Saat-saat Teduh Bersama-Nya
Judul buku | : | Mezbah Doa Para Pemimpin |
Judul artikel | : | Abraham: Juru Syafaat Kota |
Penulis | : | Haryadi Baskoro |
Penerbit | : | Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008 |
Halaman | : | 3 -- 8 |
Charger Rohani
Kehidupan rohani kita bisa kehilangan semangat, kering, tak terkendali, bahkan terancam lumpuh karena beragam pergumulan hidup. Oleh karena itu, hidup kita harus selalu di-recharge. Orang
Yosua melakukan tindakan me-recharge rohani bangsa
1) mendirikan mezbah bagi Tuhan (30) sebagaimana diperintahkan oleh Musa;
2) menulis kembali salinan hukum Musa (32); dan
3) memperdengarkan kembali perintah Tuhan secara utuh baik berkat maupun kutuk (34). Apa yang dilakukan Yosua, sesuai dengan firman Tuhan melalui Musa, yang terdapat di Ulangan 27:1-8). Bagi Yosua, inilah tugas esensialnya, yaitu agar umat Tuhan terus menerus berada dalam kondisi rohani prima.
Charger rohani bagi umat Kristen adalah persekutuan dengan Tuhan, yang diisi dengan doa dan perenungan firman Tuhan. Mengabaikan persekutuan dengan Tuhan sama saja dengan membiarkan hidup kita kering dan kosong. Akibatnya kita menjadi lemah karena tidak memiliki daya apa-apa.
Padahal bila kita tidak memiliki kekuatan rohani di tengah dunia yang penuh dengan berbagai ancaman terhadap iman kita, kita bisa terseret menjauh dari Tuhan. Hanya dengan kecintaan pada Tuhan dan firman-Nya maka kita akan bersedia menekuni kebiasaan merenungkan firman Tuhan sehari lepas sehari, dan menjadikan firman Tuhan itu sebagai panduan hidup kita.
Sediakanlah waktu untuk secara berkala di-recharge oleh Tuhan.
Sumber : http://www.sabda.org/
Dokter Kehidupan
Nats : Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku (Mazmur 26:2)
Apabila sakit, kebanyakan kita segera pergi ke dokter untuk minta diperiksa. Kita melakukannya agar dokter menemukan penyakit kita dan memberi obat yang tepat. Namun agar obatnya tepat, penyakit-nya pun mesti jelas dulu. Dokter yang baik tidak akan asal memeriksa, juga tidak asal memberi obat. Jika asal, bisa kacau semuanya.
Daud meminta Tuhan memeriksa dirinya (ayat 2). Jangan salah paham, Daud tidak bermaksud tinggi hati, pongah, atau sombong. Daud tidak menantang Tuhan seolah-olah ia tak punya salah atau mau menonjolkan kesucian hatinya. Bukan itu. Daud justru sedang mengadu kepada Tuhan bahwa ia membutuhkan keadilan.
Mengapa?
Sebab ia sudah hidup dalam ketulusan dan iman yang teguh (ayat 1).
Dalam suasana seperti inilah Daud mempersilakan Tuhan memeriksa dirinya. Ya, ia membuka dirinya untuk diperiksa. Ini tampak dari kata yang dipakai Daud: "selidikilah batinku dan hatiku" (ayat 2).
Kata Ibrani yang dipakai untuk kata "selidiki" di sini adalah tsaraph. Kata ini dipakai untuk menunjuk pada kegiatan memurnikan logam dari berbagai kotoran. Daud rindu Tuhan memurnikan dirinya. Ia memang sudah belajar hidup tulus dan beriman, tetapi ia sadar masih memerlukan pemurnian Tuhan setiap hari, agar hati dan batinnya terbebas dari segala "kotoran".
Apakah kita bersedia terus diselidiki Tuhan? Bukalah hati dan hidup Anda seluas-luasnya di hadapan Allah. Jangan cepat merasa puas diri; atau merasa sudah beres. Mintalah selalu agar Tuhan memurnikan hati kita setiap hari, melalui segala sesuatu yang diizinkan-Nya terjadi dalam hidup ini.
MASALAH PILIHAN
“Jangan kamu menyangka bahwa aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Siapa saja yang mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada Aku, Ia tidak layak bagi-Ku; dan siapa saja yang mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Siapa saja yang tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Siapa saja yang yang mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan siapa saja yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Siapa saja yang memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Ia tidak akan kehilangan upahnya.
Setelah Yesus mengakhiri pesan-Nya kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari
Pada hari Minggu Palma malam di tahun 1212 terjadilah peristiwa di Assisi yang sangat penting dalam ‘gerakan Fransiskan’ yang masih sangat muda pada waktu itu dan juga dalam sejarah Gereja. Pada malam itu seorang gadis muda-usia dari sebuah keluarga bangsawan Offreduccio yang baru berumur 18 tahun, melarikan diri dari rumahnya. Seperti telah disepakati bersama sebelumnya, di gereja Portiuncula gadis muda itu bertemu dengan seorang laki-laki muda bernama Francesco (Fransiskus) – si kecil miskin dari
Di
Pada waktu adiknya, Agnes, bergabung dengan Klara, keluarga Offreduccio mengirim 12 orang bersenjata guna ‘mengambil’ kedua perempuan muda itu. Namun ketika Klara berdoa, tubuh Agnes menjadi sedemikian berat sehingga tidak seorang pun yang datang menjemputnya mampu untuk mengangkat dia. Alhasil, baik Klara maupun Agnes dapat tetap tinggal dalam biara.
Pada masa itu Klara dipandang orang-orang sebagai salah seorang perempuan paling cantik di
Klara juga menyadari sepenuhnya, bahwa dengan pilihannya itu dia akan kehilangan apa-apa saja, dan akan memperoleh apa-apa saja, dalam Yesus. Dalam suratnya yang pertama kepada Agnes dari Praha – seorang puteri raja dari Bohemia – yang juga telah meninggalkan kehormatan duniawi agar dapat dapat bergabung dengan ordo biarawati yang belum lama dimulai oleh Klara –
Klara menulis sebagai berikut: “Memang pertukaran yang besar dan terpuji yakni: meninggalkan barang yang fana ganti barang kekal, mendapat yang surgawi ganti yang duniawi, mendapat seratus kali lipat ganti satu dan memperoleh milik berupa hidup kekal dan bahagia (Surat pertama Klara kepada Agnes dari Praha, 30 [terjemahan Pater C. Groenen OFM]).
Memang ada begitu banyak hal-hal duniawi yang menggoda kita dalam usaha kita menjauhi atau mencampakkan kehidupan yang ditawarkan Yesus kepada kita. Walaupun kita tidak terbujuk oleh ‘wah’-nya hal-hal duniawi tersebut, tetap saja hal-hal itu dapat menimbulkan rasa tidak puas dalam diri kita atas segala hal yang telah kita miliki, apakah harta kekayaan, ilmu pengetahuan, ketenaran dsb. Terlampau sering kita melihat hal-hal duniawi yang memang berwujud – yang kita ingin tinggalkan – secara khasat mata itu jauh lebih jelas. Sebaliknyalah hidup berserah-diri kepada Kristus yang penuh sukacita itu sukar untuk dilihat secara khasat mata.
Tanpa relasi yang akrab dengan Kristus, tanpa asupan makanan rohani dan penghiburan dari Dia, maka kita tidak dapat meninggalkan kehidupan lama kita demi mengikut Yesus. Namun apabila kita terserap ke dalam cintakasih-Nya, kita pun sungguh akan menemukan diri kita dalam suatu
DOA: Tuhan Yesus, aku mempersembahkan hari ini kepada-Mu. Penuhilah hatiku dengan suatu hasrat berkobar-kobar untuk menyerahkan setiap saat kehidupanku kepada-Mu saja. Amin.