamu mohon dengarkanlah doa- doa kami untuk hamba-Mu (nama orang yang meninggal). Ia tidak lagi terikat dengan dunia ini. Terimalah dia ke dalam kota surgawi, di mana ia dapat melihat Engkau di dalam kemuliaan-Mu yang penuh belas kasih dan bantulah kami juga agar bertemu dengan Engkau di surga (terjemahan The Collect for Paschal week, 90)

Demikianlah  pembahasan tentang topik Penghormatan Leluhur menurut tradisi Cina yang dapat diterima oleh Gereja Katolik, menurut pemahaman kami di Katolisitas. Semoga berguna bagi kita semua.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Sumber : http://katolisitas.org/2011/08/26/tentang-penghormatan-kepada-leluhur/


3 Tingkatan Kasih

By  : 
-         St. Thomas Aquinas in the book “Christian Perfection and Comtemplation” dan Summa Theology, II-II, q.34, a.9.
-         Reginald Garrigou Lagrance in the book St. John of the Cross.

St. Thomas Aquinas memberikan analogi tingkatan kasih, seperti manusia yang dapat bertumbuh dari bayi sampai dewasa, yaitu dimulai dari bayi yang tidak dapat menggunakan akal budinya, kemudian berkembang kepada tahapan seseorang dapat menggunakan akal budi (age of reason), yang kemudian disusul dengan tahapan dewasa, yang dilengkapi dengan akal budi dan juga kesiapan untuk berkeluarga.

Hal ini sama seperti tingkatan kasih, yang melalui tahap perkembangan. Secara prinsip, kasih dapat bertumbuh terus sampai mencapai puncaknya di dalam Kerajaan Sorga. Jadi, selama kita di dunia ini, maka kasih kita dapat terus bertumbuh semakin sempurna, yang dapat dibagi menjadi tiga:

A.    Tingkatan pemula (beginners atau purgative).
Pada tingkatan ini, seseorang berusaha agar dia tidak jatuh ke dalam dosa berat, dan juga berusaha untuk melawan kelemahan dan kecenderungan berbuat dosa (concupiscences).

Dalam tahap ini, seseorang masih berfokus pada bagaimana caranya untuk menghindari dosa-dosa yang dulunya sering dia lakukan. Sebagai contoh kalau seseorang mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa melawan kemurnian, maka dia berjuang setengah mati agar dia tidak terjerumus ke dalam dosa yang sama.

Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: menghindari teman-teman yang dapat menjerumuskannya ke dalam dosa yang sama, menghindari tempat-tempat yang dapat membangkitkan keinginan untuk berbuat cabul, menghindari kesempatan-kesempatan untuk dapat melakukan dosa tersebut. Orang ini menyadari bahwa kalau dia jatuh ke dalam dosa berat yang sama, maka dosa berat tersebut akan menghancurkan kasih.

Dengan kata lain, orang-orang dalam tingkatan ini senantiasa berusaha menghindari dosa berat.

B.     Tahap kedua (Illuminative Way).
Pada tahap ini, seseorang bukan lagi berfokus pada menghindari dosa, melainkan pada bagaimana bertumbuh dalam kebaikan.

Mereka membuat kemajuan spiritualitas dalam terang iman dan kontemplasi. Seseorang pada tahap ini mulai berfikir apa yang dapat dilakukannya untuk dapat semakin memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan. Dia tidak lagi memikirkan untuk menghindari dosa pornografi, namun dia mulai berfikir, bagaimana dia dapat memberikan kebaikan kepada sesama, sehingga dia dapat membantu orang-orang yang mempunyai ketergantungan terhadap pornografi.

Orang yang dalam tahap ini, bukan hanya berfikir untuk menghindari dosa berat, namun juga dia mencoba mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Dia mencoba untuk menghilangkan kecenderungan-kecenderungan di dalam dirinya yang menghalanginya untuk bersatu dengan Tuhan. Dia bertumbuh dalam kasih dengan cara berbuat kasih.

c. Tahap sempurna (Univitive Way / Heroic Love).
Dalam tahap ini, seseorang secara sadar tidak mau dan dengan segala kekuatannya dia berusaha untuk menghindari dosa-dosa yang kecil (venial sins) sekalipun.

Walaupun kadang dia masih mengalami dosa kecil, namun dosa-dosa kecil ini terjadi dengan tidak sengaja. Secara aktif dia mencoba menghilangkan apa yang tidak sempurna dalam dirinya, sehingga seluruh akal budi, perbuatan dan perkataannya bertujuan untuk menyenangkan hati Tuhan.

Dia setia terhadap inspirasi dari Roh Kudus, dan menjalankan semua hal, termasuk hal-hal kecil dengan kasih yang besar. Dia sekaligus lemah lembut namun juga kokoh dalam imannya. Dia memandang rendah hal-hal dunia ini, dan secara aktif dan terus-menerus mempunyai kontemplasi terhadap hal-hal ilahi. Dia mempunyai hati yang besar (magnanimity), sehingga membuatnya dapat menyingkirkan hal-hal dunia agar dia dapat semakin bersatu dengan Tuhan. Bahkan, dia menginginkan persatuan abadi dengan Kristus melebihi apapun di dunia ini.

Dalam tahap ini, seseorang juga mempunyai derajat kerendahan hati yang sempurna. Walaupun kehidupan spiritualitasnya berkembang dengan sempurna, namun dia justru melihat dirinya yang paling rendah dari manusia lain. Karena hidupnya senantiasa dipenuhi dengan sinar ilahi, maka secara jelas dia dapat melihat apa-apa yang tidak sempurna dalam dirinya secara jelas dan pada saat yang bersamaan dia melihat Allah yang adalah segalanya.

Dalam kondisi seperti inilah, maka orang dalam derajat kasih yang tertinggi juga akan mempunyai derajat kerendahan hati yang tertinggi.

Yang mungkin tidak kalah pentingnya adalah tiga tingkat kesempurnaan kasih di atas juga berhubungan dengan kasih terhadap sesama.
Dalam tingkat awal, dia akan mengasihi orang -orang yang dia kenal tanpa mengabaikan orang-orang lain.
Di tingkat ke dua, dia dapat mengasihi orang-orang asing, yang tidak mereka kenal.
Dan di tingkat kesempurnaan, dia dapat mengasihi musuh-musuh mereka.

Yang perlu juga menjadi catatan adalah seseorang dapat bertumbuh dari tingkat awal ke tingkat yang lebih tinggi, namun orang juga dapat jatuh dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang paling awal.

Hanya rahmat Allah dan kesediaan untuk terus bekerjasama dengan rahmat Allah, dan juga tujuh karunia Roh Kudus, yang memungkinkan seseorang untuk mencapai kesempurnaan kasih.

Demikian, apa yang dapat saya jelaskan tentang tingkatan kasih, seperti yang diajarkan oleh para Bapa Gereja, seperti St. Agustinus, Dionisius, St. Thomas Aquinas, St.Yohanes Salib.

Semoga, kita yang masih dalam tingkat pertama maupun kedua, dapat terus bertumbuh di dalam kasih sampai mencapai kesempurnaannya di dalam Kerajaan Sorga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

Sumber  :  http://katolisitas.org/2011/08/15/tiga-tingkatan-kasih/

Jumat, 26 Agustus 2011


Ibadah Misa Katolik dalam Kitab Suci  :

1.Salam pembukaan Matius 28:19>
2.Salam Apostolik 2 Kor 13:14>
3.Amin 1 Taw 16:36b>
4.Tuhan sertamu Luk 1:28;2 Tes3:16;Rut 2:4.>
5.Tuhan kasihanilah kami Mat 17:15;20:31;Mzm 123:3.>
6.Kemuliaan kepada Bapa LUk 2:14;+dari kitab Wahyu.>
7Alleluia Wahyu 19:1-6;Tob 13:18.>
8.Arahkan hati kepada….Rat 3:41.>
9.Kudus,kudus,kudus..,Wahyu 4:8;Yes 6:3;Mrk 11:9-10;Mzm 118:26>
10.Doa Ekaristi 1 Kor11:23-26;Mat26:26-28;Mrk 14:22-24;Luk 22:17-20>
11.Amin(Meriah) Why 5:14>
12.Bapa kami Mat 6:9-13>
13.Damai sertamu Yoh 14:27;20:19>
14.Anak Domba Allah Yoh 1:29;why 5:6 dll>
15.Inilah Anak Domba Allah Wahyu 19:9.>
16.Tuhan saya tidak pantas Mat 8:8>
17.Pergilah dalam damai Luk 7:50;2 Taw35:3.>
18.Syukur kepada Allah 2 Kor9:15.

Sumber  :  http://bundamaria.wordpress.com/

St. Ludovikus IX, Pelindung OFS


Dosa dan kusta. 
Raja Ludovikus IX (Louis IX) tidak pernah melupakan pendidikan masa mudanya. Sahabat dan penulis riwayat hidupnya, Sieur de Joinville yang menemaninya pada waktu perang salib yang ketujuh ke Tanah Suci, menulis bahwa pada suatu kesempatan Raja bertanya kepadanya “Apa itu Allah?” Joinville menjawab, “Sri Paduka Raja, (Allah) itu adalah sesuatu yang begitu baik sehingga tidak ada sesuatu pun yang lebih baik.” “Baik,” kata Raja, “sekarang katakanlah kepadaku, apakah anda lebih suka menjadi seorang penderita kusta atau melakukan satu dosa berat?”

Pemandangan orang-orang kusta yang suka berkeliaran sepanjang jalan-jalan di Eropa pada abad pertengahan dapat mendorong suatu nurani yang sensitif untuk mengajukan pertanyaan seperti itu. “Saya lebih suka membuat 30 dosa besar, daripada menjadi seorang kusta” jawab Joinville dengan terus-terang. Ludovikus kemudian bertukar pikiran dengan Joinville secara serius karena Joinville menjawab begitu. Ludovikus berkata: “Apabila seseorang mati, dia disembuhkan dari kusta yang diderita pada tubuhnya, akan tetapi apabila seseorang yang telah berbuat suatu dosa berat mati, dia tidak dapat mengetahui dengan pasti bahwa pada waktu hidupnya dia telah menyesali dan bertobat atas dosanya itu dan bahwa Allah telah mengampuninya, dengan demikian dia harus merasa jauh lebih takut karena kusta dosa itu kekal-abadi seperti Allah dalam Firdaus adalah kekal-abadi.” 

Raja yang suci. Raja Ludovikus IX mencintai khotbah-khotbah, dia mendengar Misa dua kali sehari, dan ketika melakukan perjalanan dia dikelilingi oleh imam-imam yang mendaras ibadat harian. Walaupun dia merasa berbahagia ditemani imam-imam dan orang-orang bijak dan berpengalaman lainnya, dia tidak ragu-ragu untuk melawan rohaniwan/pimpinan Gereja bilamana yang bersangkutan menunjukkan ketidakpantasan. 

Pesta dan acara yang biasa dilakukan pada saat pengangkatan ksatria-ksatria baru dirayakan dengan penuh kemegahan, namun Ludovikus melarang dilakukannya hal-hal yang berbahaya dari segi moral di dalam istananya. Ia tidak memperkenankan kecabulan atau kata-kata tidak senonoh. Joinville menulis, “Saya sudah menemani Raja selama 22 tahun dan saya tidak pernah sekali pun mendengar dia mengucapkan sumpah, baik demi Allah, atau demi Bunda-Nya, atau demi para kudus-Nya. Saya bahkan tidak mendengar dia menyebut nama Iblis, kecuali kalau dia menemukan nama itu pada saat membaca dengan suara keras, atau ketika mendiskusikan apa yang baru saja dibacanya.” Seorang Dominikan yang mengenal Ludovikus dengan  baik menyatakan, bahwa dia belum pernah mendengar sang Raja berbicara buruk mengenai siapa saja.  

Pada waktu didesak untuk menghukum mati anak laki-laki dari Hugh de la Marche yang memberontak, raja tidak mau melakukannya, dia berkata, “Seorang putera tidak dapat menolak perintah-perintah ayahnya.” 
Lebih baik mati daripada … Raja Ludovikus IX memilih untuk tetap menjadi tawanan orang-orang Sarasin (Muslim), yang berarti juga kehilangan kerajaannya dan bahkan nyawanya, daripada murtad. Baginya tidak ada kehilangan/kerugian materi apa pun yang dapat dibandingkan dengan kehilangan Allah. 

Setiap penderitaan di dunia dapat ditanggung apabila kita berada dalam rahmat Allah, malah menjadi terasa manis bilamana kita menanggungnya karena kita tidak ingin melukai hati Allah. Sebaliknya, apabila kita memilih untuk melukai hati Allah agar dapat menghindar dari penderitaan materi berarti diri kita ke dalam penderitaan paling berat.“Kejahatanmu akan menghajar engkau, dan kemurtadanmu akan menyiksa engkau!”(Yer 2:19). 

Setiap hari Raja Ludovikus IX menerima 13 orang tamu istimewa dari antara orang-orang miskin untuk makan bersamanya, dan banyak orang miskin lainnya dilayani makan di dekat istananya. Selama masa Adven dan Prapaskah, semua orang yang datang akan diberikan makanan dan sering Raja Ludovikus IX sendiri yang melayani mereka secara pribadi. Raja menyimpan daftar-daftar orang-orang yang membutuhkan bantuan, yang secara teratur ditolongnya, di setiap provinsi kerajaannya. 









Senin, 22 Agustus 2011


Santapan Mewah

Selain keberanian untuk menghadapi gelapnya gua dengan kawanan singa lapar yang ada di dalamnya, kisah penolakan Daniel terhadap santapan ala Kerajaan Babel juga menjadi hal yang menarik. Alkitab terjemahan LAI mencatat, “Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya” (Dan. 1:8). Alkitab terjemahan Revised Standart Version menuliskan “santapan raja” dengan “santapan mewah”. Mengapa raja mewajibkan para pemuda tawanannya menikmati santapan raja?

John MacArthur dalam buku pemahaman Alkitabnya berjudul An Uncompromising Life menjelaskan bahwa kewajiban untuk menyantap makanan mewah ini merupakan salah satu strategi cuci otak. Raja Babel melakukan itu supaya para pemuda Yahudi, termasuk Daniel dan ketiga sahabatnya, bergantung pada kemurahannya. Begitu mereka terbiasa menikmati hidangan mewah ala kerajaan dan merasa nyaman, maka mereka akan melakukan apa pun untuk mempertahankan kemewahan itu. Mereka diberi iming-iming standar hidup mewah supaya kelak tidak ingin kembali pada kehidupan lama mereka dan mau memberi hidupnya untuk melayani raja.

Bila Anda pernah menikmati santapan mewah semacam itu, pasti akan sulit untuk menolak godaan untuk tetap bisa menikmati makanan itu setiap waktu. Para sejarawan Alkitab memperkirakan, ada sekitar 50-70 pemuda Yahudi yang dibawa ke Babel sebagai tawanan pada masa itu. Namun tampaknya hanya Daniel dan ketiga sahabatnya yang mampu dengan tegas menolak proses cuci otak melalui santapan mewah ala kerajaan ini. Sementara puluhan pemuda lainnya tidak dijelaskan bagaimana sikap mereka terhadap tawaran yang menggiurkan ini. Ada kemungkinan mereka semua terpikat, melayani raja, menyembah patung yang dibuat, dan meninggalkan Allah.

Sumber: http://www.ebahana.com/warta-3523-Santapan-Mewah.html


Sabtu, 20 Agustus 2011


“Semua Orang Bisa Naik Kelas”

Semua orang pasti bisa “naik kelas”, karena “naik kelas” itu bukan hak dominasi kelompok tertentu. Terlebih setiap orang ada di jalur perlintasan yang sama, naik kelas tidak memerlukan jalan memotong.

Mereka yang sebelumnya mantan tukang cendol, kenek angkot, penjual sandal di kaki lima, kuli bangunan dan anak tukang becak tidak mustahil jika pada akhirnya berdiri sejajar dengan para orang ternama dan sukses di jagad ini.

Sebuah kelompok band asal Lampung dapat kita jadikan contoh. Anggota personil band tersebut rata-rata berasal dari ekonomi bawah dan berhasil “naik kelas”. Walaupun saat menjadi bintang tamu dalam acara Kick Andy host acara Andy F Noya menilai wajah mereka “amit-amit…..”

Berbagai cemoohan lain pun kerap mereka terima. Tetapi apapun yang mereka lakukan, mereka adalah pribadi-pribadi yang meraih kesuksesan bukan karena wajah rupawan, keluarga kaya ataupun gelar akademis. Namun karena kerja keras dan semangat juang yang gigih.

Sekalipun wajah dan gaya hidup mereka dianggap tidak “sekelas” namun pada kenyataannya lagu-lagu band tersebut mendapat tempat dihati semua kalangan masyarakat dan tenar. Sukses.

Sebuah grup band atau siapapun selalu bisa naik kelas. Anda dan saya juga selalu bisa naik kelas. Dengan memanfaatkan cemooh dan kritik, perendahan dan penilaian di bawah standar sebagai anak tangga. Justru karena melaluinya kita dapat menampilkan diri kita secara bebas.

Biarkan orang lain melihat kita secara terbatas tetapi buatlah diri kita selalu tampil tanpa batas. Berterima kasihlah kepada mereka yang masih memberikan waktu nya untuk memberikan kritik dan penilaian bagi kita.

Corrie Ten Boom pernah berkata: “Orang-orang yang melontarkan kritik bagi kita pada hakikatnya adalah pengawal jiwa kita yang bekerja tanpa bayaran”. Oleh karena itu tanggapilah kritik bahkan cemoohan sekalipun bukan dengan kemarahan.

Karena dari dalamnya kita bisa mendapatkan apa yang sulit untuk kita temukan, dan melihat apa yang sulit untuk dapat kita lihat. Bukankah pisau tidak pernah bisa menajamkan dirinya sendiri, dan mata tidak pernah bisa melihat dirinya sendiri.

Setiap kita pasti bisa “naik kelas”, untuk itu buanglah semua belenggu yang ada di benak kita yang pernah orang lain lontarkan bagi kita: berpikirlah bebas, berani dan kreatif.

Beranilah menegakkan kepala kita: lakukan apa yang perlu kita lakukan, jangan pernah menunda dan buatlah gerakan. Mengambil waktu untuk sebuah perencanaan itu baik, tetapi jika tiba saatnya untuk melakukan sesuatu maka berhentilah berpikir dan majulah dengan semangat dan keyakinan.

Kahlil Gibran mengungkapkan : “Semangat adalah gunung api yang puncaknya tidak pernah ditumbuhi kebimbangan”.

Kesampingkan pikiran tentang kegagalan, tetapi fokuskanlah diri kita kepada keberhasilan. Yakinkan diri kita bahwa saat itu kita sedang melakukan sebuah perjalanan yang menyenangkan menuju “kelas” yang lebih tinggi daripada “kelas” sebelumnya.

Saat itulah kita sedang melakukan sebuah perjalanan tanpa membawa ide lama yang acapkali menghalangi diri kita untuk dapat merealisasikan ide baru. Jika ada hal-hal yang tampak menyulitkan, yakinlah bahwa masa sulit itu tidak akan pernah bertahan lama.

Kita akan selalu dapat melampauinya. Ingatlah kesulitan sehari hanya cukup untuk sehari, karena setiap hari yang kita jalani adalah hari yang baru dalam hidup kita.

Selamat mengukir prestasi dan menikmati “naik kelas” di setiap kesempatan.


Sumber: Majalah Bahana, Agustus 2011


Makna Kesepian

Pernahkah Anda merasa kesepian?
Atau pernahkan Anda mencoba menolong seseorang yang merasa kesepian?
Kesepian bukanlah masalah baru. Kesepian sudah ada sejak lama.
Pemazmur dalam Mazmur 102:2-8 pun pernah mengalaminya, "TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu. Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku! Sebab hari-hariku habis seperti asap, tulang-tulangku membara seperti perapian. Hatiku terpukul dan layu seperti rumput, sehingga aku lupa makan rotiku. Oleh sebab keluhanku yang nyaring, aku tinggal tulang-belulang. Aku sudah menyerupai burung undan di padang gurun, sudah menjadi seperti burung ponggok pada reruntuhan. Aku tak bisa tidur dan sudah menjadi seperti burung terpencil di atas sotoh."

Dalam dunia yang sudah mengalami ledakan populasi ini, kelihatannya aneh jika kesepian merupakan salah satu masalah terbesar. Saat ini, kesepian memang menjadi masalah serius, yang mau tidak mau harus diperhatikan.

Akibat Kesepian

Kesepian dapat berakibat buruk pada fisik. Sebuah survei melaporkan bahwa lebih dari 50 persen kasus pasien berpenyakit jantung, bersumber dari kesepian dan depresi. Mereka mengaku bahwa mereka merasa kesepian dan depresi sebelum terkena serangan jantung. Sebagian besar penelitian bahkan mengindikasikan adanya hubungan antara kesepian dan beberapa jenis kanker.

Kesepian juga memiliki akibat emosional. Sebuah studi menemukan bahwa 80 persen pasien psikiatri mengatakan bahwa mereka mencari pertolongan karena merasa kesepian. Kesepian dapat menyebabkan orang-orang menjadi gelisah, makan berlebihan, mabuk-mabukan, dan menderita insomnia.

Setengah juta orang di Amerika mencoba bunuh diri setiap tahunnya, dan banyak dari percobaan ini berkaitan dengan masalah kesepian. Orang merasa kesepian dari hari ke hari, kemudian memutuskan untuk menghancurkan diri mereka sendiri. Di Pusat Pencegahan Bunuh Diri di Los Angeles, California, banyak remaja yang diwawancarai mengaku bahwa percobaan bunuh diri yang mereka lakukan, berawal dari adanya rasa kesepian.

Tuhan tidak menciptakan kita untuk sendirian, namun untuk memiliki hubungan dengan-Nya dan dengan orang-orang di sekitar kita. Ia menciptakan kita untuk menikmati kehidupan yang penuh daya cipta, menjadi orang yang bertumbuh, dan menikmati kekayaan yang disediakan-Nya. Karena itu, sungguh menyedihkan bila orang merasa kesepian dan gagal memperoleh semua yang Tuhan inginkan untuk mereka peroleh dalam hidup mereka.

Dalam merenungkan pengertian dari kesepian, kita perlu menjawab tiga pertanyaan penting:
Apa itu kesepian? Apa penyebab kesepian? Adakah obat bagi kesepian?

Definisi Kesepian

Mungkin lebih mudah untuk merasakan kesepian daripada menjelaskannya. Orang-orang profesional memiliki definisi klinis tersendiri dan orang-orang awam memiliki gagasan tersendiri; tetapi ada baiknya kita membaca buku-buku psikologis atau menyelidiki hati kita sendiri untuk mendefinisikannya. Kesepian bukanlah sesuatu untuk dijadikan bahan gurauan atau untuk diabaikan.

Kesepian berarti, Anda tetap merasa seorang diri saja, di saat Anda dikelilingi berbagai jenis orang, dan sebagian dari mereka bahkan mungkin ingin bertemu dan mengobrol dengan Anda. Kesepian berarti, merasa terasing secara emosional di tengah-tengah keramaian, merasa tidak diinginkan dan tidak dibutuhkan. 

Orang-orang yang kesepian, berada di suatu tempat dan secara otomatis membangun tembok bukannya jembatan, serta melangkah mundur ketika orang lain melangkah maju untuk menyapa mereka. 

Orang-orang yang kesepian menghadapi hari-hari mereka seolah-olah tidak ada tujuan hidup. Tidak ada lagi seorang pun yang benar-benar peduli. Kesepian menggerogoti batin seseorang secara perlahan-lahan, sampai seluruh kekuatan emosional menjadi lemah dan harapan hancur.

Apa yang Bukan Merupakan Kesepian

Kesepian tidak sama dengan kesunyian. Kesunyian adalah isolasi fisik yang mungkin baik bagi kita. Yesus pergi menyendiri untuk merenung dan berdoa. Suatu kali, Rasul Paulus pergi meninggalkan teman-temannya, sehingga ia bisa merenung saat mereka sedang berlayar. Ia menginginkan kesunyian. Ia ingin sendirian.

Dalam kehidupan, saya menyadari bahwa setiap hari saya harus pergi menyendiri untuk berpikir, merenung, dan berdoa. Batin saya perlu "dibersihkan". Firman Tuhan memberi tahu kita bahwa kadang-kadang kita perlu sendiri bersama Tuhan, untuk berpikir, merenungkan Firman-Nya,
dan berdoa.

Kita harus tahu bahwa kesepian tidak sama dengan sendirian, dan kita semua pasti pernah merasa sendirian. Namun, merasa sendirian tidak begitu menyakitkan seperti kesepian. Sebagai contoh, sering dalam perjalanan, ketika saya berada jauh dari keluarga, saya merasa sendirian untuk sementara waktu. 
Akan tetapi, saya tahu hal itu akan berakhir. 
Saya akan segera naik pesawat terbang, mobil, kereta api, dan pulang ke rumah.

Kadang kala, kita memiliki perasaan merana. Merana adalah kesendirian ditambah pengalaman dukacita dan kesedihan. Sering kali kita merasa merana karena kehilangan orang yang kita cintai. Kita tahu bahwa kita tidak akan bertemu lagi dengan orang itu sampai kita semua berada di surga, asal ia sudah lahir baru di dalam Yesus Kristus.

Apa Itu Kesepian

Kesepian adalah suatu perasaan terasing dan terisolasi, tidak diinginkan, tidak dibutuhkan, dan tidak penting. Meskipun orang yang kesepian bisa tersenyum atau mengatakan bahwa mereka baik-baik saja,
tetapi di dalam hatinya mereka terluka. Orang yang merasa kesepian juga sering berpikir tentang bunuh diri, karena mereka tidak dapat merasakan sukacita seperti yang dirasakan/datang dengan mudah kepada orang lain.

Menurut saya, kesepian adalah kekurangan gizi pada jiwa, yang berasal dari hidup yang tergantung pada hal-hal yang kurang berarti (Yesaya 55:1-2). Banyak orang yang memberi makan jiwa mereka dengan hal-hal yang kurang berarti. Mereka berpendapat jika seseorang memiliki pekerjaan, uang, dan makanan, maka orang tersebut akan dipuaskan. Nabi Yesaya mengatakan, "Kamu membelanjakan uangmu, tetapi kamu tidak membeli roti. Kamu bekerja keras tetapi pekerjaanmu tidak membuatmu puas. Ya, kamu memberi makan tubuh dan kantongmu, tetapi jiwamu sedang kelaparan dan kekurangan. Kamu sedang menggantungkan hidupmu pada hal- hal yang kurang berarti!"

Kesepian adalah kekurangan gizi pada jiwa akibat hidup dengan hal-hal yang kurang berarti. Dan yang lebih menyedihkan, banyak orang yang puas dengan pengganti. Mereka puas dengan hiburan, saat Tuhan menawarkan sukacita kepada mereka. Mereka puas dengan meminum obat tidur, saat Tuhan menawarkan kedamaian kepada mereka. Mereka puas dengan harga, saat Tuhan menawarkan nilai kepada mereka. 

Mereka puas dengan kesenangan, saat Tuhan menawarkan hidup yang berkelimpahan
kepada mereka. Mereka puas dengan memainkan peranan di dalam masyarakat, saat Tuhan ingin menjadikan mereka sebagai anak-anak-Nya yang unik. Tuhan menawarkan mereka sesuatu yang berharga dan memuaskan yang jiwa. Ia menawarkannya "tanpa uang pembeli dan bayaran". Itu
adalah kasih karunia Tuhan yang begitu besar dan tak terbatas.

Penyebab Kesepian

Apa yang menyebabkan kesepian? Para sosiolog, psikolog, dan ahli medis telah mempelajari masalah kesepian selama bertahun-tahun. Para spesialis ini tidak selalu sepaham, namun mereka telah mencapai suatu kesimpulan perihal faktor-faktor penyebab kesepian.

1. Penyebab Sosial

Mobilitas kehidupan modern menyebabkan banyak orang tidak bertumbuh dengan baik dalam hal kerohanian. Mereka memunyai banyak kenalan, tetapi jarang memiliki persahabatan yang dalam dan tahan lama. Sebagai contoh, di Amerika, rata-rata 20 persen dari populasi berpindah setiap tahunnya. Ini berarti mereka harus beradaptasi dengan lingkungan baru, teman baru, tempat ibadah baru, dll.. Orang-orang yang tidak dapat memupuk persahabatan baru dengan cepat di tempat yang baru, biasanya membayar harga mobilitas tersebut dengan kesepian.

Persaingan hidup juga turut menyebabkan kesepian. Kita sibuk mencapai dan menomorsatukan kesuksesan. Kompetisi hidup tidak mendorong orang lain mendekati kita, tetapi menjauhi kita. Selain itu, sebagian orang merasa kesepian karena takut bahaya yang muncul baik di kota besar maupun kota kecil. Orang-orang yang sudah lanjut usia takut diserang penyakit. Orang-orang yang tinggal di perumahan memasang kunci dobel dan takut berbicara dengan orang asing. Dalam hal ini mereka tidak dapat disalahkan.

Untuk dapat memahami mengapa begitu banyak orang kesepian, Anda dapat menyatukan mobilitas dan persaingan dalam kehidupan modern, dengan rasa takut dan fakta bahwa kita hidup di dalam masyarakat yang sangat acuh tak acuh.

2. Penyebab Psikologis

Orang-orang yang kesepian sering kali memunyai karakteristik yang hampir sama. Salah satu contoh, mereka mudah terluka dan luka mereka tidak mudah sembuh dengan cepat. Suatu kali, mereka pernah sangat terluka dan hal ini menyebabkan mereka tetap menjaga jarak. Mereka mungkin pernah diremehkan oleh seorang karyawan yang berpotensi atau ditolak oleh teman atau orang yang penting dalam hidup mereka. 

Apa pun keadaannya, batin mereka terluka. Mereka takut disakiti lagi, sehingga mereka menarik diri ke dalam kerang perlindungannya. Mereka membawa luka-luka batin yang bernanah sampai mereka mengalami pembasuhan oleh kasih karunia Tuhan.

Orang yang kesepian tidak hanya orang yang disakiti orang lain; kadang-kadang mereka merupakan orang-orang yang menyimpan rasa bersalah. Mereka mungkin memunyai nurani yang tercemar, atau mungkin membawa penyesalan dari kesalahan dan dosa masa lalu. Mereka mungkin pernah melakukan dosa, dan noda-noda tersebut masih tertinggal di dirinya.

Orang-orang yang kesepian sering kali merupakan orang-orang yang rapuh. Kita harus memiliki rasa aman di dalam diri sendiri, agar dapat menjangkau dan berbagi dengan mereka. Anda harus tahu di mana Anda berdiri dan siapa Anda, dan apa yang mampu Anda lakukan untuk bisa menerima orang lain dan membina persahabatan. Bagi kebanyakan orang, bertemu orang lain adalah suatu hal yang menyenangkan; tetapi bagi orang yang kesepian, bertemu orang lain merupakan sebuah ancaman. Anda tidak bisa membangun hubungan di atas fondasi yang tidak kukuh.

Orang yang kesepian terkadang membingungkan. Mereka tidak yakin dengan diri mereka sendiri, ke mana mereka pergi, atau mengapa mereka ada di sini. Itulah sebabnya, mengenal Kristus membuat kita mulai berjalan menuju penggenapan, karena ketika Anda mengenal Tuhan, Anda tahu dari mana Anda berasal, siapa diri Anda, dan apa yang Tuhan kehendaki bagi Anda.

Kadang-kadang, orang yang kesepian adalah orang yang egois. Hidup mereka dikendalikan oleh perasaan mengasihani diri sendiri dan cemburu dengan orang lain yang memiliki lebih dari apa yang dapat mereka miliki dan lakukan. Bukannya mengucap syukur untuk apa yang sudah mereka miliki, mereka duduk di sekeliling perasaan mengasihani diri sendiri karena apa yang tidak mereka miliki.

3. Penyebab Rohani

Salah satu akar penyebab kesepian adalah masalah rohani. Hubungan spiritual merupakan hubungan yang paling penting dalam hidup ini. Hidup dibangun atas dasar hubungan-hubungan Anda dengan diri sendiri, orang lain, alam sekitar, dan terutama dengan Tuhan. 

Mampu mengenali, menerima, dan menjadi diri sendiri, memampukan Anda untuk berhubungan dengan orang lain. Ketika hubungan kita dengan Tuhan, diri sendiri, dan orang lain berjalan sebagaimana mestinya, kesepian bukanlah suatu masalah. Ketika kita meninggalkan Tuhan di luar kehidupan atau tidak menaati-Nya dengan sengaja, kita membuka jalan masuk bagi kesepian.

Obat bagi Kesepian

Adakah obat bagi kesepian? Ada! Kita tidak dapat mengubah masyarakat dan memaksa orang lain untuk berubah dengan mudah. Sebagian orang yang kesepian mungkin membutuhkan konseling Kristen profesional. Jika kesepian Anda mendekati depresi dan kehancuran, berarti Anda harus mendapatkan pertolongan dari seorang konselor Kristen yang berkompeten. 

Namun, orang yang kesepian dapat mulai mengalami kesembuhan batin dengan memercayai Yesus Kristus. Ia dapat memperbaiki hubungan yang hancur dengan Tuhan, diri kita sendiri, ciptaan lainnya, dan orang lain. Yesus Kristus dapat menolong kita untuk mengenali, menerima, dan menjadi diri sendiri. 

Hanya Yesus Kristus yang mampu membersihkan kita dari rasa bersalah akibat dosa dan memberi kita masa
depan yang menyenangkan. Hanya Dia yang mampu membuat kita menjadi ciptaan baru, dan memberi kita kekuatan batin untuk menghadapi kehidupan dan mengatasi hambatan-hambatannya.

Selain karena masalah sosial, kesepian pada dasarnya adalah masalah hati. Apa yang dilakukan kehidupan terhadap kita, kebanyakan tergantung pada apa yang ditemukan kehidupan di dalam diri kita. Inti dari setiap masalah adalah masalah hati. Itulah sebabnya Yesus berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28) 

Yesus Kristus ingin masuk ke dalam hidup Anda, mengenal Anda, dan Ia juga ingin Anda mengenal-Nya. Ia ingin menyucikan Anda dan menjadikan Anda ciptaan baru. Anda dan Dia dapat bersama-sama memecahkan masalah-masalah yang selama ini menyebabkan kesepian di dalam hidup Anda.

Yesus Kristus adalah satu-satunya yang dapat memberi Anda hidup kekal. Itulah sebabnya Ia datang dan hidup di dunia, mati, dan hari ini hidup sebagai Juru Selamat, Tuhan, dan Sahabat Anda.

"Tuhan adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku" (Mazmur 23:1).


Sumber :
Judul asli buku: Lonely People
Judul buku terjemahan: Membangkitkan Roh Antusias
Penulis: Warren W. Wiersbe
Penerjemah: Tessa A. W.
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2003

Jumat, 19 Agustus 2011


Harga sebuah mujizat

Sally baru berumur 8 tahun ketika dia mendengar ayah dan ibunya berbicara tentang kakaknya Georgi. Kakaknya sakit keras dan mereka telah melakukan semuanya untuk menyelamatkan nyawanya. Hanya pengobatan yang sangat mahal yang dapat menolongnya sekarang tapi itu tidak mungkin karena kesulitan keuangan keluarga tersebut.

Sally mendengar ayahnya berkata, hanya mukjizat yang dapat menyelamatkan kakaknya. Sally masuk ke kamarnya dan mengambil celengan yang disimpannya, menjatuhkannya ke lantai dan menghitungnya dengan hati-hati.

3 kali dihitungnya hingga benar-benar yakin tidak salah menghitung jumlah uangnya. Dia memasukkan uang koin tersebut ke dalam saku sweaternya dan menyelinap meninggalkan rumahnya untuk menuju ke sebuah toko obat.

Dengan penuh kesabaran, ditunggunya si apoteker yang tengah sibuk berbicara dengan seorang pria. Si apoteker tidak melihatnya karena dia begitu kecil. Hal itu membuat Sally bosan dan dia menghentak-hentakan kakinya ke lantai untuk membuat kebisingan. Si apoteker melongokkan kepalanya tapi juga tidak melihat si Sally kecil. 

Akhirnya dia keluar dan menemui Sally. “Apa yang kau mau?” tanya si apoteker dengan keras. “Saya sedang berbicara dengan saudara saya.” 

“Baik, saya ingin berbicara tentang kakak saya,” Sally menjawab dengan nada yang sama “Dia sakit, dan saya ingin membeli mukjizat.” 

“Maaf, apa yang kamu katakan ?” kata si apoteker. 

“Ayah saya berkata hanya mukjizat yang dapat menyelamatkan kakak saya, nah sekarang berapa harga mukjizat itu ?” 

“Kami tidak menjual mukjizat di sini, anak kecil. Saya tidak dapat menolongmu.”

“Dengan, saya mempunyai uang untuk membelinya jadi katakan saja berapa harganya,” kata Sally dengan lantang.

Seorang pria berpakaian rapi duduk jongkok di hadapan Sally dan bertanya,”Mukjizat jenis apa yang dibutuhkan saudaramu?”

“Saya tidak tahu,” jawab Sally. Airmata mulai mengalir di pipinya “Yang saya tahu, dia benar-benar sakit dan ayah saya berkata hanya mujizat yang dapat menyembuhkannya.”

“Berapa banyak yang kau punya?” tanya pria itu. “Satu dollar 11 sen,” jawabnya dengan bangga. “Dan inilah semua uang yang saya punyai didunia ini.”

“Wah, suatu di luar logika,” senyum pria tadi 1 dollar 11 sen. Harga yang tepat untuk sebuah mukjizat.

Dia mengambil uang itu, lalu dengan tangan yang satunya membimbing tangan anak kecil itu sambil berkata,”Bawa aku ketempat kamu tinggal, aku ingin bertemu dengan kakak dan orangtuamu”.

Pria berpakaian rapi itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang spesialis bedah. Dia terharu pada perjuangan Sally kecil yang masih 8 tahun dalam mencari mujizat dengan uang celengannya. Dr. Carlton Armstrong merasa tergerak oleh belas kasihan untuk membantu operasi bedah dalam penyembuhan kakak Sally. Operasi berjalan sempurna dan Georgi, kakak Sally diselamatkan. Sebuah operasi yang luar biasa dan ajaib karena keluarga Sally tidak perlu mengeluarkan uang, selain tabungan Sally yang diberikan kepada dokter itu.

Sebuah kebijaksanaan bisa kita pelajari dari kisah nyata ini. Ketulusan dan kasih akan mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu mencari jalan keluar. Si Sally tidak punya uang yang cukup, tidak punya tenaga yang cukup, tetapi kasih yang tulus, itulah yang mendorong dia untuk menyusuri jalan dari rumahnya menuju ke toko obat dan berusaha keras mencari pertolongan.

Ketulusan dan kasih memberi dorongan yang kuat untuk seseorang mencari jalan keluar. Bila kita ada masalah, biarlah kasih dan ketulusan yang memerintah hati kita, sehingga dengan bijaksana kita akan mencari jalan keluar.

Sumber : http://www.jawaban.com/index.php/spiritual/detail/id/58/news/110318153531/limit/0/Harga-Sebuah-Mukjizat.html

Selasa, 16 Agustus 2011

Orang Suci yang Jasadnya Tidak Hancur


01. Saint Bernadette of Lourdes, meninggal 1879

02. Saint John Vianney, meninggal 1859

03. Saint Teresa Margaret, meninggal 1770

04. Saint Vincent de Paul, meninggal 1660

05. Saint Silvan Died circa 1658

06. Saint Veronica Giuliani, meninggal 1727

07. Saint Zita, meninggal 1272

08. Saint John Bosco, meninggal  1888

09. Blessed Pope Piux IX, meninggal 1878

10. Blessed Pope John XXIII, meninggal 1963


11. Blessed Imelda Lambertini, meninggal tahun 1333 dalam usia 12 thn.


12. Santa Catherine Laboure, wafat 1876.


13. Santa Clare dari Assisi, wafat tahun 1253, sahabat Santa Francis dari Assisi.

14. Santa Maria Goretti, wafat tahun 1902.

15. Santa Rita dari Cascia, wafat tahun 1457.

16. Santo Francis Xavier, wafat tahun 1552.

17. Santo Pio dari Pietrelcina, wafat tahun 1968.


Rabu, 10 Agustus 2011

PENTINGNYA PELAYANAN ANAK

Melayani anak-anak berdampak bagi Kerajaan Allah. Gereja kiranya
menggarapnya dengan serius. Bagaimana dengan gereja Anda?
Bagi sebagian orang, melayani anak-anak dianggap kurang terlalu
penting. Bahkan, ada sebagian gereja yang tidak memberi tempat dan
fasilitas bagi pelayanan anak. Namun, bila kita mempelajari Alkitab,
ternyata pelayanan anak diberi tempat istimewa. Injil Matius 18:1-11,
mencatat betapa pentingnya melayani anak-anak. Berdasarkan ayat-ayat
tersebut, setidaknya ada empat hal yang perlu kita renungkan bersama.

Keempat hal dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Anak-anak adalah ladang pelayanan (ayat 1-4).
2. Berkat Tuhan atas anak-anak (ayat 5).
3. Penyesatan di ladang Tuhan (ayat 6-9).
4. Misi penyelamatan untuk anak-anak (ayat 10-11).

Anak-anak Adalah Ladang Pelayanan
Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga? Pertanyaan ini diajukan oleh
para murid. Hal ini terjadi setelah mereka memberi (uang) ke Bait
Allah (Matius 17:27). Jawaban Tuhan Yesus sungguh di luar prediksi.
"Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di
tengah-tengah mereka" (ayat 2). Mengapa Yesus mengambil anak kecil?
Karena anak kecil itu tidak menghiraukan posisi. Anak-anak itu begitu
gampang percaya. Begitu mudah dipengaruhi. Maka, Yesus mengatakan
kalau engkau tidak bertobat seperti anak kecil ini, engkau tidak akan
masuk ke dalam Kerajaan Surga (ayat 3).

Berkat Tuhan Atas Anak
"Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia
menyambut Aku." (ayat 5). Rupanya, ada berkat khusus yang Tuhan
sediakan bagi mereka yang melayani anak-anak. Dapatlah dikatakan,
pelayanan anak adalah pelayanan yang mulia. Mengapa disebut mulia?
Firman Tuhan sendiri menjelaskan bahwa menyambut anak-anak sama dengan
menyambut Kristus.

Penyesatan di Ladang Tuhan
Menurut penelitian, anak-anak dapat menguasai lima bahasa sekaligus.
Bagi orang dewasa ini sulit terjadi. Bukankah ini menunjukkan bahwa
daya ingat anak-anak sangatlah besar? Apa saja yang mereka dengar akan
diingat-ingat. Bila orang tua mengucapkan kata-kata yang tidak
beriman, anak-anak mudah mengingatnya.

Di sekeliling kita, banyak anak yang disesatkan karena perkataan orang
dewasa. Secara tegas Tuhan Yesus menyatakan sikap terhadap mereka yang
menyesatkan anak-anak. Alkitab katakan demikian, "Tetapi barangsiapa
menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya
kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan
pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut." (ayat 6).

Pernyataan Tuhan Yesus ini sangat tegas! Tuhan Yesus tidak
tanggung-tanggung mengungkapkan kenyataan ini. Hal ini membuktikan
bahwa Tuhan Yesus sangat mencintai pelayanan anak.

Misi Penyelamatan Anak-anak
"Awas! Jangan menghina salah satu dari orang-orang yang kecil ini.
Sebab ingatlah, malaikat-malaikat mereka selalu ada di hadapan Bapa-Ku
di surga. "Sebab Anak Manusia datang untuk menyelamatkan orang yang
sesat!" (BIS -- ayat 10-11).

Kiranya kita menyadari bahwa anak-anak itu bisa hilang. Artinya,
mereka kehilangan kepercayaan kepada Kristus. Bila hal itu terjadi,
maka keselamatan tidak terjadi dalam kehidupan mereka. Padahal,
anak-anak adalah objek kasih Bapa. Lalu, bagaimana anak-anak dapat
diselamatkan? Praktis bila rumah tangga kita dijadikan sebagai ladang
misi. Anak-anak yang Tuhan percayakan dalam rumah tangga kita kiranya
dijadikan ladang misi. Orang tua, orang-orang dewasa dalam keluarga
kiranya mengambil bagian dalam pelayanan ini.

Sumber: http://www.ebahana.com/