Rabu, 28 Desember 2011

Penjelasan Pangkat Pangkat Polisi.

Pembagian Administrasi kewilayahan polisi dari tingkat paling rendah, yaitu :

a. POLSEK : Kepolisian Sektor, membawahkan 1 Kecamatan, dipimpin oleh polisi berpangkat AKP.(Kompol untuk Polda Jaya)

b. POLRES : Kepolisian Resor, membawahkan 1 Kabupaten, dipimpin oleh polisi berpangkat AKBP.(Kombes untuk Polda Jaya)

c. POLWIL : Kepolisian Wilayah, biasanya membawahkan beberapa kabupaten/kota sekaligus, seperti POLWIL SEMARANG. dipimpin oleh polisi berpangkat KOMBES.

d. POLDA : Kepolisian Daerah, membawahkan 1 propinsi, dipimpin oleh polisi berpangkat Brigjen/Irjen (Irjen biasanya untuk daerah stategis)

e. Mabes POLRI : Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, membawah-kan seluruh daerah di Indonesia, dipimpin oleh KAPOLRI.

Pangkat Polisi yang paling rendah sekarang adalah BHAYANGKARA DUA (bharada), tapi itu hanya ada di kesatuan brimob dan mulai ditiadakan karena kurang etis apabila polisi2 yang baru2 keluar dari SEBA (sekolah bintara polisi) langsung maen perintah senior2nya yang pangkatnya bhayangkara.

nah, ini dia :

1. BRIPDA (brigadir polisi dua) lambangnya, setara dengan sersan dua TNI
2. BRIPTU (brigadir polisi satu) lambangnya, setara dengan sersan satu TNI
3. BRIPKA (brigadir polisi kepala) lambangnya, setara dengan sersan kepala TNI
4. BRIGADIR, pangkatnya, setara dengan sersan mayor TNI

Perwira Pertama-nya :

1. IPDA (inspektur satu polisi) pangkatnya (I) setara sama letnan dua TNI
(baru2 lulusan AKPOL atau Sekolah Calon Perwira)

2. IPTU (inspektur satu polisi) pangkatnya (II) setara sama letnan satu TNI

3. AKP (ajun komisaris polisi) pangkatnya (III) setara dengan kapten TNI
(ini biasanya jadi Kanit di polres2 atau jadi KAPOLSEK)

Perwira Menengah (sudah ikut SESPIM - Sekolah Staf dan Pimpinan, kalo di TNI namannya SESKO - Sekolah Staf dan Komando)

1. KOMPOL (Komisaris Polisi) pangkatnya (“*” Melati, bukan Bintang) setara sama MAYOR TNI

2.AKBP (Ajun Komisaris Besar Polisi) pangkatnya (**) setara sama Letnan Kolonel TNI. ( biasanya udah jadi kapolres)

3. KOMBES (Komisaris Besar Polisi) pangkatnya (***) setara sama KOLONEL TNI, (biasanya jadi kadit-kepala direktorat- di polda2, atau bisa juga jadi Kapoltabes dan Kapolwil)

Perwira Tinggi :

1. Brigadir Jenderal (Brigjen), polisi berbintang satu, biasanya jadi Kapolda atau Wakapolda, setara sama Brigjen TNI.

2. Inspektur Jenderal (Irjen), polisi berbintang dua, biasanya jadi KAPOLDA di daerah2 strategis semacam Jakarta Raya. Setara sama Mayor Jenderal TNI.

3. Komisaris Jenderal (Komjen), polisi berbintang tiga, ada sekitar 5 orang, yaitu antara lain yang menjabat sebagai Kepala Bagian Reserse dan Kriminal (KABARESKRIM) dan WAKAPOLRI. ini setara sama Letnan Jenderal TNI.

4. Jenderal, polisi berbintang 4, jelas cuma 1 orang jadi KAPOLRI. setara sama Jenderal TNI

Sumber : http://jelajahunik.blogspot.com/2011/12/penjelasan-pangkat-pangkat-polisi.html

Shi Sang Chi You Mama Hau

Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati. Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah, dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua sang pria tidak menyukai wanita tsb.

Sebagai orang yang terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan merusak reputasi keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia. Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita tsb bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya).

Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya. Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang pria.

Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar. Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah ditentukan sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka kemudian memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka satu-satunya. Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar, perkawinan mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi anaknya akan tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya lagi.

Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan2. Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan agar wanita tsb meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tsb dapat digunakan untuk membiayai hidupnya di tempat lain. Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan bagi kekasihnya.

Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota ini, tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria, bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan akan sangat sulit. Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. “Walaupun ia kelak bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua”, kata sang ibu.

Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia menjelaskan bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama dalam menghadapi penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah. Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut. Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia menuju ke sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.

Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang ibu. Anaknya seorang laki2. Sang ibu bekerja keras siang dan malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di sebuah industri rumah tangga. Malamnya, ia mencuci pakaian2 tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat.

Tetapi sang ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya. Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras. Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman. Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya.

Ramuan tsb terdiri dari obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang sepeser pun lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar. Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian. Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat. Hujan lebat pun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang dilakukan oleh sang ibu.

Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya. Di hari minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama, dan bersama2 menyanyikan lagu “Shi Sang Chi You Mama Hau” (terjemahannya “Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik”). Sang anak juga sudah sekolah.

Sang ibu sekarang bekerja sebagai penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari. Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya mencuci di malam hari. Ia tahu ibunya masih mencuci di malam hari, karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas. Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah pemilik toko menyebutkan harganya.

Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai. Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tsb, karena ia akan membelinya bulan depan. “Apakah kamu punya uang?” tanya sang pemilik toko. “Tidak sekarang, nanti saya akan punya”, kata sang anak dengan serius. Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam tangan tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2. Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya “Dari mana kamu mendapatkan uang itu? Bukan mencuri, kan?”. “Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untukibuku. O ya, jangan beritahu ibuku tentang hal ini. Ia akan marah” kata sang anak.

Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tsb. Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan tsb. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari mana uang untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab. “Apakah kamu mencuri, Nak?” Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. Setelah ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri.

“Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?” kata sang ibu. Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi kebaikan anaknya. Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke rumah tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya. “Ia sebenarnya anak yang baik”, kata salah satu tetangganya. Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya. Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu. Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan.

Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya. “Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya”. Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba2 muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam tangan tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli jam tangan kesukaan ibunya. Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tsb, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu?.”Maafkan saya, Nak.” “Tidak Bu, saya yang bersalah”

Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak. Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak, “Kami bisa hidup dengan baik tanpa bantuanmu.” Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.

 Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya. Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya. Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada sang ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya. Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya berkeliling kota, bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali, menyanyikan lagu “Shi Sang Chi You Mama Hau”, lagu kesayangan mereka.

Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak. Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu. “Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak” kata ibu. “Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu bekerja lagi, Bu”, kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah sang ayah keesokan harinya.

Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat. Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang anak meronta2 ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya, sang anak menolak. “Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu”, teriak sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu berkata “Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini. Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu.” “Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi”, sang anak mulai menangis.

Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak didengarkan anak kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2 “Kalau ibu sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu”. Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa dengan mengatakan “Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah disini”, Ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tsb. Tampak anaknya meronta2 dengan ledakan tangis yang memilukan. Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi. Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya tercinta. Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat nadinya.

Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh diri itu dibatalkan, demi anaknya juga.

Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan. Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya. Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah mengumpulkannya. Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya, yang memakan waktu beberapa jam.

Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk ibu. Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong.

Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan rumah tsb, menangis “Ibu benar2 tidak menginginkan saya lagi.” Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada kabar. Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisi pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang. Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil menuju rumah tsb.

Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya. Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2 imut anaknya dalam surat itu. Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb, tanpa mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis ia memohon agar bisa menemukan anaknya. Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia dan anaknya pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa bila kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya.

Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia pingsan, demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga, dan berguling2 jatuh ke bawah.

Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya. Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2, tetapi hasilnya nihil. Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi.

Saat melaju dengan mobil, di persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak berkomat-kamit. Didorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua itu.

Ternyata sang pengemis tua sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan lemah “Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?” Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera menyanyikan lagu “Shi Sang Ci You Mama Hau” dengan suara perlahan, tak disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka berdua menyanyi bersama.

Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak dengan haru “Ibu? Ini saya ibu”. Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu bertanya, “Apakah kamu ??..(nama anak itu)?” “Benar bu, saya adalah anak ibu” Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi bumi. Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya sebagai orang gila.

Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita. Ibu bahkan rela mengorbankan nyawanya. Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di saat Ibu masih muda, ataupun disaat Ibu sudah tua : 1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya. 2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya. Diantara orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I kandung Anda, diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela mengorbankan nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara apapun?

Tidak diragukan lagi Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini

Selasa, 27 Desember 2011

Mengenal Codex Gigas

Codex gigas atau buku raksasa adalah sebuah manuskrip abad pertengahan dengan ukuran terbesar yang masih ada. Buku ini ditulis pada awal abad ke-13 di biara ordo benediktus di podlazice, Bohemia. Saat ini buku tersebut tersimpan di Swedish Royal Library di Stockholm. Dibutuhkan tenaga dua pustakawan untuk mengangkat buku tersebut. Buku ini sering juga disebut “alkitab iblis” karena adanya sebuah ilustrasi ukuran besar bergambar setan didalamnya.

Kodeks tersebut ditaruh disebuah tempat yang terbuat dari kayu, dilapisi dengan kulit dan dihias dengan logam. Tingginya 92 cm, lebarnya 50 cm dan memiliki tebal 22 cm. Pada mulanya, kodeks itu memiliki 320 lembar naskah. Namun 8 lembar darinya dibuang. Tidak diketahui siapa yang membuang 8 lembar tersebut dan untuk tujuan apa. Ada dugaan 8 lembar yang dibuang kemungkinan berisi aturan-aturan biara ordo benediktus. Berat kodeks tersebut hampir mencapai 75 kg. Lembaran yang digunakan untuk menulis kodeks ini adalah kulit yang berasal dari 160 ekor anak sapi.

Biara tempat kodeks ini dibuat dihancurkan pada abad ke-15. Catatan yang ada pada kodeks menunjukkan bahwa pembuatan kodeks tersebut adalah sekitar tahun 1229 M. Setelah penulisannya, kodeks ini kemudian dipindahkan ke Biara Cistercians Sedlec dan akhirnya dibeli oleh Biara benediktus di Byoevnov. Dari tahun 1477-1593, kodeks ini disimpan di perpustakaan di Broumov sampai akhirnya dibawa ke Praha pada tahun 1594 untuk menjadi bagian dari koleksi Rudolf II. Pada tanggal 24 September 2007, Codex gigas dibawa kembali ke Praha setelah 359 tahun.

Isi dari kodeks ini adalah “a sum of the Benedictine order’s knowledge”, “The War of the jews” tulisan Josephus, daftar para orang kudus, metode untuk menentukan tanggal perayaan paskah, seluruh alkitab bahasa latin pre-vulgate, Isidore of Seville’s encyclopedia Etymologiae, Cosmas of Prague’s Chronicle of Bohemia, berbagai macam traktat (dari sejarah, etimologi dan fisiologi), sebuah kalender dengan nekrologium, daftar nama para biarawan di biara Podlaice, formula-formula ajaib dan catatan-catatan lain.

Seluruh isi kodeks ini ditulis dalam bahasa latin. Manuskrip ini juga dihiasi dengan warna-warna seperti merah, biru, kuning, hijau dan emas. Seluruh huruf besar diberi warna yang mencolok. Yang luar biasa adalah keseluruhan isi kodeks ini ditulis dengan relevansi yang luar biasa antar halaman. Yang berarti bahwa buku ini ditulis oleh satu orang dengan pikiran yang berkesinambungan. Hal ini membuat banyak ahli percaya bahwa keseluruhan kodeks ini ditulis dalam waktu yang sangat singkat.

Pada halaman 290, terdapat sebuah gambar Iblis dengan tinggi sekitar 50 cm. Beberapa halaman sebelum gambar ini ditulis pada lembaran kulit yang menghitam dan dibuat dengan karakter yang gelap, yang membuatnya berbeda dengan keseluruhan isi kodeks.

Menurut Legenda, penulis kodeks itu adalah seorang biarawan yang melanggar aturan biara dan dihukum dengan diikat di dinding dalam posisi berdiri seumur hidup. Biarawan ini memohon ampunan dari penghukuman yang luar biasa kejam itu. Sebagai gantinya ia berjanji untuk membuat sebuah buku yang akan memuliakan biara dan pengetahuan umat manusia selamanya, dan ia berjanji menyelesaikannya hanya dalam satu malam.

Menjelang tengah malam, biarawan itu menjadi ragu apakah ia dapat menyelesaikannya sendiri. Jadi ia menjual jiwanya kepada iblis demi sebuah pertolongan. Iblis kemudian menyelesaikan manuskrip tersebut. Sebagai penghormatan kepada iblis yang membantunya, biarawan itu menambahkan gambar iblis ke dalam kodeks tersebut. Walaupun adanya legenda yang melibatkan iblis, pada zaman inkuisisi, kodeks ini tetap disimpan oleh biara dan dipelajari oleh banyak cendikiawan sampai hari ini.

 


Sumber  :  http://www.crystalinks.com/gigascodex.html





Jumat, 23 Desember 2011

SANTO FRANSISKUS DAN NATAL DI GRECCIO 

Niat Fransiskus yang tertinggi, hasratnya  yang terutama dan tujuannya yang terbesar adalah menepati Injil suci dalam segala hal dan melalui segala hal, dan dengan kewaspadaan yang sempurna, dengan segenap semangat, dengan kerinduan pikirannya dan semangat hatinya.

Orang kudus ini mengikuti jejak Tuhan Yesus Kristus secara sempurna. Dalam permenungan yang terus-menerus Fransiskus mengingat-ingat sabda-sabda Tuhan Yesus dan memikirkan lagi karya-karya-Nya. Terutama kedinaan inkarnasi-Nya dan cintakasih dalam sengsara-Nya memenuhi ingatannya sebegitu rupa, sehingga dia tidak mau memikirkan sesuatu lainnya.

Dalam tahun ketiga sebelum wafatnya terjadilah, bahwa Fransiskus memutuskan untuk merayakan semeriah-meriahnya peringatan kelahiran Kanak-kanak Yesus di Greccio, untuk menghidupkan kebaktian akan peristiwa itu, pada hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus (25 Desember 1223). Agar perayaan itu jangan sampai dicap sebagai praktek yang menyimpang dari ortodoksi ajaran Gereja, maka Fransiskus memohon dan memperoleh izin dari Sri Paus.

Ia menyuruh orang-orang untuk mempersiapkan palungan, membawa jerami dan membawa lembu dan keledai ke tempat itu. Saudara-saudara dina didatangkan ke situ, rakyat pun datang berbondong-bondong. Maka hutan menggemakan suara-suara. Dan malam yang agung itu menjadi terang-benderang oleh nyala obor dan lilin yang banyak sekali dan bercahaya, dan menjadi meriah oleh lagu dan kidung Natal yang merdu didengar.

Dipenuhi dengan kasih-sayang Fransiskus berdiri di depan palungan Kanak-kanak Yesus. Ia bercucuran air mata namun dipenuhi dengan sukacita. Thomas dari Celano mencatat: Di situlah kesederhanaan dihormati, kemiskinan dimuliakan, kerendahan hati dipuji, dan Greccio dijadikan seperti Betlehem yang baru.

Perayaan Misa Kudus dilangsungkan di atas palungan; dan selaku diakon, Fransiskus, menyanyikan Injil. Kemudian ia berkhotbah kepada umat yang hadir tentang kelahiran sang Raja yang miskin di Betlehem. Sering kali bilamana Kristus hendak disebutnya “Yesus”, maka karena cintakasihnya yang berkobar-kobar kepada Yesus, maka disebutnya “Kanak-kanak Betlehem”.

Di Greccio tinggallah seorang ksatria, yang amat bajik dan terpercaya, yang demi cintakasihnya kepada Kristus telah meninggalkan profesinya sebagai seorang ksatria duniawi dan terikat oleh persahabatan akrab dengan Fransiskus. Nama sang ksatria  itu adalah Yohanes dari Greccio.

Dia melihat ada kanak-kanak yang amat bagus tidur di dalam palungan itu, dan Kanak-kank itu dibopong oleh Bapak Fransiskus yang berbahagia dengan kedua bela tangannya dan kelihatannya dibangunkannya dari tidurnya.

Bukan hanya kesucian hati sang ksatria yang saleh yang melihat hal itu, yang membuat penglihatan itu patut dipercaya, melainkan juga kenyataan yang ditunjukkan membenarkan itu dan mukjizat-mukjizat  yang menyusul setelah itu meneguhkan hal tersebut.

Teladan yang telah ditunjukkan oleh Fransiskus kepada dunia telah membangun hati banyak orang, yang imannya kepada Kristus telah membeku. Dan jerami palungan, yang disimpan rakyat, menyembuhkan secara ajaib hewan-hewan yang sakit dan meluputkanh hewan-hewan itu dari berbagai penyakit.

Demikianlah Allah mempermuliakan hamba-Nya – Fransiskus – dalam segala hal dan menunjukkan kuat-kuasa doa-doanya melalui berbagai tanda ajaib yang kentara


Sumber : http://catatanseorangofs.wordpress.com/

Fenomena Awan Berbentuk Sosok Yesus

Fotografer amatir Luc Perrot tercengang ketika ia melihat bayangan tersebut saat ia berdiri pada ketinggian 2.000 kaki (600 meter) di atas puncak gunung Mafate, di Pulau Reunion.

Pria asal Prancis itu mendaki gunung untuk merekam video tentang pergerakan awan, pada 10 Juli tahun ini.

Namun ketika dia melihat dari kameranya, ia sangat terkejut melihat sosok putih berjubah yang berdiri di atas awan.

“Saat aku mendongak aku melihat bayangan mengambang di awan dan dikelilingi oleh pelangi.” tuturnya.

“Ini sangat mengejutkan saya. Ketika aku kembali menatap rekaman tersebut, itu memberi saya perasaan Penampakan Ilahi.”

Mafate adalah kawah gunung berapi terpencil yang sebagian areanya tidak dapat diakses, dan merupakan favorit pejalan kaki karena alamnya yang masih perawan.

Cloud forrmation : Photographer Luc Perrot says the figure is probably the result of a weather phenomenon known as the Brocken bow.


Apparition : The figure, bearing an uncanny resemblance to Jesus with arms outstretched, floats on a cloud, with a crescent of light acting as a halo.

Kamis, 22 Desember 2011

“Ajari Anak2 Arti Natal Yang Sebenarnya”

Satu minggu sebelum Natal, saya kedatangan tamu. Begini ceritanya. Saya sedang bersiap-siap untuk tidur ketika saya mendengar suara berisik di ruang tamu. Saya membuka pintu kamar dan saya amat terkejut, Sinterklas tiba-tiba muncul dari balik pohon Natal.

Sinterklas tidak tampak gembira seperti biasanya.
Malahan saya pikir saya melihat air mata di sudut matanya. "Apa yang sedang anda lakukan?" saya bertanya. 

"Saya datang untuk mengingatkan kamu … AJARILAH ANAK-ANAK!" kata Sinterklas.
Saya menjadi bingung; apa yang dimaksudkannya?

Kemudian dengan suatu gerak cepat Sinterklas memungut sebuah tas mainan dari balik pohon. Sementara saya berdiri dengan bingung, Sinterklas berkata, "Ajarilah anak-anak! Ajarilah mereka arti Natal yang sebenarnya, arti yang sekarang ini telah dilupakan oleh banyak anak."


Sinterklas merogoh ke dalam tasnya dan mengeluarkan sebuah POHON NATAL mini. Ajarilah anak-anak bahwa pohon cemara senantiasa hijau sepanjang tahun, melambangkan harapan abadi seluruh umat manusia, semua ujung daunnya mengarah ke atas, mengingatkan kita bahwa segala pikiran kita di masa Natal hanya terarah pada surga."

Kemudian ia memasukkan tangannya ke dalam tas dan mengeluarkan sebuah BINTANG cemerlang. "Ajarilah anak-anak bahwa bintang adalah tanda surgawi akan janji Allah berabad-abad yang silam. Tuhan menjanjikan seorang Penyelamat bagi dunia, dan bintang adalah tanda bahwa Tuhan menepati janji-Nya."

Ia memasukkan tangannya lagi ke dalam tasnya dan mengeluarkan sebatang LILIN. Ajarilah anak-anak bahwa Kristus adalah terang dunia, dan ketika kita melihat terang lilin kita diingatkan kepada-Nya yang telah mengusir kegelapan."

Sekali lagi ia memasukkan tangannya ke dalam tasnya, mengeluarkan sebuah LINGKARAN lalu memasangnya di pohon Natal. "Ajarilah anak-anak bahwa lingkaran melambangkan cinta Sejati yang tak akan pernah berhenti.
Cinta adalah kasih sayang yang terus-menerus - tidak hanya saat Natal tetapi sepanjang tahun."

Kemudian dari tasnya ia mengeluarkan hiasan SINTERKLAS. "Ajarilah anak-anak bahwa saya, Sinterklas, melambangkan kemurahan hati dan segala niat baik yang kita rasakan sepanjang bulan Desember."

Selanjutnya ia mengeluarkan sebuah HADIAH dan berkata. "Ajarilah anak-anak bahwa Tuhan demikian mengasihi umatnya sehingga Ia memberikan anaknya yang tunggal…"

"Terpujilah Allah atas hadiah-Nya yang demikian mengagumkan itu. Ajarilah anak - anak bahwa para majus datang menyembah sang bayi kudus dan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur. Hendaknyalah kita memberi dengan semangat yang sama dengan para majus."

Sinterklas kemudian mengambil tasnya, memungut sebatang PERMEN coklat berbentuk tongkat dan menggantungkannya di pohon Natal. "Ajarilah anak-anak bahwa batangan permen ini melambangkan para gembala. Sekali waktu seekor domba berkelana pergi meninggalkan kawanannya dan tersesat maka gembala datang dan menuntun mereka kembali. 

Batangan permen ini mengingatkan kita bahwa kita adalah penjaga saudara-saudara kita, sekali waktu orang-orang yang telah lama pergi meninggalkan gereja membutuhkan pertolongan untuk kembali ke pangkuan Gereja. Selayaknyalah kita berdaya upaya untuk menjadi gembala-gembala yang baik dan menuntun mereka pulang ke rumah."

Ia memasukkan tangannya lagi ke dalam tas dan mengeluarkan sebuah boneka MALAIKAT. "Ajarilah anak-anak bahwa para malaikatlah yang mewartakan kabar sukacita kelahiran Sang Penyelamat. Para malaikat itu bernyanyi, "Kemuliaan bagi Allah di surga dan damai di bumi bagi manusia. Sama seperti para malaikat di Betlehem, kita patut mewartakan Kabar Gembira tersebut kepada keluarga dan teman-teman: 

Immanuel - Tuhan beserta kita!


Sekarang Sinterklas kelihatan gembira. Ia memandang saya dan saya melihat matanya telah bersinar kembali. 

Ia berkata, "Ingat, ajarilah anak-anak arti Natal yang sebenarnya. 

Jangan menjadikan saya pusat perhatian karena saya hanyalah hamba dari Dia yang adalah arti Natal yang sebenarnya - 
Immanuel - Tuhan beserta kita. 

Kemudian, secepat datangnya, Sinterklas tiba-tiba pergi.

Dan seperti biasa - Sinterklas telah datang untuk membawa hadiah bagi saya dan anak-anak saya - suatu hadiah yang luar biasa. Sinterklas telah membantu saya mengingat kembali arti Natal yang sebenarnya - dan arti kedatangan Yesus ke dunia.

Dan saya tahu, bagi saya dan anak-anak, Natal ini akan menjadi Natal yang terindah - karena 

IMMANUEL ~ TUHAN BESERTA KITA!


Sumber : News For Kids, Rm Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com

Sejarah Jembatan Ampera Palembang

Pembangunan jembatan gerak ini dimulai pada bulan april 1962, setelah mendapat persetujuan dari presiden soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana rampasan perang jepang dalam kata lain semua di tanggung oleh pemerintah jepang dari kontraktor dan pekerja.

Pada awalnya, jembatan sepanjang 1.177 meter dengan lebar 22 meter ini, dinamai jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada presiden RI pertama itu. Bung karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas sungai musi.

Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi sungai musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah jembatan ampera hanya 9 meter dari permukaan air sungai.

Sejak tahun 1970, jembatan ampera sudah tidak lagi dinaik-turunkan. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini, yaitu sekitar 30 menit, dianggap mengganggu arus lalu lintas antara seberang ulu dan seberang ilir, dua daerah kota palembang yang dipisahkan oleh sungai musi.

Jembatan ampera pernah direnovasi pada tahun 1981, dengan menghabiskan dana sekitar Rp. 850 juta. Renovasi dilakukan setelah muncul kekhawatiran akan ancaman kerusakan jembatan ampera bisa membuatnya ambruk.

Bersamaan dengan eforia reformasi tahun 1997, beberapa onderdil jembatan ini diketahui dipreteli pencuri. Pencurian dilakukan dengan memanjat menara jembatan, dan memotong beberapa onderdil jembatan yang sudah tidak berfungsi. Warna jembatan pun sudah mengalami 3 kali perubahan dari awal berdiri berwarna abu-abu terus tahun 1992 di ganti kuning dan terakhir di tahun 2002 menjadi merah sampai sekarang.

 

 

 

 
 

 

Selasa, 20 Desember 2011


Litani Kepada Bapa Fransiskus Assisi

Tomb of Saint Francis Assisi

Tuhan, kasihanilah kami                           Kristus, kasihanilah kami
Tuhan, kasihanilah kami
Kristus, dengarkanlah kami                       Kristus, dengarkanlah kami
Allah Bapa, di surga                                Kasihanilah kami
Allah Putera, Penebus dunia                     Kasihanilah kami
Allah Roh Kudus                                     Kasihanilah kami
Allah Tritungal Yang Mahakudus                Kasihanilah kami

Bunda Maria, yg dikandung tanpa dosa,               Doakanlah kami
Bunda Maria, pelindung utama ketiga Ordo St. Fransiskus,     
Santo Fransiskus, bapa serafik,    
Santo Fransiskus, bapa yg amat bijaksana,    
Santo Fransiskus, penyangkal dunia,    
Santo Fransiskus, contoh para pentobat,    
Santo Fransiskus, pemenang atas ke cacat cela,    
Santo Fransiskus, pengikut Sang Penebus,    
Santo Fransiskus, penyandang tanda-2 Kristus,    
Santo Fransiskus, yg dimeteraikan pada Pribadi Yesus,    
Santo Fransiskus, contoh kemurnian,    
Santo Fransiskus, citra kerendahan hati,    
Santo Fransiskus, yg berlimpahkan rahmat,    
Santo Fransiskus, yg memulihkan kesesatan,    
Santo Fransiskus, penyembuh para penderita sakit,    
Santo Fransiskus, tonggak penopang Gereja,    
Santo Fransiskus, pembela iman,
Santo Fransiskus, perisai yg tak tergoyahkan,    
Santo Fransiskus, pembuat kacau balau mereka yg tersesat,    
Santo Fransiskus, yg membuat orang kafir bertobat,    
Santo Fransiskus, penopang orang-2 lumpuh, 
Santo Fransiskus, yg membangkitkan orang-2 mati,
Santo Fransiskus, yg menyembuhkan para penderita kusta,   
Santo Fransiskus, yg menjadi pembela kita   

Anak Domba Allah, yg menghapus dosa-2 dunia,
Selamatkanlah kami, ya Tuhan;
Anak Domba Allah, yg menghapus dosa-2 dunia,
Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan;
Anak Domba Allah, yg menghapus dosa-2 dunia,
Kasihanilah kami.
Kristus, dengarkanlah kami,
Kristus, kabulkanlah doa kami.

Doakanlah kami, bapa kami Fransiskus yang terberkati,
Supaya kami dapat pantas menikmati janji-janji Kristus.


Marilah berdoa:

Ya Tuhan kami Yesus Kristus, yg telah menerakan tanda-2 suci Sengsara-Mu pada tubuh bapa kami Fransiskus yg terberkati, demi untuk memperbarui nyala cinta-Mu dalam hati kami, ketika dunia ini semakin menjadi dingin; anugerahkanlah dengan penuh kasih sayang supaya berkat jasa dan doa-2 bapa Fransiskus, kami dapat bertekun dalam memanggul salib dan layak membuahkan silih bagi dosa-2 kami. Engkaulah yang hidup dan bertakhta untuk selama-lamanya.
Amin.


Terjemahan : P. Alfons S. Suhardi, OFM

sumber: http://www.ewtn.com/Devotionals/Litanies/Francis1.htm

Sabtu, 17 Desember 2011

20 Tips Mengaku Dosa yang Baik oleh Romo John Zulsdorf


Kita seharusnya :

01. Memeriksa suara hati secara teratur dan menyeluruh.

02. Menunggu antrian pengakuan dosa dengan sabar.

03. Datang ke pengakuan dosa pada waktu yang dijadwalkan, jangan beberapa menit sebelum pengakuan dosa berakhir.

04. Berbicara dengan jelas tapi jangan terlalu kencang agar tidak didengar tanpa sengaja oleh orang lain.

05. Nyatakan dosa kita dengan jelas dan singkat tanpa berplesir (berbicara tanpa tujuan).

06. Mengakui semua dosa berat menurut jenis dan jumlahnya (misal : saya menonton film porno sebanyak 5 kali, atau bisa juga dengan berkata “saya melanggar perintah ke-4 sebanyak 2 kali).

07. Dengarkan dengan seksama nasehat yang diberikan Romo.

08. Akuilah semua dosa kita bukan dosa orang lain.

09. Dengarkan dengan seksama dan ingatlah penance (penebusan dosa, mungkin yang dimaksud adalah penitensi) dan pastikan untuk memahaminya.

10. Gunakan tata cara pengakuan dosa yang biasanya agar terasa familiar dan nyaman.

11. Jangan takut untuk mengatakan hal yang “memalukan”…katakan saja.

12. Jangan cemas bahwa imam akan berpikir kita ini orang tercela (jerk) … ia biasanya terkesan dengan keberanian kita.

13. Jangan takut bahwa imam tidak menyimpan pengakuan dosa kita secara rahasia, ia terikat oleh seal (materai).

14. Jangan mengakui/mengatakan “kecenderungan” atau “perjuangan”…akuilah dosamu.

15. Jangan meninggalkan ruang pengakuan dosa sebelum imam menyelesaikan pemberian absolusi.

16. Ingatlah act of contrition (doa tobat).

17. Jawablah pertanyaan imam dengan singkat jika ia meminta klarifikasi.

18. Tanyakanlah pertanyaan jika kita tidak mengerti apa yang imam maksudkan ketika ia memberitahu sesuatu.

19. Ingatlah bahwa imam pun kadang memiliki hari-hari yang buruk sama seperti kita.

20. Ingatlah bahwa imam juga perlu untuk mengakukan dosanya…mereka tahu apa yang kita alami.


Diterjemahkan dari artikel Fr John Zulsdorf (alias Fr. Z) : Fr. Z’s 20 Tips For Making A Good Confession


Sumber  :  http://luxveritatis7.wordpress.com

Rabu, 14 Desember 2011

 “BERBAHAGIALAH ORANG YANG TIDAK MENOLAK AKU”

Ketika Yohanes mendapat kabar tentang semua peristiwa itu dari murid-murid-Nya, ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata, “Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” 


Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. Lalu Yesus menjawab mereka, “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta  melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku.” (Luk 7:18-23)

Yohanes Pembaptis sedang berada dalam penjara Herodes (Luk 3:19-20), menghadapi kemungkinan untuk dihukum mati. Dalam kegelapan selnya, kiranya dia juga bertanya kepada dirinya sendiri apakah “nasib” seperti itu memang ada dalam rencana Allah? Apakah ada yang salah dalam khotbah-khotbahnya? Salahkah dia jikalau berani berkonfrontasi dengan raja Herodes? Apakah dia membuat kesalahan ketika mengatakan kepada para muridnya bahwa Yesus adalah sang Mesias?

Semua pertanyaan ini telah mendorong dirinya mengutus beberapa orang muridnya untuk bertemu dengan Yesus dan bertanya: “Engkaukah yang akan datang itu?” (Luk 7:19). Dan jawaban dari Yesus barangkali membuatnya menjadi terkaget-kaget. Yesus mengacu pada segala mukjizat yang dibuat-Nya untuk kepentingan orang banyak (Luk 7:22), bahkan ketika Dia “membiarkan” Yohanes – sepupunya sendiri – untuk “tamat” dalam penjara.

Hidup dalam/oleh iman tidak selalu mudah. Melakukan discernment atas panggilan Allah bagi kehidupan kita, pada waktu kita sedang mempertimbangkan pengambilan keputusan-keputusan sulit, menjalani penderitaan karena sakit-penyakit – semua dapat menyangkut banyak kesakitan serta kepedihan. Seringkali jawaban-jawaban atas doa-doa kita tidak langsung datang, atau tidak datang dengan cara seperti kita harapkan atau inginkan, sehingga kita menemukan diri kita berada dalam pergumulan batin (katakanlah intra-personal conflict). Isu-nya di sini adalah apakah kita akan menaruh kepercayaan kepada Tuhan Yesus dan menggantungkan diri kepada kasih dan hikmat-Nya, ataukehilangan iman-kepercayaan kepada-Nya.

Jawaban Yesus kepada kedua orang murid Yohanes Pembaptis sangat menarik. Ia tidak memberikan jawaban “ya” atau “tidak”, konsisten dengan apa yang dikatakan-Nya dalam kesempatan lain: “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar” (Yoh 5:31-32). 


Yesus juga tidak langsung membuka dompet-Nya dan mengambil KTP-Nya, kemudian menunjukkan KTP itu kepada kedua murid Yohanes Pembaptis seraya berkata: “Lihat ini, nama: Yesus; tempat/tanggal lahir: Betlehem, Yudea, tanggal 1-1-01; pekerjaan: Mesias dst.” Yesus memberikanjawaban alkitabiah yang jauh lebih dapat mengungkapkan tentang siapa sebenarnya diri-Nya. Nabi Yesaya telah menggambarkan sukacita dari mereka yang ditebus: “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai” (Yes 35:5-6; bdk. Luk 7:22). 


Peranan Yesus adalah untuk membawa kepada orang-orang tertindas, miskin, ‘wong cilik’, segala berkat yang sudah dinubuatkan dalam Kitab Yesaya. Kerajaan-Nya adalah kerajaan keadilan, kasih dan damai-sejahtera. Kerajaan itu datang seturut ‘pemikiran’ cara Allah sendiri, tidak dengan kekerasan, melainkan melalui undangan penuh kasih.

Segala mukjizat kesembuhan yang dilakukan Yesus dan kabar baik yang diwartakan oleh-Nya mencerminkan pekerjaan Mesias seperti dinubuatkan kitab para nabi. Jadi memang ada jawaban yang lebih bermakna bagi Yohanes Pembaptis daripada sekadar jawaban “ya” atau “tidak”. Kedua murid Yohanes Pembaptis akan melaporkan kembali kepadanya bahwa apa saja yang dikerjakan oleh Yesus memang penggenapan dari nubuatan-nubuatan mengenai Mesias, “Ia yang akan datang” (Luk 3:16). 


Yang patut dicatat adalah pesan  tambahan yang diberikan oleh Yesus: “Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku” (Luk 7:23). Kata-kata Yesus ini merupakan suatu tantangan bagi Yohanes Pembaptis, dan juga tantangan bagi kita semua, yaitu untuk membuang dari pikiran kita pendapat yang terbentuk sebelumnya mengenai bagaimana Allah seharusnya bertindak dan untuk siapa. Ingat: Allah adalah Allah! Kita manusia hanyalah makhluk ciptaan-Nya.

Dalam Yesus kita semua terberkati, kita semua berbahagia, karena dalam Dia kita menerima kehidupan. Dia datang, menyembuhkan, mewartakan kabar baik, menderita, wafat dan bangkit kembali, sehingga kita dapat turut ambil bagian dalam kehidupan kekal yang telah dimiliki-Nya sejak keabadian sebagai Firman Allah (lihat Yoh 1:1 dsj.) Ia datang untuk mendamaikan kita dengan Bapa surgawi dan memberikan kepada kita kuasa Roh Kudus.

Kepada  semua orang yang tidak menemukan batu sandungan dalam diri-Nya, tetapi yang percaya dan  menerima-Nya, Dia memberikan kesempatan untuk partisipasi penuh dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus. Kalau begitu halnya, betapa terberkatinya kita, betapa bahagianya kita! Oleh karena itu kita – dengan penuh iman – harus berupaya untuk memperoleh kehidupan sedemikian.

Teristimewa dalam masa Adven ini, dalam suasana doa kita harus melakukan permenungan atas berbagai kesaksian yang ada dalam Kitab Suci, kesaksian Gereja sepanjang masa, termasuk kesaksian para kudus dan kesaksian umat beriman pada zaman modern ini.


GAMBARAN TENTANG YESUS

Yohanes Pembaptis dipanggil dan diutus sebagai perintis jalan bagi sang Mesias. Karena keculasan hati manusia, Yohanes dijebloskan ke dalam penjara. Dari suatu wilayah luas-terbuka dan bebas-lepas, ia sekarang berada dalam sebuah ruang sel tertutup dan sempit …… bagaikan seekor burung yang digunting sayap-sayapnya.

Dalam situasi yang sedemikian, tidak mengherankanlah apabila seseorang sampai bertanya-tanya kepada dirinya sendiri mengenai masa lampau kehidupannya, juga mengenai tujuan hidupnya. Begitu pula halnya dengan Yohanes!

Kiranya menurut pandangan Yohanes, pribadi Yesus itu tidak cocok dengan beberapa segi pemahamannya tentang sosok seorang Mesias. Gambarannya tentang Yesus tidak sesuai dengan apa yang ia telah terima dengan ketulus-ikhlasan hati dari berbagai nubuatan Perjanjian Lama. 


Yesus itu dibayangkannya sebagai seorang yang sudah mengayunkan kapak guna menebang pohon beserta akar-akarnya; atau sebagai orang yang memegang nyiru untuk menapis dengan cermat lalu menyimpan gandum dalam lumbungnya, sedangkan sekam yang tinggal dibuangnya dalam api yang tak terpadamkan : “Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi sekam akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan” (Luk 3:17).

Dalam penjara Yohanes menyadari bahwa Yesus bertindak lain sekali dengan persepsinya tentang Yesus. Yesus tidak memutuskan buluh yang patah terkulai dan tidak memadamkan sumbu yang pudar (lihat Yes 42:2). Yesus lebih menyerupai Hamba YHWH, sesuai yang dilukiskan dalam Kitab Yesaya (lihat Yes 52:13-53:12), daripada seorang nabi besar dan dahsyat-perkasa, yang dengan segala kekuatannya memusnahkan ketidakadilan dan mendirikan sebuah kerajaan keadilan di atas bumi ini. Singkatnya: Yesus tampak lain daripada apa yang diinginkan/dibayangkan oleh Yohanes.

Kita tahu bahwa pada awalnya para rasul juga mempunyai gambaran lain tentang Yesus. Ingatlah peristiwa di mana Simon Petrus dihardik oleh Yesus karena dia berpandangan bahwa “Mesias, Anak Allah” tidak cocoklah untuk menderita sengsara (lihat Mat 16:22-23). Hal yang sama terdapat pada banyak orang Yahudi pada zaman itu, terutama di kalangan para pemuka agama bangsa itu. 


Akan tetapi Yohanes mengambil sikap sangat tepat terhadap pertanyaan-pertanyaan dan kebimbangan-kebimbangannya sendiri, yakni dia minta penjelasan dari Yesus sendiri. Hal inilah yang menggambarkan Yohanes sebagai “pahlawan kepercayaan” yang luar biasa. Pertanyaan-pertanyaan dan kebimbangan-kebimbangannya sendiri tidak mempengaruhi kepercayaannya kepada Yesus. Betapapun lainnya sosok Yesus daripada yang dibayangkan olehnya, Yohanes tetap setia kepada-Nya.

Oleh karena itu, disuruhnyalah dua orang muridnya bertanya kepada Yesus apakah Ia-lah Yang-Akan-Datang itu, atau seorang lain yang harus dinantikan (Luk 7:18-20). Jawaban yesus cocok seluruhnya dengan tindakan-Nya; cintakasih, bela rasa dan kasih-Nya terhadap orang miskin, menderita sakit-penyakit dan berkekurangan. Jawaban itu diakhiri-Nya dengan suatu peringatan yang bukan hanya bagi Yohanes, melainkan juga bagi semua orang segala zaman yang berupaya mencari relasi dengan Yesus: “Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku” (Luk 7:23).

Apa yang terjadi pada diri Yohanes dapat terjadi pula pada diri setiap insan. Gambaran yang dimilikinya tentang Yesus mungkin saja tidak cocok dengan kenyataan. Semakin kita menyerahkan diri kepada Yesus Kristus, semakin besar pula kemungkinan timbulnya pertanyaan dan kebimbangan. Namun justru dalam situasi sedemikianlah akan menjadi nyata kebesaran dan kekuatan iman-kepercayaan kita. Yohanes yang seakan-akan berdiri di ambang peralihan dari masa lama kepada masa baru, menunjukkan jalan yang harus kita tempuh: Pada jalan ini dia masih memegang peranan yang luhur sebagai pendahulu dan perintis bagi Yesus Kristus.

Yesus sungguh mendengarkan doa-doa kita dengan penuh bela rasa. Satu alasan mengapa Yesus tidak selalu menjawab doa-doa kita pada saat dan dengan cara seperti kita inginkan, adalah karena Dia ingin memberikan kepada kita sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang hanya dapat kita terima selagi kita bertekun dalam iman. 


Yesus mengetahui bahwa apabila kita sampai ke titik penyerahan diri secara lengkap-total kepada-Nya dan kepada rencana-Nya atas diri kita, maka kita akan mengenal dan mengalami kedamaian yang tak tergoyahkan. Yesus menginginkan iman kita. Dia mencari hati yang akan menjadi semakin kecil agar Dia dapat menjadi semakin besar – suatu rumusan kehidupan yang diproklamasikan oleh Yohanes Pembaptis (Yoh 3:30).

Dalam bacaan pertama ada tertulis: “Akulah TUHAN (YHWH) dan tidak ada yang lain” (Yes 45:18). Marilah kita masing-masing melakukan pemeriksaan batin untuk mengidentifikasikan apa saja yang menggoda kita sampai kehilangan kepercayaan kepada Allah. 


Di sinilah pergumulan itu terjadi. Di sinilah kita mempunyai kesempatan untuk menjadi kecil – melepaskan rencana-rencana “hebat dan besar” kita sendiri, membuang rasa takut kita tentang apa yang akan terjadi, dan percaya penuh keyakinan bahwa Tuhan akan memberikan kepada kita hikmat-kebijaksanaan, kekuatan dan kasih yang kita butuhkan.


Sumber  :  http://catatanseorangofs.wordpress.com/