Rabu, 28 September 2011

Stipendium dan Iura Stolae

SUMBER :
From: “Yohanes Samiran SCJ” <ysamiran@gmail.com>
To: <ApiKatolik@yahoogroups.com>
Sent: Saturday, March 26, 2011 9:46 PM
Subject: Re: [ApiK] Re: – Bagi Imam Praja, Stipendium dan Iura Stolae masuk kocek pribadi.

Seperti biasa saya akan memberikan patokan atau alur umum untuk hal yang  kita bicarakan, baru nanti kita coba nilai praktik yang terjadi berdasarkan  pedoman umum itu.
(1)     Stipendium.

Apa itu “stipendium” – stipendium adalah persembahan umat yang meminta INTENSI khusus kepada seorang imam untuk didoakan, khususnya didoakan dalam   perayaan Ekaristi. Uang itu bukan ‘harga’ Misa, melainkan derma untuk keperluan sehari-hari imam, dengan syarat imam itu mempersembahkan misa untuk ujud seperti yang diminta si penderma itu.

Sebenarnya satu stipendium itu identik dengan satu misa.

Maka kalau orang bertanya besarnya– kurang lebih rumusannya adalah sebesar kebutuhan hidup sehari seorang imam.

Mengapa sebesar itu? Karena normalnya seorang imam mempersembahkan sehari satu misa saja. Nah, kalau di Indonesia di beberapa paroki ada imam yang  mempersembahkan lebih dari satu misa, itu adalah karena keadaan tidak bisa pastoral kita. Artinya kebutuhan pelayanan sakramen ekaristi banyak, sementara jumlah imam yang ada tidak sebanyak kebutuhan itu. Nah, besarnya sebesar kebutuhan hidup maksudnya tentu saja supaya jangan sampai ada pastor yang tidak bisa melayani karena tidak tercukupi kebutuhannya. Atau rumus lain, adalah karena pekerjaan pokok dan utama seorang imam adalah pelayanan pastoral seperti itu, maka dia juga harus dijamin bisa hidup cukup pada hari itu.

Maka demi keadilan dan sekaligus solidaritas para imam dalam kolegialitasnya, di beberapa keuskupan membuat aturan seperlunya agar para imam tidak terjebak menjadi “tukang misa” atau juga “pengejar stipendium”; aturan itu misalnya kalau di Keuskupan Agung Palembang: setiap imam boleh memilih satu stipendium yang akan diambil pada hari itu, dan kalau dia mendoakan lebih dari satu intensi maka stipendium atas intensi lain yang tidak dipilih itu dicatat untuk disetorkan ke ekonom keuskupan.

Nah, berkaitan dengan ini ada catatan, bahwa seorang imam tidak boleh menolak mendoakan suatu intensi yang diminta umat hanya karena umat itu tidak mampu memberikan stipendium. Jadi dalam hal ini jelas bahwa imam tidak boleh mengikat suatu intensi dengan stipendium. Juga tidak boleh mengukur ketulusan pelayanan untuk mendoakan intensi umatnya dengan besar atau kecilnya stipendium yang diterimanya.

(2) Iura Stolae

Iura Stolae adalah sejumlah uang yang diberikan umat kepada imam untuk pelayanan : permandian, pernikahan, pemakaman. Konferensi para Uskup menentukan penggunaan uang itu. Di Indonesia, Iura stolae – diserahkan ke keuskupan (via paroki).  Maka pelayanan di luar yang 3 di atas, walau pun si imam melayani dengan   menggunakan “stola” – tidak digolongkan “iura stolae”. Jadi misalnya pemberkatan rumah, mobil, toko, dll – pemberian umat tidak disebut atau termasuk iura stolae. Lihat pembandingnya, Misa Kudus itu – imam juga pakai stola, atau malahan lebih lengkap lagi ya stola plus kasula. Tetapi  pemberian uang untuk ujub perayaan ekaristi – adalah stipendium.

* Jadi :
a. Stipendium yang boleh diambil oleh seorang imam – sehari cukup satu.
Yang  lain diserahkan ke keuskupan untuk solidaritas kehidupan pelayanan para   imam.

b. Iura stolae tidak boleh masuk kantong pribadi, tetapi diserahkan ke  keuskupan.
Terus romo-nya dapat apa? Ya seharusnya paroki tempat dia memberkati akan menerima (mengambil) iura stolae itu, dan paroki itu akan memberikan “honor” sebagai terimakasihnya atas pelayanan si imam itu, kalau imam itu datang dari luar paroki itu. Kalau imam itu adalah pastor di paroki itu, ya dia mengambil satu intensi hari itu. Honor akan diterima dari keuskupan setiap akhir bulan sesuai dengan kesepakatan di keuskupan itu.

Maka soal stipendium dan soal iura stolae – tidak ada bedanya perlakuannya antara imam biarawan (tarekat) dan imam praja (diocesan). Yang membedakan imam biarawan dan praja adalah kaul religiusnya. Kaul religius tidak ada hubungan dengan stipendium dan soal iura stolae.

salam dan doa,

Yohanes Samiran SCJ
=========================
Semoga Hati Yesus merajai hati kita
=========================

Sumber  :  http://katolisitas.org/2010/03/24/stipendium-dan-iura-stolae/

Mengapa Kita Memilih Gereja Katolik

PEMBAHASAN

1.  Pertanyaan berikutnya setelah kita percaya bahwa Yesus adalah Tuhan.
2.  Pencarian kebenaran harus lebih tinggi daripada penghargaan dan perasaan pribadi.
3.  Gereja yang mana?
4.  Gereja terpecah belah
5.  Perpecahan Gereja terjadi dari awal jemaat sampai sekarang
6.  Yang penting jadi Kristen, namun tidak penting gereja apa.
7.  Gereja Tuhan hanya ada satu dan tidak mungkin banyak.
8.  Manusia tidak dapat membuat Gereja, namun hanya bisa menerima dan berpartisipasi.
9.  Kalau begitu, Gereja mana yang didirikan oleh Yesus Kristus
10. Ketahanan Gereja Katolik meskipun menghadapi percobaan-percobaan sepanjang zaman membuktikan bahwa Yesus memegang janji-Nya untuk melindungi Gereja-Nya.
11. Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus.
12. Bagaimana dengan orang yang tidak mengenal Kristus atau umat yang sudah menjadi anggota gereja lain?
13. Bagaimana dengan umat Gereja Katolik?


1. Pertanyaan berikutnya setelah kita percaya bahwa Yesus adalah Tuhan.

Dalam tulisan terdahulu, kita melihat bahwa adalah sangat logis kalau kita percaya kepada satu Tuhan (lihat artikel : Bagaimana Membuktikan Bahwa Tuhan Itu Ada?).

Kemudian setelah kita percaya kepada Tuhan yang satu, kita dapat menarik kesimpulan bahwa sudah selayaknya kita juga percaya kepada Yesus Kristus[1], Putera Allah yang menjelma menjadi manusia (lihat artikel: Mengapa Orang Kristen Percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan?).

Pertanyaan selanjutnya : setelah kita percaya kepada Yesus, berarti kita menjadi pengikut Yesus, menjadi seorang Kristen. Namun sekarang, Kristen yang mana?


2. Pencarian kebenaran harus lebih tinggi daripada penghargaan dan perasaan pribadi.

Pertanyaan di atas menjadi penting pada jaman sekarang ini, mengingat bahwa ada begitu banyak tipe ke-Kristenan yang dilihat dari banyaknya macam gereja. Untuk begitu saja menerima kekristenan tanpa meneliti terlebih gereja mana yang sebenarnya didirikan oleh Yesus Kristus adalah menempatkan diri sendiri dan perasaan diri sendiri lebih tinggi daripada kebenaran.[2] 

Sering kita mendengar pernyataan-pernyataan seperti berikut ini:
-         Saya senang ke gereja ini, karena gereja ini umatnya begitu ramah, musiknya juga bagus sekali.
-         Saya merasa bahwa gereja ini diberkati oleh Roh Kudus, karena saya merasakan bahwa kuasa Roh Kudus hadir di gereja tersebut.
-         Saya merasakan bahwa pembawa firmannya begitu penuh dengan Roh Kudus, sehingga dapat menyentuh hatiku.
-         Saya tidak dapat berkembang di gereja A, sehingga saya harus mencari gereja yang membuat saya berkembang.
Dan begitu banyak pernyataan-pernyataan yang lain.

Kalau kita meneliti pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, bukankah semuanya berfokus kepada “saya?” Dalam pencarian kebenaran, fokusnya bukan diri sendiri, tapi pada kebenaran, yang pada akhirnya akan mengarahkan manusia kepada Sang Kebenaran itu sendiri,[3] yaitu Yesus. 
Ini berarti kita menempatkan kebenaran di atas kepentingan dan perasaan pribadi.


3. Gereja yang mana?

Pertanyaan untuk mencari kebenaran adalah “Sebenarnya Tuhan ingin saya ke gereja yang mana?” Atau “Gereja manakah yang Yesus dirikan?” Pertanyaan ini sangat mendasar, karena kalau Tuhan mendirikan sebuah Gereja dan kalau kita menempatkan kebenaran di atas segalanya, termasuk diri kita sendiri, maka kita seharusnya memberikan diri kita kepada Gereja tersebut.

Dalam tulisan ini, kita akan meneliti, gereja manakah yang dirancang oleh Allah Bapa, didirikan oleh Yesus Kristus, dan dikuduskan oleh Roh Kudus sampai akhir jaman.


4. Gereja terpecah belah

Pada waktu saya kuliah di Bandung, saya didatangi oleh umat dari gereja tertentu. Kemudian mereka memperkenalkan diri, bahwa mereka datang dari gereja X. Dalam hati saya sungguh mengagumi keberanian mereka untuk menyebarkan kabar gembira dan dedikasi mereka terhadap Tuhan. Kemudian mereka menceritakan tentang pendiri gereja X tersebut, sebut saja Yesaya. Pendiri gereja X adalah seseorang yang diurapi oleh Roh Kudus yang tadinya beliau menjadi jemaat gereja Y. Kemudian karena suatu hal, menurut Yesaya, pemimpin gereja Y tidak dipenuhi lagi oleh Roh Kudus. Kemudian Yesaya mendapatkan inspirasi dari Roh Kudus untuk mendirikan gereja baru, yang bernama gereja X. Dalam keterbatasan saya tentang teologi dan juga pengertian saya yang dangkal, saya bertanya kepada mereka “Bagaimana bila suatu saat, karena suatu hal, ada umat di gereja X mendapat inspirasi dari Roh Kudus untuk mendirikan gereja baru, sehingga nanti ada gereja X1, X2, dan seterusnya?”

Dan kalau kita meneliti secara jujur, inilah yang terjadi di dunia ini. Ada lebih dari 28,000 denominasi gereja di dunia ini, dimana data di Amerika menunjukkan bahwa setiap minggu ada satu gereja baru muncul, dan kemudian dalam dua generasi akan lenyap. Keberadaan gereja yang ‘timbul dan tenggelam’ sudah menjadi hal yang biasa pada saat ini. Pertanyaan-nya adalah “Mengapa gereja terpecah-pecah, dan kalau memang ini semua dari Roh Kudus, kenapa tidak ada kesatuan? Kita tahu bahwa Roh Kudus adalah Roh Pemersatu bukan roh pemecah.”


5. Perpecahan Gereja terjadi dari awal jemaat sampai sekarang.

Kita dapat melihat sejak dari awal, akibat dari dosa, benih-benih perpecahan sudah ada sejak dari jemaat awal. St. Paulus mengingatkan jemaat di Roma dan di Korintus untuk menghindari perpecahan (Rom 16:17; 1 Kor 1:10; 11:18-19; 12:25). Dan benih perpecahan ini terjadi terus, mulai dari Docetism (90-451), Gnosticism (100), Manichaeism (250) dan seterusnya.

Ini terus berkembang dengan perpecahan gereja :
-         Gereja Timur Orthodox (1054).
-         Gereja Anglikan di Inggris (abad ke 16), didirikan oleh Raja Henry VIII.
-         Lutheran dan Calvinis di Jerman (abad ke 16), didirikan oleh Luther dan Calvin.
-         Methodis di Inggis (1739), didirikan oleh John Wesley.
-         Kristen Baptis (1639), didirikan oleh Roger Williams.
-         Anabaptis (1521), didirikan oleh Nicolas Stork.
-         Presbyterian di Skotlandia (1560).
-         Mormon di Amerika (1830), didirikan oleh Joseph Smith.
-         Saksi Yehovah di Amerika (1852-1916), didirikan oleh Charles Taze Russell.
-         Unification Church di Korea (1954), didirikan oleh Rev. Sun Myung Moon.

Perpecahan ini terus berkembang dan bertambah setiap hari di dunia ini. Namun perpecahan bertentangan dengan pesan Yesus yang terakhir sebelum Yesus mengalami penderitaan. Yesus berdoa untuk persatuan umat Tuhan, seperti persatuan antara Bapa dan Yesus sendiri dan juga agar dunia bisa percaya kepada Yesus (lih. Yoh 17:21).

Mungkin ada yang berargumentasi, bahwa banyaknya gereja tidaklah berarti perpecahan, karena semua percaya kepada Trinitas, juga kepada Yesus. Namun, kalau kita teliti, sebetulnya tidaklah demikian, karena ada gereja-gereja tertentu tidak percaya akan ke-Allahan Yesus. Juga gereja-gereja tersebut tidak mempunyai ajaran yang sama, sebagai contoh: baptisan bayi diperbolehkan atau tidak? Jumlah sakramen ada berapa? Isu-isu tentang otoritas, dll. Kita juga tahu bahwa Martin Luther sendiri bertentangan dengan John Calvin dalam pengajaran tentang sakramen pengampunan dosa, dll.


6. Yang penting jadi Kristen, namun tidak penting gereja apa.

Kita sering mendengar seseorang mengatakan bahwa yang penting bahwa manusia percaya kepada Yesus, mendapatkan keselamatan, dan tidak penting berada di gereja yang mana. Mungkin pernyataan seperti ini, ada pengaruh tulisan dari C.S. Lewis, yang mengatakan bahwa menjadi Kristen sama seperti banyak orang yang tinggal di rumah yang besar. Yang penting masuk ke rumah tersebut dan perkara mau masuk ruangan di manapun itu tidaklah penting. Ruangan di sini dapat berarti denominasi gereja-gereja.

Kalau kita merenungkan lebih jauh dan meneliti hakekat dari gereja dengan menggunakan argumen dari C.S. Lewis, kita bisa mempertanyakan bahwa bagaimana mungkin banyak orang bisa tinggal satu rumah, memilih ruangan masing-masing dan tidak mempunyai aturan dan ajaran yang sama. Bahkan yang menyedihkan adalah ada kemungkinan orang-orang tersebut masih mempertanyakan tuan rumah dari rumah tersebut.

Kita melihat bahwa di kehidupan rumah kita masing-masing mempunyai peraturan yang harus ditaati, sehingga semuanya dapat hidup dengan baik. Yesus mengatakan kalau suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan (Mark 3:25). Kalau di dalam rumah besar terpecah-pecah dengan berbagai pengajaran dan aturan moral yang berlainan, maka rumah besar itu tidak akan bertahan.

Santo Paulus sendiri memperingatkan jemaat di Roma dan Korintus untuk menghindari perpecahan (Rom 16:17, 1 Kor 1:10, 12:25). Kalau benar bahwa semua orang tinggal di rumah besar itu, seharusnya semakin lama mereka tinggal bersama-sama, mereka akan semakin bersatu.


7. Gereja Tuhan hanya ada satu dan tidak mungkin banyak.

Namun kenyataanya tidaklah demikian, perpecahan demi perpecahan mewarnai gereja-gereja tersebut. Dari buah-buah perpecahan yang terjadi di gereja-gereja di dunia ini, maka timbul pertanyaan, apakah semuanya itu datang dari Tuhan. Kalau datang dari Tuhan, kenapa mereka mempunyai ajaran yang berbeda-beda? Pertanyaan ini dapat dijawab dari hakekat Gereja itu sendiri.

Gereja, seperti yang dinyatakan oleh Santo Paulus, adalah Tubuh Mistik Kristus,[4] dimana Kristus sebagai kepala, dan Gereja sebagai tubuh-Nya (Ef 5:23-32).

Sama seperti tubuh manusia, semua organ diatur oleh mekanisme tubuh yang bersumber pada otak manusia atau di kepala manusia. Demikian juga dengan gereja. Gereja sebagai tubuh harus mengikuti keinginan kepalanya, yaitu Kristus. Dan kalau Yesus sendiri berkata bahwa umat Tuhan harus bersatu, maka umat harus mengikuti. Persatuan inilah yang diinginkan oleh Yesus Kristus, sehingga Dia dapat mempersiapkan, menguduskan, dan mempersembahkan Gereja-Nya sebagai mempelai yang kudus (Ef 5:27). Sama seperti perkawinan yang kudus hanya ada satu mempelai pria dan satu mempelai wanita, maka Gereja Tuhan juga harus hanya ada satu dan tidak mungkin banyak.


8. Manusia tidak dapat membuat Gereja, namun hanya bisa menerima dan berpartisipasi.

Mungkin ada yang berpendapat bahwa kesatuan Gereja adalah hanya secara spiritual, dimana semua mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Yesus sendiri mengatakan bahwa dimana dua atau tiga orang berkumpul, maka Dia hadir (Lih. Mat 18:20).

Jadi dimana dua atau tiga jemaat berkumpul disitulah terbentuk gereja. Disinilah letak permasalahannya, bahwa hakekat Gereja bukan hanya sekedar komunitas[5], melainkan lebih dari itu. Kalau orang membuat suatu komunitas dan menamakan komunitas itu gereja, berarti dia membuat gereja, bukan menerima gereja sebagai suatu pemberian dari Tuhan. Manusia tidak bisa membuat Gereja, dia hanya bisa menerima dan menjadi bagian dari Gereja.[6]

Menyadari bahwa Gereja adalah pemberian Tuhan, harus membuat setiap anggota Gereja semakin rendah hati. Dan juga setiap anggota harus menyadari peran masing-masing untuk melindungi dan membuat tanda kasih dari Allah untuk semakin memancarkan cahaya kasih Allah. Di sinilah Gereja yang sedang mengembara di dunia ini[7], yang terdiri dari para pendosa dan para kudus harus terus mengalami pemurnian dan pertobatan terus menerus sampai kepada tujuan akhir, yaitu persatuan kekal dengan Allah di surga.


9. Kalau begitu, Gereja mana yang didirikan oleh Yesus Kristus

Akhirnya dari semua argumen di atas, kita menarik kesimpulan bahwa Gereja yang didirikan oleh Tuhan harus mempunyai tanda-tanda : satu, kudus, katolik, dan apostolik

Satu, karena kesatuan iman, pengajaran, sakrament, kepemimpinan; 
Kudus, karena bersumber pada Tuhan sendiri – yang hakekatnya adalah kudus; 
katolik, karena Gereja Tuhan harus universal baik dari segi waktu maupun tempat; 
apostolik, karena berdasarkan apostolik atau para murid yang telah diberi mandat suci oleh Yesus.

Keempat tanda inilah yang membedakan antara Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus sendiri dengan gereja-gereja yang lain. Dan Gereja ini berada dalam Gereja Katolik.[8] Hanya Gereja Katolik yang mempunyai empat tanda ini atau yang disebut “The Four Marks of The Church.”

Mengapa empat tanda ini begitu penting? Karena tanda itu adalah bukti bahwa Gereja bukan organisasi yang didirikan oleh manusia, namun didirikan oleh Yesus Kristus sendiri. Didirikan di atas Rasul Petrus, dan senantiasa dilindungi oleh Yesus sendiri, melalui karya Roh Kudus, dimana tidak ada apapun yang dapat meruntuhkan Gereja ini.[9]


10. Ketahanan Gereja Katolik meskipun menghadapi percobaan-percobaan sepanjang zaman membuktikan bahwa Yesus memegang janji-Nya untuk melindungi Gereja-Nya.

Mungkin ada yang berpendapat, bahwa Gereja awal adalah Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus, namun kemudian menjadi tidak murni dan baru sekitar abad 15, Gereja kemudian dimurnikan.
Jadi Gereja Katolik yang sekarang ada adalah Gereja yang tidak murni. Mari kita menelusuri keberatan dari argumen ini.

Pertama, apakah mungkin bahwa Tuhan yang telah berjanji untuk melindungi Gereja-Nya (Mat 16:18) kemudian melupakan Gereja-Nya selama kurang lebih 15 abad? Kalau jawabannya mungkin, kita telusuri lebih jauh. Taruhlah hal tersebut benar, bahwa Gereja tidak murni lagi dan diperbaharui pada jaman reformasi. Seharusnya setelah diperaharui, maka Gereja Tuhan akan bersatu. Namun apa yang terjadi? Sejarah membuktikan bahwa setelah jaman reformasi (atau lebih tepatnya revolusi) Gereja, maka gereja justru terpecah-belah, sehingga ada sekitar 28,000 denomasi sampai sekarang. Dengan demikian keberatan ini tidaklah mendasar.

Keberatan yang lain ada yang berkata bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang tidak murni dan banyak korupsi di dalam Gereja. Memang, percobaan yang dialami oleh Gereja Katolik sudah begitu banyak, mulai dari abad awal melalui begitu banyak tantangan, percobaan, dan juga serangan dari ajaran-ajaran sesat.

Juga banyak yang memisahkan diri dari Gereja Katolik, seperti yang telah dijelaskan di atas. Tidak terlepas percobaan dari dalam Gereja Katolik sendiri, baik melalui korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan di dalam Gereja, dll. Gereja Katolik mengakui bahwa ada unsur manusia yang tidak sempurna[10].

Kenyataannya, Gereja Katolik tetap bertahan walaupun menghadapi berbagai permasalahan Gereja, baik dari luar maupun dari dalam. Hal ini membuktikan bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang Yesus janjikan. Kalau Gereja Katolik hanya buatan manusia, seharusnya Gereja Katolik sudah runtuh dan lenyap tak berbekas.


11. Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus.

Namun sejarah mencatat bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang tetap mempunyai empat tanda, yaitu “satu, kudus, katolik, dan apostolik.”

Gereja Katolik sampai sekarang mempunyai kesatuan pengajaran yang kalau ditelusuri berasal dari Yesus dan ajaran para murid dan bapa Gereja. Sehingga dikatakan ada suatu “pertumbuhan organik“.[11]

Konsistensi ini dapat dibuktikan dari segi waktu dan juga tempat. Gereja Katolik di semua negara dan juga di masa apapun juga mengajarkan hal yang sama.


12. Bagaimana dengan orang yang tidak mengenal Kristus atau umat yang sudah menjadi anggota gereja lain?

Setelah kita mengetahui bahwa Gereja Katolik adalah Gereja Kristus, bagaimana dengan saudara kita yang tidak kenal dengan Yesus? Gereja Katolik mengajarkan bahwa orang-orang yang, bukan karena kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus,[12] dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih[13], dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi.[14] Namun keselamatan mereka datang dari Yesus Kristus.[15]

Bagaimana juga dengan saudara kita yang menjadi anggota gereja lain?

Dokumen Vatikan II menjelaskan, bahwa ada unsur-unsur kekudusan dan kebenaran di dalam gereja yang lain, seperti misalkan memegang nilai-nilai suci yang terdapat di Alkitab, hidup dengan kasih, dll. Bahkan gereja Katolik mengakui pembatisan mereka.[16] 

Jadi mereka mempunyai kesatuan dengan Gereja Katolik dalam hal baptisan. LG 14 menegaskan bahwa “… andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.”


13. Bagaimana dengan umat Gereja Katolik?

Mungkin ada yang bertanya, bagaimana dengan umat Katolik sendiri? Apakah mereka semua dapat diselamatkan? Dalam Lumen Gentium 14 ditegaskan akan pentingnya untuk terus berjuang hidup kudus, yaitu dengan mempraktekan kasih kepada Tuhan dan sesama. Orang Katolik yang tidak mempraktekkan kasih, hanyalah menjadi anggota Gereja secara jasmaniah, namun bukan secara spiritual, tidak dapat diselamatkan.[17] Hal ini dikarenakan karena mereka sudah mengetahui hal yang benar, namun mereka tidak melakukannya (Lih. Luk 12:47-48).

Berapa banyak dari umat agama lain yang mengatakan bahwa percuma saja menjadi Katolik kalau kehidupannya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Yesus. Pernyataan ini adalah suatu tantangan bagi kita semua yang menjadi anggota Gereja Katolik – dimana kepenuhan kebenaran ada pada Gereja ini – untuk senantiasa berjuang setiap hari mempraktekkan kasih dan hidup kudus.

Hidup kudus adalah merupakan cara untuk ” menjadi saksi Kristus dan membangun Gereja” yang paling efektif, seperti yang telah dilakukan oleh Para Kudus. Kita tidak bisa mengasihi Yesus, kalau kita tidak mengasihi Tubuh-Nya, yaitu Gereja. Dan Gereja-Nya berada di dalam Gereja Katolik. Mari kita renungkan, sudahkah kita semua mengasihi Yesus?


Catatan Kaki :
[1] Untuk dapat percaya kepada Yesus sebagai Tuhan diperlukan berkat dari Tuhan yang menggerakkan hati kita. St. Paulus berkata bahwa bahwa tidak ada seorangpun dapat mengaku bahwa Yesus Tuhan kecuali oleh kuasa Roh Kudus (1Kor 12:3). Dalam teologi, ini dikenal dengan “actual grace” atau rahmat pembantu (Lih KGK 2000, 2024). Actual grace ini membawa orang kepada pertobatan untuk akhirnya menerima pembabtisan.

[2] Rasul Yohanes mengatakan “..dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh 8:32). Menempatkan kebenaran di atas segalanya termasuk diri sendiri akan membawa manusia kepada kebenaran sejati, yaitu Tuhan sendiri. Pada saat manusia menempatkan diri sendiri lebih tinggi daripada kebenaran, maka manusia menempatkan diri sendiri lebih tinggi daripada Tuhan.

[3] (Lih. Yoh 14:6) ” Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

[4] Pius XII, Encyclical Letter: Mystical Body of Christ and Our Union With Christ (Pauline Books & Media), para. 60-62.

[5] Menganggap gereja hanya sebagai komunitas, secara tidak langsung mengurangi bahkan menghilangkan dimensi Ilahi dari Gereja. Padahal, Gereja mempunyai dua dimensi: manusia – Ilahi, cara – tujuan (means – end), sebuah konstitusi – hubungan secara pribadi dengan Tuhan.

[6] Cardinal Joseph Ratzinger, “The Ecclesiology of Vatican II,”http://www.ewtn.com/library/curia/cdfeccv2.htm: Ch. 2. – Cardinal Ratzinger mengatakan bahwa sama seperti iman dan sakramen, manusia tidak bisa membuat gereja, namun menerima. Kalau iman, gereja, dan sakramen adalah tanda kasih Allah, maka kasih tersebut hanya bisa diterima. Manusia tidak bisa membuatnya, namun manusia dapat turut berpartisipasi dalam kasih Allah.

[7] Gereja Tuhan adalah satu, yang terdiri dari Gereja yang mengembara di dunia ini, Gereja yang jaya di surga, dan gereja yang menderita atau dimurnikan di api penyucian.

[8] Lihat Lumen Gentium 8, “Itulah satu-satunya Gereja Kristus yang dalam Syahadat iman kita akui sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik[12]. Sesudah kebangkitan-Nya Penebus kita menyerahkan Gereja kepada Petrus untuk digembalakan (lih. Yoh 21:17). Ia mempercayakannya kepada Petrus dan para rasul lainnya untuk diperluaskan dan dibimbing (lih. Mat 28:18 dsl), dan mendirikannya untuk selama-lamanya sebagai “tiang penopang dan dasar kebenaran” (lih. 1Tim 3:15). Gereja itu, yang didunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalam Gereja Katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya[13], walaupun diluar persekutuan itupun terdapat banyak unsur pengudusan dan kebenaran, yang merupakan karunia-karunia khas bagi Gereja Kristus dan mendorong ke arah kesatuan katolik.”

[9] (Lih Mat 16:16-19). Yesus berkata ” Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Catatan: Di dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia, dikatakan “jemaat-Ku”. Namun dalam bahasa aslinya adalah “ekklesia” yang berarti “gereja”. Yesus mengatakan bahwa Dia akan mendirikan Gereja-Ku. Ini sebabnya bahwa manusia tidak dapat mendirikan gereja, karena Yesus sendiri yang mendirikan Gereja-Nya, dan Yesus berkata Gereja bukan gereja-gereja. Jadi Gereja ini hanya ada “satu”.

[10] Pius XII, Encyclical Letter of Pius XII On The Mystical Body of Christ: Mystici Corporis(Boston: Pauline Books & Media), 66. Paus Pius XII menegaskan bahwa dosa dari anggota Gereja tidak bisa ditujukan kepada Gereja itu sendiri, karena Gereja itu pada dasarnya kudus. Ketidaksempurnaan ini ditujukan kepada anggota Gereja yang memang semuanya mempunyai inklinasi untuk berbuat dosa (concupiscence). Inklinasi untuk berbuat dosa adalah sebagai akibat dari dosa dari manusia pertama.

[11] Cardinal Newman, dalam bukunya “The Development of Christian Doctrines”, meneliti bahwa Gereja yang mempunyai pengajaran yang benar adalah Gereja yang mempunyai perkembangan ajarannya dapat ditelusuri sampai kepada jaman awal kekristenan, yang bersumber pada Yesus sendiri. Ini berarti harus ada konsistensi dalam pengajaran, sama seperti perkembangan pohon kecil ke pohon yang besar. Yang dimaksudkan dari kecil ke besar adalah ajaran yang sama, namun perkembangannya hanya untuk memperjelas pengertian bukan mengubah ajaran. Hal inilah yang ditemukan oleh kardinal Newmann dalam Gereja Katolik, sehingga untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, dia berpindah dari Anglikan ke Gereja Katolik.

[12] Sebagai contoh orang yang tinggal di pedalaman Kalimantan, Irian Jaya, atau pedalaman di China, dll. Ada sebagian dari mereka yang tidak pernah mendengar tentang Kristus. Dan hal ini bukan akibat kesalahan mereka. Tentu saja, kita tidak bisa mengatakan bahwa mereka pasti masuk neraka.

[13] (Lih Roma 2:14-16). St. Paulus mengatakan humum Tuhan sudah ditulis di setiap hati nurani manusia. Karena manusia diciptakan menurut gambaran Allah dan juga diciptakan untuk mencapai tujuan ahir – yaitu persatuaan dengan Allah – maka Tuhan memberikan hukum yang tertulis di dalam setiap hati nurani manusia.

[14] Vatican II, Dogmatic Constitution on the Church: Lumen Gentium (Pauline Books & Media, 1965), 16. ” ….. Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apapun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, oleh Gereja dipandang sebagai persiapan Injil, dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan.”

[15] Seluruh keselamatan umat manusia datang dari misteri Paska Yesus (wafat, kebangkitan, dan kenaikan Tuhan Yesus).

[16] (Lih Ef 4:5) – St. Paulus menegaskan akan kesatuan umat beriman dalam “satu Tuhan, satu iman, dan satu baptisan “. Pengakuan baptisan yang diakui adalah baptisan dengan formula Trinitas.

[17] Vatican II, Dogmatic Constitution on the Church: Lumen Gentium, 14.

Sumber  :  http://katolisitas.org/2008/06/17/mengapa-kita-memilih-gereja-katolik/

Mengapa Orang Kristen Percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan?

PEMBAHASAN

1.  Yesus Kristus, Allah yang menyatakan diri-Nya kepada manusia.
2.  Membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan:
a. Argumen dari prinsip kesempurnaan mahluk berakal budi.
b. Argumen dari definisi kasih.
3.  Yesus adalah Tuhan – melalui empat pilihan
a. Pilihan 1 – Yesus adalah sungguh Tuhan Allah yang menjelma menjadi manusia
b. Pilihan 2 – Yesus adalah seorang yang tidak dapat menggunakan akal sehat (dalam bukunya, C.S Lewis mengatakan “madman”)
c. Pilihan 3 – Yesus adalah seorang yang lebih buruk dari itu (dalam bukunya, C.S Lewis mengatakan “something worse”)
d. Pilihan 4 – Cerita tentang Yesus adalah kebohongan belaka
4.  Pembuktian indah dari seorang kepala Rabi Yahudi yang menjadi Katolik
5.  Pembuktian Gamaliel, dari Kisah Para Rasul.
6.  Yesus adalah Tuhan – melalui ” Motif yang meyakinkan / Motive of credibility”
a. Motif 1 – Nubuat
b. Motif 2 – Mukjizat
c. Motif 3 – Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus
7.  Kesimpulan


1. Yesus Kristus, Allah yang menyatakan diri-Nya kepada manusia.

Setelah kita melihat pembuktian tentang keberadaan Tuhan yang Satu, maka sekarang kita akan meneliti Tuhan, seperti yang dipercayai oleh agama-agama yang percaya akan satu Tuhan. Kristen, Islam, dan agama Yahudi adalah tiga agama yang percaya akan satu Tuhan, dan juga dimulai di daerah yang sama. Yang paling membedakan antara dua agama monotheism yang lain dengan Kristen adalah figur “Yesus”. Bahkan bisa dikatakan, bahwa agama Kristen adalah bukan agama yang berdasarkan buku, namun berdasarkan sosok Pribadi, yaitu Yesus Kristus.
Untuk menjawab, kenapa orang Kristen percaya kepada Yesus, kita tidak bisa hanya mendasarkan argumen pada filosofi, karena keterbatasan dari pemikiran manusia. Yesus, Tuhan yang dilahirkan sebagai manusia, tidak dapat diterangkan dengan pemikiran manusia semata, namun harus digabungkan dengan iman.[1] Filosofi dapat membantu untuk menerangkan bahwa kepercayaan itu adalah “yang sudah selayaknya”. Disini kita dapat menggunakan “argument of fittingness.” Argumen ini untuk menunjukkan bahwa sesuatu yang dinyatakan oleh Tuhan adalah memang sudah seharusnya atau selayaknya terjadi.


2. Membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan:

a. Argumen dari prinsip kesempurnaan mahluk berakal budi.
Yesus Kristus hanya dapat dijelaskan dalam relasinya dengan Allah, yaitu Allah yang mempunyai tiga kepribadian. Sesuatu yang dapat disetujui bersama tentang Tuhan, yaitu Tuhan adalah Maha sempurna. Kesempurnaan manusia dikarenakan oleh keberadaan manusia sebagai mahluk personal atau “personal being,” yang mempunyai kemampuan untuk mengasihi, memberikan dirinya kepada orang lain, dan juga mempunyai kemampuan untuk berkumpul dengan sesama. Kalau ini benar untuk manusia (tingkat natural), maka di tingkat supernatural ada kebenaran yang sama dalam tingkatan yang paling sempurna. Jadi Tuhan tidak mungkin Tuhan yang sendirian, namun “keluarga Tuhan”, dimana keberadaan-Nya, kasih-Nya, dan kemampuan-Nya untuk bersekutu dapat terwujud.

b. Argumen dari definisi kasih.
Kasih tidak mungkin dapat berdiri sendiri. Kasih senantiasa melibatkan dua pihak. Sebagai contoh, kasih suami istri, masing-masing dapat mengasihi secara lengkap, karena suami-istri “saling” mengasihi. Kalau Tuhan adalah kasih, kasih yang paling sempurna, maka tidak mungkin Tuhan tidak mempunyai seseorang yang dapat menjadi saluran kasih-Nya dan juga dapat membalas kasih-Nya dengan derajat yang sama. Jadi Tuhan itu harus satu, namun bukan Tuhan yang terisolasi sendirian. Jika tidak demikian, maka Tuhan tidak mungkin untuk menyalurkan kasih-Nya yang sejati.

Orang mungkin berargumentasi bahwa Tuhan bisa saja satu dan Dia dapat menyalurkan kasih-Nya dan menerima balasan kasih dari manusia. Namun, kalau kita pikir secara logis, hal ini tidaklah mungkin karena Tuhan tidak mungkin tergantung dari manusia yang kasihnya tidaklah berarti dibandingkan dengan kasih Tuhan. Dengan demikin, sangatlah logis, kalau Tuhan mempunyai “kehidupan interior/ interior life,” sehingga Dia dapat memberikan cinta sempurna yang rela berkorban. Dan dalam kehidupan interior inilah ada Yesus Kristus, Allah Putera, yang mempunyai derajat kasih yang sama dengan Allah Bapa.

Operasi dari Allah Bapa dan Allah Putera adalah mengasihi secara kekal, sempurna, dan tak terbatas. Dan buah dari kasih ini adalah Roh Kudus.[2] Dan dengan kematian Yesus di kayu salib, Tuhan menunjukkan akan bukti adanya kasih yang sempurna, yaitu dengan memberikan diri sendiri kepada orang lain.[3] Pembahasan lengkap tentang Trinitas akan dibahas dalam tulisan yang lain.


3. Yesus adalah Tuhan – melalui empat pilihan

Salah satu cara untuk membuktikan ke-Allahan dari Yesus adalah dengan memberikan beberapa pilihan sehingga pada akhirnya kita dapat menentukan pilihan secara logis. Pembuktian ini (pilihan satu – tiga) disarikan dari pembuktian menurut C.S. Lewis dalam bukunya “Mere Christianity”[4] dengan maksud untuk memberikan penjelasan kepada orang-orang – termasuk yang bukan Kristen – yang mungkin berkata “Saya percaya kepada Yesus hanya sebagai nabi, atau orang yang yang baik, atau sebagai guru moral yang besar, namun saya tidak mau mempercayai Yesus sebagai Tuhan.”

Percaya kepada Yesus tidak bisa setengah-setengah. Mungkin terjemahan dalam bahasa Indonesia terdengar kasar, namun kontras ini dibuat agar kita dapat memilih pilihan yang paling logis bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Tuhan.

a. Pilihan 1 – Yesus adalah sungguh Tuhan Allah yang menjelma menjadi manusia.
Di dalam sejarah manusia, tidak ada manusia yang pernah mengaku dirinya sebagai Tuhan dan juga mempunyai kemampuan dan kuasa Tuhan. Para nabi dari berbagai agama tidak pernah mengaku bahwa mereka adalah satu (hypostatic union) dengan Tuhan seperti yang ditunjukkan oleh Yesus sendiri.

Juga dapat dibuktikan bahwa di masa hidupnya, Yesus melakukan sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh Tuhan, sebagai contoh: 1) Yesus mengampuni dosa manusia, seperti yang ditunjukkan dalam cerita penyembuhan orang yang lumpuh (Mat 9:2-8), 2) Yesus menempatkan diri sebagai Pemberi dan Pengatur dari hukum moral, seperti yang ditunjukkan dalam kotbah di bukit (Mat 5:27-28), 3) Dia juga memberikan peneguhan bahwa Yesus dan Allah adalah satu (Yoh 10:30), 4) Yesus juga mengatakan bahwa segala kuasa di bumi dan di surga diberikan kepada-Nya (Mat 28:18).

Kalau kita tidak percaya akan pilihan ini, maka kita akan mengambil kesimpulan dengan pilihan-pilihan di bawah ini.

b. Pilihan 2 – Yesus adalah seorang yang tidak dapat menggunakan akal sehat (dalam bukunya, C.S Lewis mengatakan “madman”)
Di dalam Kitab Suci tidak pernah ada yang mengindikasikan bahwa Yesus adalah seseorang yang tidak dapat menggunakan akal sehat. Adalah sangat tidak mungkin, kalau para rasul, para santa dan santo mau mengorbankan nyawa mereka untuk seseorang yang tidak dapat menggunakan akal sehat. Jadi pilihan ini sebetulnya sangatlah tidak mungkin.

c. Pilihan 3 – Yesus adalah seorang yang lebih buruk dari itu (dalam bukunya, C.S Lewis mengatakan “something worse”)
Kalau Dia mengaku bahwa diri-Nya adalah Tuhan – padahal bukan – maka dapat disimpulkan bahwa Dia adalah seseorang yang jahat. Namun untuk mengambil kesimpulan bahwa Yesus adalah seorang yang jahat adalah tidak mungkin, karena Dia hanya melakukan sesuatu yang baik, dan ajaran moral yang disampaikan kepada manusia adalah begitu sempurna dan tidak ada duanya dibandingkan dengan ajaran agama yang lain. Mungkin ada yang pernah mendengar bahwa Mahatma Gandi begitu mengagumi Yesus, terutama ajaran kotbah di bukit. Jadi pilihan ini juga tidak mungkin.

d. Pilihan 4 – Cerita tentang Yesus adalah kebohongan belaka
Ada beberapa kesaksian dari agama lain yang mengatakan bahwa Yesus dijadikan Tuhan oleh manusia – yaitu oleh para murid dan pengikut dan juga pada jaman Konstantinopel, di Konsili Niceae (325). Ini adalah pernyataan yang mau membagi dan memisahkan antara Yesus menurut sejarah (Jesus of History) dan Yesus menurut iman (Jesus of faith). Namun pernyataan ini sangatlah tidak mendasar kalau kita melihat bahwa pernyataan para murid, juga termasuk St. Paulus yang dibuat sekitar beberapa tahun setelah Yesus wafat.

Bayangkan kalau misalkan ada banyak tulisan bahwa di Jakarta tidak pernah terjadi banjir. Dan berita ini terus diberitakan di dalam koran, televisi, dll. Tentu saja ini berita yang tidak benar, dan orang-orang yang mengalami kebanjiran akan protes dan membuat surat pernyataan, demo, dll. Namun pernyataan bahwa Yesus adalah Tuhan di depan saksi banyak orang – yang mengalami kehidupan Yesus – tidak mengundang protes atau tulisan yang menyanggah. Sejarah tidak menemukan tulisan asli abad awal yang menyanggah tentang kebangkitan Kristus. Jadi, kesimpulannya, Yesus sungguh bangkit; kebangkitanNya adalah sesuatu yang nyata dan bukan karangan para muridNya. Jadi kemungkinan bahwa Yesus adalah kebohongan belaka, sangatlah tidak mungkin.

Kalau kemungkinan 2,3, dan 4 adalah tidak mungkin, maka hanya kemungkinan 1 saja yang paling mungkin, yaitu “Yesus adalah Tuhan Allah yang menjelma menjadi manusia.”


4. Pembuktian indah dari seorang kepala Rabi Yahudi yang menjadi Katolik

Pembuktian yang indah dari hal sama ditulis juga dalam buku autobiografi Eugenio Zolli, kepala rabi Yahudi pada masa perang dunia ke-2 yang kemudian menjadi Katolik pada tahun 1945.[5] Di Polandia, dia sering mengunjungi rumah teman sekolahnya yang bernama Stanislaus, yang beragama Katolik.
Di dinding rumah itu tergantung salib kayu yang sederhana. Eugenio mengatakan dalam bukunya
“Sering – aku tidak tahu kenapa – aku akan menatap salib itu dan memandang cukup lama pada “seseorang” yang tergantung di salib. Sejujurnya, permenungan ini selalu diikuti gejolak di dalam jiwaku.
Mengapa orang ini disalibkan? Aku bertanya kepada diriku sendiri. Apakah dia orang jahat? ….
Mengapa banyak orang mengikuti dia, kalau dia jahat dan mengapa temanku dan ibunya yang juga mengikuti dia adalah orang-orang yang baik? Bagaimana bahwa Stanislaus dan ibunya begitu baik dan mereka menyembah dia yang disalibkan ini? Dia tidak mengeluh, dia tidak melawan. Di wajah-nya tidak ada ekspresi kebencian ataupun kemarahan….Tidak. dia, Yesus, orang itu – sekarang menjadi “Dia” untukku dengan huruf besar “D.” Dia tidak jahat. Dia tidak mungkin jahat…. Satu hal yang kutahu dengan pasti “Dia sungguh baik“.


5. Pembuktian Gamaliel, dari Kisah Para Rasul.

Kita melihat di Kisah Para Rasul (Kis 5:26-42), bahwa Gamaliel, seorang ahli taurat yang sangat dihormati menasehatkan kepada orang banyak agar mempertimbangkan perbuatan terhadap pengikut Yesus (Petrus dan rasul-rasul lainnya). Sebab, di waktu yang lalu, setelah kematian Teudas yang mengaku sebagai orang yang istimewa, 400 pengikutnya tercerai berai dan lenyap. Jadi jika perbuatan para murid Kristus berasal dari manusia, mereka akan lenyap dengan sendirinya. Namun jika dari Allah, semua itu tidak dapat dilawan.

Kenyataan bahwa sampai sekarang, setelah 2000 tahun dari kejadian itu, para pengikut Kristus masih bertahan di dalam Gereja Katolik, membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan, dan ajaran-Nya adalah dari Allah.


6. Yesus adalah Tuhan – melalui ” Motif yang meyakinkan / Motive of credibility”

a. Motif 1 – Nubuat
Motif pertama adalah nubuat atau diberitakan sebelumnya. Kedatangan Tuhan sudah dinubuatkan beribu-ribu tahun sebelum Yesus datang, dengan melalui persiapan yang panjang.[6] Adalah sangat logis, kalau kedatangan Yesus untuk misi keselamatan seluruh umat manusia dipersiapkan dengan matang, dengan tanda-tanda, sehingga orang tidak sampai salah mengerti. Kita bisa mengambil contoh: Kalau beberapa orang dalam tingkatan direktur pabrik mobil Toyota mengatakan bahwa 20 tahun lagi – semua produk mobil Toyota tidak akan menggunakan bensin, namun menggunakan tenaga surya, juga dapat bergerak dengan kecepatan 200 km/jam, ditambah dengan kemampuan yang lain – maka kita akan percaya, karena yang mengatakan adalah para pembuat mobil tersebut.

Kita dapat menerapkan prinsip ini pada hal persiapan Yesus datang ke dunia ini, yang sudah diberitakan beribu-ribu tahun sebelumnya. Bahkan Nabi Yesaya yang menulis kitab Yesaya sekitar 700 tahun sebelum kedatangan Yesus Kristus, dapat secara persis menggambarkan tentang Kristus yang menderita (Lih. Yes 53). Yesaya dapat menggambarkan secara persis apa yang akan dialami oleh Kristus, karena dia mendapatkan pengetahuan dari Tuhan sendiri. Dan bahwa di dalam sejarah, semua itu terpenuhi dalam diri Yesus, maka ini menjadi bukti akan kebenaran bahwa yang dinubuatkan adalah benar, yaitu Yesus sungguh- sungguh datang dari Tuhan dan Yesus adalah Tuhan.

Hal yang lain adalah Tuhan ingin memberitahu manusia tentang Mesias jauh hari sebelumnya, sehingga pada saatnya tiba, manusia akan dapat mengenali Mesias yang dijanjikan. Dan inilah yang membedakan antara Yesus dengan tokoh-tokoh dalam agama yang lain. Tokoh-tokoh dalam agama lain tidak pernah diberitakan sebelumnya, sebaliknya Yesus diberitakan secara konsisten dalam rangkaian waktu lebih dari 1500 tahun.

b. Motif 2 – Mukjizat
Motif ke-2 adalah mukjizat. Kita bisa melihat di dalam Alkitab, bahwa Yesus melakukan banyak sekali mukjizat, yang membuktikan bahwa Dia adalah Putera Allah, yang juga menjadi konfirmasi akan kebenaran semua pengajaran-Nya. Kita bisa menemukan bahwa Yesus menyembuhkan orang buta (Mat 9:27-31), orang bisu (Mat 9:32-35), orang tuli (Mk 7:31-37), orang lumpuh (Mat 9:1-8), bahkan membangkitkan orang mati (Yoh 11:1-46).

Yesus juga mengatakan bahwa  …. tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa” (Yoh 10:37-38).

Di atas semua itu, mukjizat terpenting adalah kebangkitan Kristus (Mat 28:1-10; Mar 16:1-20; Luk 24:1-53; Yoh 20:1-29, 21:1-19; Kis 1:3; 1 Kor 15:17; 1 Kor 15:5-8). Mungkin ada banyak orang yang dapat melakukan mukjizat dan menyembuhkan penyakit-penyakit. Namun orang tersebut pada akhirnya meninggal dan tidak dapat bangkit dengan kekuatan sendiri. Namun Yesus menunjukkan bahwa Ia mempunyai kuasa di atas segalanya, termasuk kematian. Hanya Tuhan yang dapat melakukan hal ini.

c. Motif 3 – Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus
Keberadaan Gereja Katolik, Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus sendiri menjadi bukti akan janji-Nya sebagai Allah untuk melidungi Gereja-Nya sampai akhir jaman (lih. Mat 16:18) di bawah kepemimpinan rasul Petrus dan juga penerusnya, yaitu para paus. Sudah begitu banyak percobaan yang dialami oleh Gereja Katolik, baik dari dalam Gereja maupun dari luar Gereja. Namun sesuai dengan janji Kristus, Gereja Katolik tetap bertahan dengan mengajarkan kebenaran yang penuh, ditandai dengan sifat: satu, kudus, katolik, dan apostolik.


6. Kesimpulan
Dari semua pembuktian tersebut di atas, secara filosofi – yaitu dengan “argument of fittingness,” kita dapat menyimpulkan bahwa adalah sudah sepantasnya bahwa Yesus menjelma menjadi manusia untuk keselamatan seluruh umat manusia. Pembuktian “empat pilihan” membuat kita memilih kemungkinan yang paling logis, yaitu Yesus adalah Putera Allah. Pembuktian dari cerita Eugenio Zolli membuktikan bahwa seseorang yang tidak mengenal Kristus, akan mau mengenal dan menjadi pengikut Kristus, kalau dia melihat akan saksi hidup dari pengikut Kristus, dalam hal ini adalah Stanislaus dan ibunya. Gamaliel semakin memperkuat argumen dari “motive of credibility”, karena pengikut Kristus ada dan berkembang terus sampai saat ini. Pembuktian dari “motive of credibility” semakin meyakinkan kita bahwa Yesus adalah Putera Allah yang sudah dijanjikan, yang mampu melakukan mukjizat-mukjizat, dan keberadaan Gereja Katolik selama 2000 tahun menjadi tanda mukjizat yang terbesar setelah mukjizat kebangkitan Tuhan Yesus.

Semoga bagi yang belum mengenal dan percaya kepada Kristus dan sedang mencari kebenaran, Tuhan sendiri akan menuntun saudara untuk menemukan kebenaran itu sendiri, yaitu Kristus Yesus (Yoh 14:6).

Bagi yang sudah mengenal Kristus, mari kita mencontoh kehidupan para Kudus, dan juga Stanislaus dan ibunya. Kekudusan akan membuat kita menjadi saksi Kristus yang hidup dan membawa orang untuk mengenal dan mengasihi Kristus.

Dan di dalam proses pencarian kebenaran untuk mengikuti Kristus, silakan membaca artikel :
Mengapa kita memilih Gereja Katolik.

CATATAN KAKI:
[1] Trinitas, inkarnasi, surga, dll, adalah sesuatu di luar kemampuan dan jangkauan manusia. Manusia tahu tentang semua ini kalau Tuhan sendiri yang memberikan pengetahuan kepada manusia. Tanpa komunikasi ini tidak mungkin manusia menjangkau hal ini. Untuk memaksakan akal budi mengerti kenapa Tuhan mengirimkan Putera-Nya, sama saja dengan mencoba membaca pikiran Tuhan.

[2] Roh Kudus adalah buah dari operasi kasih antara Allah Bapa dan Allah Putera. Ini sebabnya bahwa setelah Pentakosta terjadi setelah Yesus wafat di kayu salib. Bapa mengasihi Putera-Nya, dan Putera-Nya menunjukkan kasih-Nya dengan sempurna di kayu salib. Buah dari pertukaran dan kasih yang mengorbankan diri inilah yang menghasilkan Roh Kudus. Sehingga dalam ibadat iman yang panjang (Nicene Creed), kita melihat pernyataan “….Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia berasal dari Bapa dan Putera….“

[3]  John Paul II, Encyclical Letter on The Redeemer Of Man: Redemptor Hominis (Pauline Books & Media, 1979), no. 10 – Paus Yohanes Paulus II menekankan bahwa kasih yang sempurna adalah kasih yang dapat memberikan diri sendiri kepada orang lain. Dengan demikian, adalah “sesuai ataufitting” bahwa Tuhan, melalui Putera-Nya menjadi contoh yang sempurna bagaimana menerapkan kasih. Dengan demikian ini juga membuktikan bahwa Tuhan bukanlah Allah yang sendirian.

[4] C. S. Lewis, Mere Christianity (HarperOne, 2001), p.52 – C.S. Lewis mengatakan bahwa tidaklah mungkin untuk menjadi Kristen dan menerima semua ajaran moral dari Yesus kecuali pengakuan bahwa Yesus Tuhan. Dasar kekristenan adalah Yesus Tuhan.

[5] Before the Dawn (New Your: Sheed and Ward, 1954) p.24-25

[6] Kita bisa melihat bahwa Tuhan mempersiapkan perjanjian yang mengarah kepada inkarnasi Yesus Kristus. Perjanjian Allah mulai dari: 1) Adam dan Hawa (tingkatan pribadi), 2) Nabi Nuh (tingkatan keluarga), 3) Abraham (pada tingkatan suku), 4) Israel (pada tingkatan bangsa), 5) dan kemudian mencapai puncaknya dengan kedatangan Yesus yang mau mengikat perjanjian dengan seluruh bangsa. Jadi, bangsa Yahudi adalah menjadi bukti persiapan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini.

Sumber  :  http://katolisitas.org/2008/06/13/mengapa-orang-kristen-percaya-bahwa-yesus-kristus-adalah-tuhan/